Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Rumah Budaya Desa Karangrena

19 Juni 2019   01:28 Diperbarui: 19 Juni 2019   09:16 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi diambil dari: cilacapkab.go.id/ kelompok tani desa karangrena

Dimulai dari seni dan kebudayaan daerah terlebih dahulu, dalam hal ini literasi akan kesenian "Banyumasan". Sebab secara tidak langsung, ketika kita berbicara budaya daerah, kita sedang berbicara budaya Nasional.

Kita tidak mau bukan sebagai generasi saat ini, tidak meninggalkan jejak apapun dimasa yang akan datang, menyangkut lestarinya kebudayaan leluhur? Mungkinkah kita hanya meninggalkan kebencian terhadap bangsa lain, karena mengakui budaya "katanya milik kita"? Batik diakui bangsa lain kita marah, Wayang diakui kita marah juga. Menurut saya, dalam budaya tidak ada aku dan kamu, milikmu atau milikku.

Gambar ilustrasi diambil dari: cilacapkab.go.id/ kelompok tani desa karangrena
Gambar ilustrasi diambil dari: cilacapkab.go.id/ kelompok tani desa karangrena
Selama kelompok masyarakat mau dan tetap membangun budayanya tersebut, budaya itu adalah miliknya. Berbeda dengan suatu kelompok masyarakat yang diwarisi budaya begitu masyurnya, ketika itu tidak dijalankan, ya, "itu bukan miliknya".

"Ketika budaya warisan leluhur dilupakan, jangan pernah mengaku bahwa; kita berbudaya. Membanggakan kebudayaan tetapi meninggalkannnya, sama dengan sama sekali tidak berbudaya"

Perlunya membangun rumah budaya tingkat desa

Selain literasi akan seni budaya Banyumasan itu sendiri, faktor dalam membangun rumah budaya untuk generasi muda juga penting. Untuk apa rumah budaya? Tentu mengakomodir anak muda, yang cinta terhadap budayanya sendiri. Menurut saya, salah satu alasan anak muda meninggalkan budaya, adalah jarangnya sarana-sarana menguatkan budaya itu sendiri tentu dalam hal ini "infrastructure kebudayaan".

Saya berpandangan, jika dalam suatu desa terdapat rumah budaya berserta guru seni budaya, akan menjadi penarik yang nyata bagi anak muda. Rumah budaya harus di isi dengan seperangkat instrumen seni budaya seperti; Calung, Gendingan, Instrumen musik Modern dan lain sebagainya.

Juga mendatangkan guru-guru menari yang mahir dibidangnya, untuk melatih Anak-Anak yang berbakat menari. Tentu dana Desa yang besar jumlahnya, dapat mengakomodir semua kebutuhan itu.

Dalam implementasinya dana Desa sering digunakan sebagai pembangunan infrastructure seperti jalan, irigasi dan sebagainya. Namun pembangunan manusia juga tidak harus dilupakan, membangun seni-budaya, juga termasuk membangun peradaban kemasyarakatan "membangun manusia".

Tentu dengan alasan ini, dibangunnya infrastructure budaya, masyarakat dapat terbangun minatnya mempelajari melaui seni budayanya sendiri lewat mudahnya akses untuk belajar. Guru-guru yang didatangkan dirumah budaya, nanti juga mengajari tentang bagaimana hidup bersosial dan bermasyarakat. Tentu supaya generasi muda mempunyai kesadaran moralitas akan hidup bermasyarakat itu sendiri, yang tidak didapatkan di sekolah atau pelajaran agama mutakhir cenderung menghafal saja huruf-huruf dan doa-doa tanpa dibarengi dengan pelajaran untuk sholeh secara sosial.

Saya mengambil contoh di Desa saya Karang rena. Geliat menyatu dalam organisasi masih berjalan, dimana anggotanya merupakan pelajar se-desa. Mereka mewadahi dirinya dengan nama organisasi, Keluarga Pelajar Karang Rena atau disingkat (KPK).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun