Setahun berlalu, Kirno dan Darmi masih seperti biasa. Mengobrol di media sosial pun hanya sekedarnya. Hubungan antara manusia dengan manusia jika tidak di kuatkan dengan sisi emosianal yang teguh akan seperti itu, "berlalu tanpa bekas". Oleh karena itu, pernikahan mereka hanyalah menjadi status di KTP yang sebelumnya lajang berubah menjadi menikah.
Ah, membangun romansa cinta memang pelik. Tetapi mengapa pernikahan begitu simpelnya untuk di bangun tanpa di barengi keinginan hidup bersama itu antara Darmi dan Kirno? Bukankah jika keduanya saling mencintai, upaya hidup bersama harus mereka perjuangkan?
"Inilah narasi yang tidak sempat terbangun itu. Hubungan jarak jauh memang ada kalanya menyisakan status saja. Pernikahan, pesta dan ramainya pawai seperti raja mungkin hanya mimpi belaka antara Kirno dan Darmi".
Kisah Berujung Perceraian
Dari ruang dalam Desa sendiri dimana banyak dari warganya menjadi TKW, perceraian sudah menjadi hal biasa. Dasar dari perceraian itu tentu beragam, tetapi benang merah yang menjadi sumbu masalahnya tidak jauh hanya perkara "Uang".Â
"Di sana terdengar isu bahwa: permasalahan ekonomi keluarga di desa hanya bisa terjawab melalui bekerja di luar negeri".
Memang terbukti, rayuan menjadi kaya mendadak dengan hasil kerja yang nilainya tinggi sudah terasa oleh tetangga yang ada disana. Dapat membangun rumah, membeli sawah, dan segala macam yang dihasilkan dari bekerjanya di luar negri nyata semakin terbukti.
Namun kehendak akan kuasa sebagai "milik" justru menggerogoti sendi bangunan rumah tangga. Ukuran dari hasil bagaimana mengakumulasi uang dari kerjanya sangat menjadi ukuran "setidaknya manusia saat ini". Maka tidak heran jika perceraian paska pulang dari luar negri menjadi TKW marak terjadi. Kuasa akan hasil dan milik adalah penyebabnya, walaupun Anak sebagai taruhannya.
Kembali. Kirno dan Darmi dalam pernikahanya memang belum di karuniai seorang anak. Mana bisa punya anak ketika jarak kedua negara memisahkan mereka? Satu tahun berlalu, Darmi secara sepihak memperpanjang masa kerjanya disana sebagai TKW selama dua tahun lagi.
Kirno sendiri tidak dapat berbuat apapun, komunikasi renggang, apa lagi romantisme rumah tangga, jelas belum Kirno dan Darmi rasakan. Jarak yang jauh membuat Kirno terdiam, bahkan sabar lagi menunggu dua tahun lagi.Â
Karena lamanya menunggu satu dengan lainnya antara Darmi dan Kirno membuat mereka los contect selama itu pula "dalam karantina proses menunggunya". Tanpa kabar dari Darmi harus di terima Kirno selama bertahun-tahun dalam penantiannya. Hanya kabar 2 tahun setelahnya, Kirno dapat kabar di perpanjang lagi Kerja Darmi sebagai TKW genap menjadi lima tahun.
"Desakan dari dirinya sendiri menjadi suami tanpa istri pun membuat keputusan harus di canangkan untuk dirinya. Keluarga yang kasihan atas nasibnya membuat, perceriaan pun tidak dapat di hindarkan".Â