Sudjiwo tedjo yang menuangkan gagasan kedalam tulisannya, dimana ia mencoba melihat kondisi sosial-budaya, mau pun politik dari perspektif cerita pewayangan. Ketika karya tulisnnya dibaca banyak orang dan sangat relevan, beliau pun menjadi tokoh nasional berkat karya dan gagasannya tersebut. Begitu juga Cak Nun dengan karya kepenulisannya yang memenuhi estalasi Toko Buku dan sering mendapat perdikat penjualan terbaik karyanya. Gagasan kepenulisan beliau adalah suatu bentuk bagaimana kombinasi budaya dan Agama sebagai media dakwahnya baik memalui verbal ataupun tulisan.
Jalan yang sudah jauh ditempuh "Ulin Nuha" dapat menjuarai ajang pencarian bakat sendiri harus menjadi kesempatan emas yang memang harus terus di optimalkan. Seyoganya popularitas yang sudah di sadangnya, tidak lebih untuk terus dikembangkan agar tidak hilang kebintanngaan seorang "Ulin Nuha" yang mulai dikenal masyarakat luas sebagai juara ajang pencarian bakat tersebut.
Saya sendiri mengamati, dibalik harus menciptakan inovasi kebudayaan dari Wayang agar di cintai generasinya yaitu "kaum milenilas". Ia "Ulin Nuha" juga harus menggali potensinya dengan menulis, supaya gagasan yang teruang dalam tulisan dapat terus dikenal, setidaknya untuk pengemarnya yang tengah meluas. Jelas untuk tetap menjaga cahaya dari kebintangnnya tersebut yang kini telah "ia" raih leawat ajang AKSI itu sendiri.
Semakin dikenalnya oleh masyarakat luas membuat suatu jembatan baru untuk segala aspeknya termasuk: membangun gagasan kreatif dari karya tulis. Dengan ini saya meyakini, dengan lebel popularitasnya, ia punya tempat setidaknya menjadi kolumnis di berbagai surat kabar lokal, dan ketika kiprahnya sudah terbukti disana, ia dapat merambah, tentu sekala Nasional.
Di lapangan ruang kreatif yang sebenarnya, "bukan dalam sepetak ruangan kompetisi", akan hidup atau tidaknya hanya atas dasar bagaimana diri menggali potensinya sendiri, untuk tetap dapat eksis dan mampu bersaing". Inilah tantangan baru pasca AKSI 2019 untuk seorang juara kompetisi ruangan AKSI "Ulin Nuha", disamping mengisi defisitnya regenerasi budayawan Indonesia masa depan.
Memang solidnya dukungan dari masyarakat yang menjadi peran krusial lewat poling SMS di "kompetisi ruangan AKSI 2019" berbuah Ulin Nuha sebagai juara baru itu. Tetapi ketika di ruang kompetisi sesungguhnya, di lapangan "pekerja kreatif ", mereka "masyarakat" tidak lagi dapat berbuat banyak dan menentukan. Yang dapat menetukan berhasil atau tidaknnya  dalam berkompetisi ruang kerja kreatif yang lebih luas itu sendiri yaitu: "Ulin Nuha" dengan bakat dan potensinya.
Saya kira dukungan masyarakat terhadap "Ulin Nuha" putra Desa Karangrena telah sampai pada puncaknya. Dimana loyalitas dan solidnya dukungan masyarakat berbuah dan berhasil mengantarkan ke gerbang kompetisi yang sesungguhnya. Tentunya kompetisi untuk menjadi tokoh nasional dari Desa persembahan dari masyarakat Karang Rena untuk Indonesia.
Ter-untuk Ulin Nuha, "jangan pernah melupakan jasa yang begitu tinggi, yaitu berjasanya dukungan masyarakat Karang Rena baik yang ada di Karang Rena, maupun warga Karang rena di tanah rantau. Tidak dapat dilepaskan tentu juga masyarakat diwailayah sekitar Desa yang telah mendukung dengan loyal "Ulin Nuha". Jadikan dukungan masyarakat yang mebuahkan hasil sebagai juara dari dalam ruang pencarian bakat sendiri sebagai motivasi yang menggebu. Jalan mencapai impian yang sesungguhnya masih panjang. Maka dari itu teruslah belajar dan menjadi seorang pembelajar. Bawa harum Desa Karang Rena dan kearifan masyarakatnya dalam bahu- membahu menciptakan tokoh dipanggung kompetisi Nasional. Ulin Nuha, Pasti Bisa! Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H