Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ulin Nuha Pasca Juara AKSI 2019?

4 Juni 2019   14:18 Diperbarui: 4 Juni 2019   14:47 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam inovasi terbarunya ini juga sebagai pendakwah. Tentu mereka "Sekar wijaya" juga harus di libatkan, bukan sebagai pendukung tetapi sukesor dari belakang maha karya dari seorang "Ulin Nuha" kedepannya. Mungkin gerbrakan baru tersebut "Ulin Nuha" harus bisa meciptakan suatu konsep wayang modern dengan segala ciri khasan-nya. Saya kira itulah yang harus dibangun seorang "Ulin Nuha", di mana "ia" bukan hanya harus mampu menarik generasi milenilas kini sebagai penikmat seni budaya, tetapi juga untuk cinta budaya seperti dirinya mencintai budayanya sendiri.

Pasca AKSI 2019, bukan hanya akan menambah kesibukan sebagai pekerja kreatif itu sendiri bagi seorang "Ulin Nuha". Mungkin lebel popular sebag Pendakwah berkat AKSI akan menggeser profesi utamanya sebagai "Dalang" jika di lihat dari permintaan pasar kini dengan arus besar gelombang Islamisasi yang terjadi di berbagai wilayah Nusantara.

Untuk membuat keseimbangan itu, antara sebagai "Pendakwah" dan "kepentingan melestarikan budaya", tidak ada salahnya bila "Ulin Nuha" membangun konsep dakwahnya dengan campuran budaya seperti Kiai Kanjeng atau Cak nun. Seperti kita tahu bahwa, setiap Cak Nun memberikan pengajian Islam, ia selalu mengkombinasikan antara Gamelan dan dirinya, ketika tampil berceramah di depan para penggemarnya, sebagai bentuk kecintaannya terhadap budaya "Jawa".

Dengan konsep dakwah seperti Kiai Kanjeng , "Ulin Nuha" bukan saja akan terlihat konsisten sebagai pelaku seni dan budaya dalam setiap dakwah-dakwah keagamaannya. Tetapi lebih jauh dari itu, ia juga nanti akan sepadaan arifnya dengan Dalang Ki Entus Susmono yang tetap mendalang mesikipun beliau tengah sibuk menjadi Bupati kala itu. Alasannya tetap mendalang ditengah pengabdiannya sebagai Bupati kabupaten Tegal, adalah kepeduliannya akan nasib dari penayagan, kru dan semua yang berkepentingan disana secara ekonomi. Dalam hal ini, jika "Ulin Nuha" dalam dakwahnya tetap membawa anggota penayagannya "Sekar wijaya", ia " Ulin Nuha" bukan lagi menjadi motor utama, tetapi menjadi peran panutan yang memberi hidup dan kehidupan bagi bara anggota "Sekar Wijaya", yang telah mendukung membesarkan namanya tersebut sebagai Dalang.

Ulin Nuha "Menulis" sebagai upaya menjaga menerangkan cahaya Bintang

"Tidak ubahnya pekerja seni tanpa karya yang dihasilkan, ia akan berhenti, bahkan bukan tidak mungkin, namanya akan hilang dari dalam dunia kesenian itu sendiri"

Sebagai pekerja kreatif sendiri: termasuk profesi seorang Dalang maupun Pendakwah di dalamnya. Aktivitas menulis menuangkan setiap gagasan-gagasannya merupakan sesuatu yang sangat penting. Seperti kata sastrawan besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Seperti yang tidak henti-hentinya di tuliskan oleh penulis, "belajarlah engkau sehingga secara tidak sadar, engakulah yang mencintai pengetahuan itu". Setiap kebijaksanaan lahir dari pengetahuan. Oleh karenanya, mengatahui bagaimana menjaga nama dengan segala potensi kreatifitasnya sebagai pekerja seni tetap harus dibuktikan dengan karya.

Dalang atau pendakwah merupakan bagian dari kaum intelektual atau cendekiawan. Harus di sadari bahwa, aktivitas menulis tersebut merupakan ciri dari seorang intelektual itu. Sebagai Dalang sekaligus pendakwah, menulis merupakan hal yang penting, dimana dia juga harus dapat memperkenalkan gagasannya di depan para pengemarnya sebagai suatu karyanya yang patut untuk dibaca.

Bagaimana kondangnya Dalang Sudjiwo Tedjo, Cak Nun sebagai pendakwah, atau Ki Entus Susmono sekalipun tidak lepas dari aktivitas menulis tersebut. Apa lagi kiprah dari seorang dalang Ki Entus Susmono yang dapat membuat suatu konsep baru pewayangan, dalam hal ini "Wayang Santri". Tokoh dalam Wayang Santri tersebut antara Lupit dan Slenteng tidak hanya akan menjadi tokoh legedaris yang di ciptakannya. tetapi menjadi warisan dunia pewayangan baru setidaknnya itu diwariskan olehnya untuk Dalang-Dalang tatar "ngapak" untuk mengikuti jejaknya.

Begitupun dengan Dalang Sudjiwo Tedjo yang sering disebut Dalang "nyleneh" yang keluar dari pakem pewayangan. Tetapi apa pun sebutan-nya, seorang pekerja kreatif sendiri harus mampu membangun apa yang berbeda dari dirinya untuk, sebuah tatanan pengetahuan baru dari proses kreatifnya itu sendiri. Baik Cak Nun maupun Soedjiwo Tedjo sama-sama juga berproses menjadi kreatif dengan menulis. Bukankah karya kepenulisannya sendiri yang mengantarkan mereka menjadi budayawan nasional karena setiap karya tulisnnya yang bersumber dari setiap gagasan-gagasannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun