Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melampaui Kesengsaran untuk Kebahagiaan

2 Mei 2019   20:24 Diperbarui: 18 Mei 2019   23:27 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan sejuta pamirlah kita hidup disini, siapapun tetap berpamrih."Orang-orang melakukan sesuatu untuk sesuatu dan selalu ditunggu untuk menjadi sesuatu". Orang suci berharap juga berpamrih untuk diakui sebagai tersuci. Juga penjahat yang tetap ingin diadakan sebagai yang pantas menjahati.

Rasanya semua ingin tetap diakui, dan disinilah keakuan yang sedang dicari. Setiap hari kegelisahan menghantui, tetapi apa tentang pengetahuanku dan bakatku ini? Hari adalah pencariaan untuk dirinya sendiri. Aku mencari, mencari di dalam mengisi hari. Oh, yang malang sedang mencari dirinya sendiri.

Sudah dimana dan sampai mana perjalananmu yang menegangkan ini? Oh, ya terberkati, aku ingin engkau datang kemari. Kita menari bersama, bahagia bersama dan bersedih-sedih ria bersama. Mungkin aku adalah penyair yang akan terus bersyair bersama hidup ini. Uh, hidupku, malangku, bahagiaku, dan kesakitanku. Rasanya aku akan ada dan terus ada bersamamu.

Akhir-akhir ini aku seperti kehilangan diriku, bagiku, "aku tak lagi menjadi belang dibalik satu warna". Aku mulai lagi hidup mengalir tanpa aral, ikut dan ikut untuk rakus yang membawa diri pada kedunguan. Sering kali, diwaktu ini aku jarang berpikir seperti dulu, merenung, observasi, dan tenggelam menyelami kedalaman diri.

Kini aku memang sedang lari, "ya aku lari terhadap diriku sendiri". Aku sadar aku lah pemimpi namun; "mimpi itu hilang dengan sendirinya". Oh, aku rasa aku seperti di caci dunia. Ideku malam ini kosong, tanpa arah, tanpa warna dan gelap seperti kegelapan malam berkabut.

Wahai si penyair yang gelap, "disudut kamar sedang merenungi dirinya dan pikiran-pikirannya yang kotor". Sesekali dimohon sadarlah, kau akan tumpul jika kau tidak menunjukan itu pada dirimu sendiri. Hay jemari, hitunglah pikirian ini. Rekam dia, jangan sampai dia hilang. Ya, "yang tumpul akan hilang jika tidak terus dilatih".

Penyihir yang gelamor, "hidup dalam pikiran ini sepertinya tidak akan pernah habis". Rasa dimana kau kini berada? Penyihir ini sedang megelapkan daku, woo pikiran yang rumit membawa harapan, jauh-jauhlah engkau dari hidup ini. Yang sudah-sudahlah, biarkan ia tenang dalam lamunanya sendiri tanpa menerka apa yang akan terjadi esok hari.

Tetapi di malam yang hujan ini, aku mahon kepadamu, hay kau "penyihir". Janganlah kau melumpuhkan tanganku merekam setiap alunan rasa di pikiranku ini. Memang yang tidak berpikir dengan rasa tidak akan mengerti. "Jadilah nihilis yang mempunyai karya, di mana setiap nada adalah rongrongan bagi semesta". Oh, yang dirinya sedang hilang, lari dari gelapnya malam untuk bertepi dari dalam pikirannya sendiri, "lampauilah kebahagiaan semu yang kau inginkan".

Hay, "kau yang berbahagia", jagalah hasratmu tetap menyala pada kehidupan ini. Jangan kau ubah halauanmu meskipun goadaan tiada tara ingin selalu menggodamu. Bagiku, beruntunglah kau yang berbakat dan mempunyai akses, hidupmu adalah kesenangan-kesenanganmu yang tidak perlu susah payah kau usahakan. Ya, kesenangan yang punya kelas dan akan tetap berkelas pada porosnya. 

Tetapi bagiku, "kesenangan tidaklah berbentuk wujud", mereka yang menyebah senang dari wujud hanyalah lari dari hidupnya sendiri yang pelik "menyerah pada dirinya sendiri". Maka datanglah engaku ke pulau kebahagiaan yang telah kami para penakluk dunia rancang.

Pulau kebahagiaan adalah pulau yang penghuninya memiliki getaran sama dengan minat yang sama. Meskipun jauh disana, terdapat janji yang harusnya ditepati, tetapi mimpi tetaplah menjadi mimpi, kemudian kenyataan tetaplah menjadi kenyataan yang tersakiti impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun