Sejauh ini aku masih berkutat pada diriku sendiri. Aku pun ingin tahu apakah hidup ini melalui beberapa fasa untuk melihat sesuatu lebih luas dan menyeluruh? Sepertinya memang betul, "kegalauan sangatlah menyakitan". Ia diam seperti tempurung yang tidak dihinggapi Katak.
Selama hidup aku memang terus menganalisa obyek yang ada didalam diriku. Bahkan untuk melihat keluar pun harus melalui apa yang menjadi pertimbangan dari dalam diriku sendiri. Berjalan, berpikir dan melihat sesuatu selalu berpacu pada pendapatku sendiri dan digunakan untuk aku sendiri.
Entah mengapa sekarang-sekarang ini aku mulai berpikir, apakah salah hidup manusia itu seperti ini? Cenderung pemikir dan dengan cepat memutuskan atas nama hasil analisa diri sendiri tanpa pernah dibuktikan oleh realitas?
Aku sadar cara hidupku memang berbeda dari yang lain. Aku juga tidak mengerti mengapa aku tidak bisa menyesuaikan dengan orang lain? khususnya dengan gaya hidup atau mungikuti trend pergaulan masa kini.
Kalau dalam bergaul mungkin bisa karena bergaul itu membawa keunikan jiwanya sendiri. Rasanya aku seperti si konservatif yang hidup dijaman maju. Dilema ini membuat aku malah terus berpikir dan berpikir lagi. Aku memang sesekali ingin menghentikannya untuk mencoba sesuatu yang lain dari diriku "selain berpikir dan terus berpikir".
"Kelemahan orang berpikir dan memutuskan secara cepat adalah "dia yang akan cepat kehilangan momentum", "tetapi kelebihanya itu ketika momentum itu buruk bagianya", "ia tidak terbawa jauh pada keburukan itu".
Memang sepertinya ini menjengkelkan, mengapa aku tidak bisa seperti mereka yang anteng-anteng saja hidupnya? hidup tanpa berpikir berjalan seadanya? Tanpa berpikir bagiku adalah kemewahan, tetapi anehnya tidak bisa aku dapatkan kebahagiaanku tanpa berpikir. Tanpa berpikir aku seperti kehilangan diriku sendiri, karena hanya mengikuti apa wajarnya hidup ini, bagiku ini sebagai ketidakwajaran itu sendiri.
Mungkin jiwaku memang jiwa pemikir, aku merasa terkesan ketika aku melihat sudut pandang baru dalam hidup ini. Tetapi aku sadar, sangat langkanya jiwa pemikir itu, sangat sulit aku menemukan kecocokan dengan jiwa-jiwa yang lain. Bahkan dengan sesuatu yang aku nanti yaitu cinta.
Hidup sebagai seorang pemikir memang berat, maka dari itu biarkan yang berpikir saja yang mikir. Prinsip ber-ideologi tidak selalu benar, keyakinanpun menjadi hal yang paling rancu untuk terus dijalani. Sepertinya kebenaran realistis adalah pendapat yang paling rasional untuk di iyakan saja tanpa bertanya kembali.
Menjadi sosial bukanlah menjadi diri sendiri yang idealis, bahkan kau harus terjatuh diatas orang-orang yang sedang berlari. Kehidupan sosial adalah kehidupan yang kompleks, lambat laun manusia harus menyadari itu. Ketika kau satu warna, kau harus bisa menjadi warna lain dalam suatu kehidupan yang lain.
Perbedaan adalah hal yang biasa, ketika berada dalam lingkungan sadar perbedaan. Tetapi apakah suatu posisi yang nyaman akan terus ditimpangi untuk terasa lebih nyaman lagi? Sepertinya itu tidak akan terjadi. Arah bukanlah bunga, adakalanya bunga-bunga itu mengejek untuk satu warna dengannya. Memang tidak akan ada kata lain selain menjadi personal "yang flexible". Tentunya ini sangat dibutuhkan untuk menjalani hidup ini.