Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesunyian Hidup Seorang Pemikir

2 Mei 2019   15:54 Diperbarui: 4 Mei 2019   18:02 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pixabay.com/ Gaya Pemikir

Bahkan untuk menikmati hidup sebagai seorang pengangguran pun masih sedikit agak ragu. Kemanakah bahagia tanpa kerja, kemanakah? Lagi dan lagi aku seperti tertutupi oleh logika ku sendiri yang terhina oleh dunia.

Hah, aku berasa membenci kecerdasan bahkan sangat membenci kebodohan. Sudah tak sanggup lagi aku berkata-kata. Mungkinkah aku harus membenci diriku lebih dalam? Mengapa aku tidak menjadi seorang pengemis kebahagiaan saja? Jika aku mengemis tidak mungkin aku bayar kebahagiaan itu.

Tetapi apa daya aku sungguh tak mampu. Sepertinya aku harus berdamai lagi dengan penderitaan ku sendiri. Sungguh malam yang kelabu, dimana benar?dimana benar? Hanya kesalahan? Hanya kesalahan? Jalan di kegelapan sangatlah terjal bahkan berliku. Namun harus dengan apa aku melihat? Aku hanya merasa tulisanku akan lebih baik dari kemarin. Ketika aku salah mengetik kata per kata, secara otomatis sistem akan membenarkannya. Oh padamulah aku, Hay, "kau yang benar".

Rasanya kebenaran adalah keteraturan yang sebelumnya sudah teratur. Biarlah hidup ini gelap tanpa gagasan, "mungkin saja ini jalan yang benar". Distorsi dan mendistorsi kembali. Angan untuk berjalan kedepan mungkin belum sampai. Jika setiap insan harus merasakan hebatnya gelisah akan kehidupannya mungkin disinilah titik itu berada.

Jangan pernah berkata tidak kuat dan lari dari tanggung jawab, karena kau bisa lari mencari yang baru demi kehidupanmu, dan kau tetap bertanggung jawab terhadap hidupmu. Sudahlah kau merasa kuat? kalau di dalam dirimu itu sangat rapuh? tinggalkan-tinggalkan demi kebaruan demi jalan kebenaran arah hidupmu sendiri.

Sepertinya tidak ada yang benar "membuat bahagia selain menangkap apa yang menjadi issu di dalam diri". Memang sangat jarang orang yang bisa menebak-nebak kegelisahan yang ada didalam dirinya. Kepiluan rasa diri sedikit agak kurang mengenakan tumpuan batin. Tetapi ketika ia direfleksikan terselip sebuah ruang besar tanda tanya yang membuat bahagia.

Sungguh bahagia rasanya mengikuti bintangku sendiri. Aku memang sering terjebak lautan, tetapi ketika ditulis kemudian dibaca logika kembali, "rasanya aku seperti nakhoda kapal berbentuk aku yang paling berbahagia". 

Rintangan di lautan memang terasa berat, kau harus butuh layar sampai jangkar yang kuat untuk menopang kayu yang membentuk kapalmu. Bahkan kaupun harus mempunyai tali yang besar agar; "kau tidak kehilangan dirimu sendiri terbawa arus badai yang suatu saat ia akan datang".

Memang ketika nakhoda melihat kedepan, karang dibawah adalah misteri. Namun bukankah kau bisa waspada ketika air itu terasa tenang? Ya, jebakan memang tidak pernah memberi tahu. Sepertinya semua orang tidak akan mau terjebak di dalam lautan kesengsaraan. Kini yang terjadi lautan membebaskanmu. Bahkan lautanpun cenderung menjadi dirinya sendiri yang acuh pada setiap fenomena yang ada. Nakhoda ini kecil, yang besar adalah kapalnya, ia butuh dipelihara bahkan crobongnya penuh dengan pemenuhan-pemenuhan yang harus ia dipenuhi.

Adakalanya memang nakhoda akan bingung kemana akan dilayarkan kapalnya. Kompas pun terasa hanya pajangan untuk berjaga-jaga. Ketika bingung, rasakanlah kebingungannya sembari bertanya-tanya pada dirimu sendiri. Badai hanyalah sementara, ombak tinggipun sementara. Matahari tak akan membuatmu sendiri, bulan pun tetap akan hidup bersamamu. Janganlah ragu dalam kesendirianmu. Suatu saat pasti akan ada ikan menghampirimu untuk kau nikmati, bisa saja kau jadikan teman hidup dari pada kau berjalan dengan kesendirian yang memilukan ini.

Usulan yang berbahagia, cerutu akan selalu ada, asapnya bak surga yang menyembuhkan keruwetan samudra. Hiduplah sebagaimana adanya, sesuai apa kehendaknya. Percaya bahwa samudra akan terasa tenang kembali jika ia terus dan terus diarungi. Rawatlah kapalmu, rawatlah seperti kau menjaga rasamu sendiri. Menjaga dan terus terjaga demi melihat matahari bersinar dari timur sana kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun