Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Dunia Menjadi Sebuah Distorsi

29 April 2019   22:11 Diperbarui: 30 April 2019   21:22 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pixabay.com

Keterhubungan dengan manusia lain adalah suatu pertanda bahwa kita adalah saudara yang sebelumnya tak saling mengenal. Tempat tinggal kita disini, dimanapun wilayah dan siapapun manusianya,  bagi saya dunia adalah kampung halaman manusia.

Saya sendiri menilai "saat manusia menganggap kampung halamannya hanya dikampung dimana  mereka dilahirkan, dia adalah seseorang manusia yang diasingkan oleh pikiranya sendiri untuk tidak mengenal rumah yang sesungguhnya selain di dalam dirinya sendiri. Rumah sesunggunya manusia adalah "dunia" dan kampung halaman kita dimanapun manusia berada di dunia.

Sedikit sejarah hidup manusia

ilustrasi diambil dari pixabay.com
ilustrasi diambil dari pixabay.com
Pada saat peradaban komunal primitif, bahan makanan disediakan oleh alam, karena itu hanya dengan bekerja pada alam, manusia dapat sejahtera dengan hasil makanan yang dihasilkan oleh alam. Mereka bekerja dengan berpindah-pindah tempat, mencari bahan makanan yang masih ada. 

Saat terjadi seleksi alam, hanya manusia kreatiflah yang sanggup mempertahankan eksistensi hidupnya. Manusia bertahan hidup dengan mereproduksi pangan melalui bercocok tanam. Pada saat itulah "manusia menetap tidak berpindah-pindah lagi".

Dengan keadaan manusia yang telah berbeda cara hidupnya, cara untuk sejahtera pun berbeda. Masa dimana bercocok tanam sebagai suatu media bereksistensi, hanya dengan mempunyai lahan yang luas-lah manusia bisa sejahtera. Untuk melegalisasi kepemilikan dibuatlah suatu pemerintahan atau negara guna mengakui kepemilikan secara pribadi. Kenyataanpun bergati kesejahteraan hanya bisa dicapai melalui tanah, maka dari itu kelas sosial tercipta antara tuan tanah dan buruh tani.

Reproduksi pangan mulai tumbuh pasar pun tercipta guna tukar-menukar hasil produksi. Sekian lama mekanisme pasar melalui barter dirasa menyulitkan, manusia pun berinovasi membuat alat penukar berbentuk emas dan perak. 

Banyaknya kebutuhan akan emas dan perak membuat barang itu tidak mudah untuk diakses, pembaharuan alat tukar waktu itu sangat mendesak, manusia melakuakan inovasi kembali menciptakan uang.

Dengan ini uang menjadi barang yang vital bagi kehidupan, karena keguanaannya yang bisa ditukar dengan barang apapun. Keadaan hidup manusia pun berganti lagi, karena uang sebagai suatu alat yang vital, "lambang kesejahteraanpun berganti semakin uang itu terakumulasi banyak semakin manusia sejahtera". 

Karena akumulasi uang itu manusia memulai berdagang dan menciptakan alat-alat produksi. Keadaan uang sebagai lambang kesejahteraanpun terjadi sampai saat ini. Tetapi kembali lagi, "di zaman apapun hanya manusia yang kreatif yang mampu bereksistensi".

Dunia "Surga yang tidak diakui sebagai surga"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun