Ini mungkin tidak akan terbagi, lelah dengan semua ini. Menjadi bintang ada kalanya ketinggian, menjadi tanah-pun tidak pantas untuk diriku. Sebenarnya aku ingin apa? Dan diriku untuk apa? Lantunan musik instrumental kini. Hari yang lelah untuk jiwa yang lelah pula. Bagimana dengan naskahku hari ini? Apa yang kau harapakan dari naskah yang kau tulis sepenggal-penggal itu? Dan akhirnya aku harus berharap, untuk menjadi benar dan berbagai kepentingan kapital. Semua hanya ada satu kata 'butuh dalam hidup'
Ya akulah si-materialis itu, lagi-lagi aku harus seperti dia, hidupku kecukupan, tetapi mentalku nol. Ada upaya ketidakpercayaan diri yang mengedap subur dalam rasa terdalam batin yang kosong. Dengan gaji yang kecil dapatkah aku menjadi menarik?
Setiap malam bertanya-tanya. Setidaknya dengan ini aku bisa mendulang rupiah dari karya ini. Akankah aku kembali dengan mental terbaikku? Seperti menunggu masa itu datang, harapanku hanya tertuju pada penghasilan yang lebih, "untuk menarik diriku pada mental terbaikku".
Aku bisa seperti mereka yang penghasilannya melebihi upah minimum regional. Dengan penghasilan lebih aku-pun dapat ber-gaya lebih baik khas milenial. Menjadi pertanyaan, apakah itu seperti jiwaku? Sederhana, masa bodo dan pemikir? Sepertinya aku harus menulis serius, dan apa yang harus aku tulis? Politik supaya viewnya bagus? Seperti tiada pengetahuan lain saja. Tahun politik semua "didungukan juga oleh aktor politik".
Apakah kau juga ingin aku dungukan malam ini? Lelah dan tidurlah para kancil-kancil politik kini. Hidupmu hanya menghebohkan hal-hal yang sebenarnya sampah pikiran yang terlalu serius. Sudahlah, lemaskan urat-uratmu, jangan hanya pilpres, kamu tetap menjadi kamu? Puas?
Tidak ubahnya politik akan membuat kita sama saja, kasarnya ya begini-begini aja. Gaji naik baru hidup kita berubah, toh kalau biaya kos naik, atau nasi telor di warteg naik? Sama lagi dan lagi-lagi sama.
Nasib-nasib, lagi-lagi rakyat tetap menghidupi dirinya sendiri. Apakah seorang presiden di jakarta tau kau sedang kesusuahan? Ya temenmu, tetanggamu yang tahu, makannya jangan kau musuhi untuk hanya perbedaan pilihan aktor politik yang sedang ekting.
Dengan celoteh tetangga sebelah? Bagaimana dengan ekonomi? Memang selama ini negara yang menggerakan ekonomi? Ekonomi bergerak karena modal, itu sudah sejak zaman adanya barter. Kamu punya apa dan dapat menghasilkan apa?
Selama itu, masih aman dalam peredaran produksinya, ekonomi akan aman. Kalau kau masih bisa menanam padi, bekerja dan dapat uang, lalu apa yang dikhawatirkan? Hanya pikiran semu tentang ekonomi. Ekonomi terganggu ketika kau tidak bisa kerja, itulah mengapa orang banyak yang benci terhadap demo yang belum tentu suaranya di dengar.
Hanya saja politik dapat mengubahmu jika pajak itu dihapus dalam ruang kehidupannmu bernegara. Kini apakah mungkin pajak itu dihapus? Merka akan makan apa yang selama ini menjadi benalu negara?
Mungkin ada salah satu partai politik menghapus pajak, aku yakin hanya namanya saja yang diganti, "sodakoh" itulah yang mungkin. Ya pajak negara sendiri adalah sodakoh yang dipaksa oleh negara atas rakyat.Â