Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koservatisme Politik dalam Masyarakat Teknologi

2 April 2019   22:13 Diperbarui: 11 April 2019   19:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: ilustrasi diambil dari; hot.detik.com, partai politik dan politikus mengiklankan dirinya sendiri

Mereka lebih tertarik menjadi Youtuber yang memungkinkan mereka kaya secara instan? Bukankah kini masyarakat semakin menjadi pragmatis? Ini bukan jaman dimana menjadi pejabat public harus menjadi seorang Jendral terlebih dahulu.

Demokrasi memungkinkan siapapun punya ruang yang sama menjadi pejabat publik. Sebagai catatan " jangan jadi Politkus tanpa mempunyai ide terlebih dahulu". Mengapa harus mempunyai ide? Sebab masyarakat teknologi merupakan krumunan warga  yang cerdas.

Setidaknnya jika anda akan atau tertarik menjadi pejabat publik, satu; ada harus pandai beretorika mempersuasi dengan argument rasional meyakinkan Masyarakat Teknologi kini.

Kedua; tentukan kendaraan Politik anda, Partai itu membawa ide menyegarkan untuk manusia abad 22 atau tidak? Gagasan partai politik itu harus melampaui jaman. Jika ini abad 21, pemikiran ide Politik Partai juga relevan dengan abad 22. Kita masih membaca ideologi Sosialisme kan? Atau kapitalisme? Dari abad berapa mereka?

Ketiga; yang terakhir: eksistensi anda dalam hidup harus mempunyai karya, apapun! Karena itu sebagai tanda bahwa anda adalah pemikir yang layak sebagai pejabat publik Masyarakat Teknologi."Dalam masyarakat teknologi ketika politikus membawa ide konservatif akan menjadi bahan olok-olokan pada akhirnya"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun