Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koservatisme Politik dalam Masyarakat Teknologi

2 April 2019   22:13 Diperbarui: 11 April 2019   19:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: ilustrasi diambil dari; hot.detik.com, partai politik dan politikus mengiklankan dirinya sendiri

Masih percayakah anda ketika Partai Politik atas dasar teologi  sekalipun masih melakukan tindakan Korupsi? Jadi ide dari mana itu "Partai Anti Korupsi"? sedangkan dilain sisi para Caleg harus merogoh kocek yang dalam untuk kampanye bahkan membeli suara masyarakat ? atau bagaimana Populisme kini digerakan oleh para politikus mencari simpatik?

Ketika para politikus masih gila akan kemewahan dengan Jam senilai milyaran rupiah dan Mobil mewah, yakin Populisme bukan retorika belaka? Penuh kecurigaan masyarakat abad 21 ini memandang Politik.

Saya menilai Partai Politik Indonesia sangatlah konservatif. Bahkan saking konservatifnya untuk menumbuhkan dirinya sendiri sejajar dengan masyarakat abad 21 pun tidak mampu? Dimana politikus dengan sejuta gagasan kontemporer? Ada atau tidak sebenarnya?

Belum lagi jargon Partai Anti Poligami? Sebegitu absurd-kah mencari pemilih abad 21? Saya kira masyarakat abad 21 adalah gudangnya rasional melek Teknologi dan Informasi. Pertanyaan saya akan laku-kah jualan ide sangat konservatif itu? Mungkin pasarnya untuk orang konservatif?

Tetapi kan menjadi pertanyaan, seberapa banyak Manusia konservatif abad 21? Apa dengan tanda dari Partai Politik yang anti-anti ini pertanda; bahwa masih banyak orang Indonesia konservatif ?  " ya pantes aja maju sebagian, mudur banyakan".

Perkara poligami itu" bisa dibuat ada upaya hukum rasional yang ditempuh". Saya kira sudah berlaku dimana ketika seseorang akan Poligami harus meminta izin pada Istri sebelumnya. Pertanyaannya begini, apakah akan anti ketika dari pihak Istri pertama menyanggupinya untuk dipologami? Lagian ketika ada upaya keputusan menyanggupi dari semua pihak, siapa yang dirugikan?

"Mbok ya kalau kampanye jangan yang absurd-absrud ya"  ungkapannya saja sangar, "paling milenials" tetapi ide sangat konservatif jauh dari semesta berpikir milinials. Saya kira poligami adalah bagian dari kebebasan, ketika semua elmen menyanggupi, "jelas tidak akan dirugikan".

Perkara nanti susah atau tidaknya "menafkahi istri banyak," keputusan pribadi untuk tidak melakukan lagi kan ditempuh orang tersebut. Saya mengira dengan kadar rasionalitas yang tinggi seorang yang akan Poligami sudah memperkirakan itu.

Bagi para Politikus masa depan dan berbagai Partai Politik yang akan diciptakan dimasa depan, "mengkaji isu-isu pada jamannya sangatlah perlu". Bahkan jika isu-isu yang di rumuskan tersebut menjadi solusi kehidupan pada jamannya "tentu akan berarti bagi eksitensialime Partai atau Politikus itu sendiri".

Tetapi sampai saat ini belum ada Partai yang menjawab tantangan abad 21 ini dengan berbagai kompleksitas isu-isu-nya. Saya berpendapat kebanyakan partai kini diciptakan oleh formalisme politik dimana berkuasa atas Negara harus memakai kendaraan Partai Politik.

Tentu wacana politik konservatif ini sangat tidak etis jika harus berdampingan dengan masyarakat teknologi abad 21 ini. Masyarakat kini butuh ide bagaimana berkembang secara pribadi. Politikus harus paham bagaimana membaca jaman. Bukankah bagi generasi Z cita-cita menjadi Polisi atau Tentara sudah tidak menarik lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun