Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koservatisme Politik dalam Masyarakat Teknologi

2 April 2019   22:13 Diperbarui: 11 April 2019   19:36 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: ilustrasi diambil dari; www.dictio.id, libereal dan conservative

Kita bisa menilai bagaimana ketika sesuatu itu; baik jasa atau barang berlebih akan menurunkan harga? Inilah pasar Kapitalisme itu dengan berbagai tawaran yang ditawarkan. Tetapi saya tidak boleh tidak setuju dengan cara lama dalam kehidupan ini.

Hanya saja saya tidak mau frontal pada keabsrudan siapa melawan siapa. Pada dasarnya Manusia harus mampu hidup bersama sistem, apapun itu. Hanya seorang pembenci total yang setiap hari hidupnya hanya melawan apa yang dibencinya.

Prinsip saya dalam memegang kehidupan ini hanyalah "menihilkan". Saya tidak mau muluk-muluk menjadi "pahlawan" bagi siapa. Disisi lain menjadi "nereka" bagi mereka yang terpinggirkan pada akhirnya. Ada yang nikmat dari hidup tanpa konflik kepentingan yang lahir dalam diri. Bisa dikatakan saya ingin merdeka dari dalam karantina tubuh saya sendiri.

Tentu "merdeka" dari segala macam opini-opini seseorang tentang saya. Baik sosok besar berpengaruh atau tukang rongsok disudut Kota sana. Bagi saya semua sama saja, hanya bagaimana kualitas seorang memperlakukan hidupnya? bahkan mengenali dirinya sendiri lebih baik lagi?

Saya kira semua tidak lebih baik dari setiap apa saja yang menjadi kepentingannya. "Manusia akan tetap menjadi Manusia"

Setiap orang punya kepentingan, tidak terkecuali para Pengemis diluar sana yang mengemis untuk menjadi kaya. Dunia adalah belantaranya orang bebas menjadi, "semua tergantung bagaimana daya berpikirnya bicara bermoral atau tidak bermoral". Tentu saya kira itu hanyalah pesan subyektivitas dari Manusia itu sendiri.

Misalnya seorang Politikus tidak mendapat bagian kekuasaan, tentu meninggalkan tanpa dosa Partai Politiknya bukanlah soal. Untuk mencari kepetingannya berkuasa membangun Partai Politik sendiri atau menyebrang ke Partai Politik lain adalah sah. Perkara bermoral atau tidak bermoral, "itulah sifat manusia bersama kepentingan hidupnya".

Bicara sebagai "manusia, kenikmatan adalah bagaimana tajamnya pikiran mengamati yang tidak disadari banyak orang. Selama berpikir tidak dilarang, mungkin Saya memastikan tidak ada yang perlu dipertentangkan dalam bait-bait wacana kehidupan ini.

Berbeda ketika kita mengamati dengan berpikir, mencoba membuat tulisan, mengkritik segalanya itu dilarang. Mungkin saya akan menjadi frontal pada akhirnya. Dalam hal ini saya tidak membela siapapun, saya hanya membela diri dan berbagai kenikmatan dan kebebasan hidup yang ditawarkan.

Bagi saya tidak ada ruang yang terbuka untuk meberdel diri satu Manusia-pun yang hidup. Meskipun dihadapkan pada bagaimana kuatnya otoritas itu bercokol atas nama kuasa tetapi tetap; "tidak pernah ada yang rela kehidupannya tersandra di tanahnya sendiri".

Dalam hal ini tanah adalah tubuh manusia itu sendiri yang menjadi beban bagi jiwanya. Maka dari itu, upaya untuk kebebasan diri sangatlah patut untuk diperjuangkan. Jika ia sebagai yang tertindas, dan tidak bebas meperlakukan hidupnya sebaik rasa dan rasionalnya. Tentu menjadi frontal merupakan kebutuhan dasar Manusia.

Kita boleh berkaca pada Orde Baru yang sangat totaliter berkuasa saat itu. Kebebasan pers dibrangus, menakut-nakuti warga negara dengan penembakan misterius dan membantai kekuatan politik yang bersebrangan dengan ideologinya.

Saya kira ituluah bagaimana kepetingan berbicara. Subversi adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Untuk menjadi kelompok yang kuat memang harus menidas yang kelompok lemah. Semuanya adalah konsekwensi dari modernnya sifat hewan yang berpikir.

Upaya pengekangan baru-baru ini di Indonesia memang belum terllihat seperti Tiongkok. Tetapi memungkinkan menjadi seperti Tiongkok dimasa yang akan datang. Kelompok Agama Uighur menjadi isu yang santer beredar di media-media dunia khususnya dari dunia religious yang sama.

Komunisme secara politik disana masih kuat, begitupun kekuatan politik agama yang semakin kuat juga di Indonesia. Didalam bangsa manapun kekuatan kelompok dengan berbagai afiliasi ideologinya tetap mengancam hak hidup masyarakat sipil majemuk.

Bukan saja ingin berkuasa penuh secara politis, tetapi upaya penyeragaman agar masyarakat menjadi patuh. 'Kita bisa mengakaji bagaimana Indonesia majemuk tetapi mengagas wisata halal di Bali misalnnya". Tidak lain interpretasi saya adalah wacana tersebut merupakan upaya menseragamkan dengan "kelompok mayoritas berkuasa" saat ini.

Ketika "masyarakat" patuh mereka  menjadi langgeng dalam berkuasa. Maka dari itu mereka menutup ide-ide yang bermuatan politis lahir dari golongan lain. Bahkan wacana-wacana mempengaruhi intelektulitas seseorang agar tidak menjadi merdeka, tetap ikut tunduk atas nama perintah otoritas menjadi oprasi terselebung yang harus sukses.

Logikanya, seorang yang tuduk akan sangat mudah di intervensi kehidupan privatnya, itulah yang terjadi pada masyarakat Indonesia mutakhir. Dimana mereka sedikit agak loyal terhadap tradisi yang justru menjurus pada pengekangan kebebasan sebagai manusia.

Saya mengira upaya Partai Komunis di Tiongkok mengawasi penuh komunitas berbasis Agama Uighur tujuannya agar ruang berpolitik komunitas selain Komunisme tertutup. Begitupun dengan kekuatan berbasis Agama yang terus tambah semakin kuat di Indonesia.

Tujuan mereka sama "hanya afiliasi konten ideologinya yang berbeda". Adanya pembatasan-pembatasan itu, dan aturan irasional Masyarakat Teknologi "demokratis" menjadi tanda yang nyata bahwa; mereka ingin melanggengkan kuasa atas politik menjerumus kepatuhan warga Negara seperti apa yang mereka inginkan.

Di Tiongkok pemerintah anti sekali dengan paham isme-isme berbasis agama, disisi lain Indonesia-pun sangat anti dengan Komunisme, dimana menurut mereka komunisme berbasis"atheisme". Penyitaan buku-buku kiri, intimidasi berbagai kelompok yang mengacam kuasa, saya yakin kerap terjadi di kedua negara ini.

Tetapi menjadi pertanyaan saya, apakah di Tiongkok juga sama seperti Indonesia mebatasi ruang gerak masyarakat? Kita sama-sama tahu abad 21 adalah transisi dunia menjadi Masyarakat Teknologi. Dimana tidak akan ada identitas yang memisahkan Manusia, mengambil kata populer kini " cebong dan kampret tidak selamanya berseteru" di maya bahkan di nyata".

Tentu karena Saya warga dan tinggal di Indonesia, mengamati betul bagaimana Indonesia kini. Saya menyaksikan bagaimana wacana bermain Game itu dilarang, juga Golput atau upaya masyarakat ogah memihak kepada orentasi politik juga di haramkan merujuk pada keyakinan kepercayaan kelompok tertentu.

Saya kira ini adalah upaya reaktif dari politik konservatif yang masih berkuasa di Indonesia. Tentu ini merupakan upaya mereka membendung corak politik baru akan transisinya bentuk Masyarakat Teknologi abad 21 ini.

Saya menilai Masyarakat Teknologi sendiri akan memunculkan corak politik baru bagi Indonesia. Dimana corak itu akan menghilangkan nilai politik konservatisme menindas dan mengekang yang telah berlangsung lama di dunia termasuk Indonesia. Dalam benak saya "politik dalam Masyarakat Teknologi akan lebih humanis". 

Masyarakat teknologi akan menuntut kemerdekaan secara individu, tidak ada mayoritas dan minoritas "mereka menuntut persamaan hak sebagai warga negara". Tentu konsep dasarnya adalah ideologi "liberal-isme" yang dinilai lebih sintesis dengan berkembang semakin massifnya berbagai Industri kapitalisme mutakhir.

Politikus konservatif dalam pusaran masyarakat teknologi

Sepertinya tidak ada harmoni baik terjadi antara Teknologi dan Politik. Tentu ini berbanding terbalik dengan berbagai media yang secara massif berkampanye bagaimana Revolusi Industry 4.0.

Tentu bagi saya, sintesime antara politik dan perkembangan masyarakat akan begitu penting untuk membentuk bagaimana tatanan ke depan akan dimulai. Dengan berbagai kemajuan teknologi tentu merubah tatanan dasar industri, merubah masyarakat sudah pasti selaku pelaku dalam hal ini?

Seharusnya dalam wacana ideology politik-pun harus berubah mengikuti fenomena abad 21 ini. Inilah sebenarnya tantangan untuk para Politikus kini.

Dengan berbagai media yang ada saat ini tidak sulit dalam menilai Partai Politik mutakhir. Apa lagi ditambah tahun ini merupakan tahun politik. Dimana Pemilu baik Legeslatif maupun Presiden akan dilangsungkan pada hari yang sama yang pelaksanaannya  tinggal menghitung hari lagi.

Tentunya Partai Politik sudah menelanjangi beberapa ide-idenya di media untuk bagaimana ketika suara memenangkan mereka. Memang menarik melihat bagaimana Partai-Partai baru seperti PSI, Berkarya , Perindo atau partai baru lainnya berkiprah dalam politik muktahir ini.

Gambar: ilustrasi diambil dari; hot.detik.com, partai politik dan politikus mengiklankan dirinya sendiri
Gambar: ilustrasi diambil dari; hot.detik.com, partai politik dan politikus mengiklankan dirinya sendiri
Bagi saya, baik itu Partai baru ataupun lama jelas, "tidak ada yang menarik". Tidak lebih ide-ide yang mereka bawa tidaklah sesegar ungkapan kata milenials yang digemborkan. Hampir semua Partai Politik dalam kampanyenya di media tidak ada yang membawa angin segar bagi peradaban Masyarakat abad 21 ini. Sebagian mereka berkampanye dengan jargon-jargon usang  "jelas  masyarakat abad 21 ini tidak  percaya".

Masih percayakah anda ketika Partai Politik atas dasar teologi  sekalipun masih melakukan tindakan Korupsi? Jadi ide dari mana itu "Partai Anti Korupsi"? sedangkan dilain sisi para Caleg harus merogoh kocek yang dalam untuk kampanye bahkan membeli suara masyarakat ? atau bagaimana Populisme kini digerakan oleh para politikus mencari simpatik?

Ketika para politikus masih gila akan kemewahan dengan Jam senilai milyaran rupiah dan Mobil mewah, yakin Populisme bukan retorika belaka? Penuh kecurigaan masyarakat abad 21 ini memandang Politik.

Saya menilai Partai Politik Indonesia sangatlah konservatif. Bahkan saking konservatifnya untuk menumbuhkan dirinya sendiri sejajar dengan masyarakat abad 21 pun tidak mampu? Dimana politikus dengan sejuta gagasan kontemporer? Ada atau tidak sebenarnya?

Belum lagi jargon Partai Anti Poligami? Sebegitu absurd-kah mencari pemilih abad 21? Saya kira masyarakat abad 21 adalah gudangnya rasional melek Teknologi dan Informasi. Pertanyaan saya akan laku-kah jualan ide sangat konservatif itu? Mungkin pasarnya untuk orang konservatif?

Tetapi kan menjadi pertanyaan, seberapa banyak Manusia konservatif abad 21? Apa dengan tanda dari Partai Politik yang anti-anti ini pertanda; bahwa masih banyak orang Indonesia konservatif ?  " ya pantes aja maju sebagian, mudur banyakan".

Perkara poligami itu" bisa dibuat ada upaya hukum rasional yang ditempuh". Saya kira sudah berlaku dimana ketika seseorang akan Poligami harus meminta izin pada Istri sebelumnya. Pertanyaannya begini, apakah akan anti ketika dari pihak Istri pertama menyanggupinya untuk dipologami? Lagian ketika ada upaya keputusan menyanggupi dari semua pihak, siapa yang dirugikan?

"Mbok ya kalau kampanye jangan yang absurd-absrud ya"  ungkapannya saja sangar, "paling milenials" tetapi ide sangat konservatif jauh dari semesta berpikir milinials. Saya kira poligami adalah bagian dari kebebasan, ketika semua elmen menyanggupi, "jelas tidak akan dirugikan".

Perkara nanti susah atau tidaknya "menafkahi istri banyak," keputusan pribadi untuk tidak melakukan lagi kan ditempuh orang tersebut. Saya mengira dengan kadar rasionalitas yang tinggi seorang yang akan Poligami sudah memperkirakan itu.

Bagi para Politikus masa depan dan berbagai Partai Politik yang akan diciptakan dimasa depan, "mengkaji isu-isu pada jamannya sangatlah perlu". Bahkan jika isu-isu yang di rumuskan tersebut menjadi solusi kehidupan pada jamannya "tentu akan berarti bagi eksitensialime Partai atau Politikus itu sendiri".

Tetapi sampai saat ini belum ada Partai yang menjawab tantangan abad 21 ini dengan berbagai kompleksitas isu-isu-nya. Saya berpendapat kebanyakan partai kini diciptakan oleh formalisme politik dimana berkuasa atas Negara harus memakai kendaraan Partai Politik.

Tentu wacana politik konservatif ini sangat tidak etis jika harus berdampingan dengan masyarakat teknologi abad 21 ini. Masyarakat kini butuh ide bagaimana berkembang secara pribadi. Politikus harus paham bagaimana membaca jaman. Bukankah bagi generasi Z cita-cita menjadi Polisi atau Tentara sudah tidak menarik lagi? 

Mereka lebih tertarik menjadi Youtuber yang memungkinkan mereka kaya secara instan? Bukankah kini masyarakat semakin menjadi pragmatis? Ini bukan jaman dimana menjadi pejabat public harus menjadi seorang Jendral terlebih dahulu.

Demokrasi memungkinkan siapapun punya ruang yang sama menjadi pejabat publik. Sebagai catatan " jangan jadi Politkus tanpa mempunyai ide terlebih dahulu". Mengapa harus mempunyai ide? Sebab masyarakat teknologi merupakan krumunan warga  yang cerdas.

Setidaknnya jika anda akan atau tertarik menjadi pejabat publik, satu; ada harus pandai beretorika mempersuasi dengan argument rasional meyakinkan Masyarakat Teknologi kini.

Kedua; tentukan kendaraan Politik anda, Partai itu membawa ide menyegarkan untuk manusia abad 22 atau tidak? Gagasan partai politik itu harus melampaui jaman. Jika ini abad 21, pemikiran ide Politik Partai juga relevan dengan abad 22. Kita masih membaca ideologi Sosialisme kan? Atau kapitalisme? Dari abad berapa mereka?

Ketiga; yang terakhir: eksistensi anda dalam hidup harus mempunyai karya, apapun! Karena itu sebagai tanda bahwa anda adalah pemikir yang layak sebagai pejabat publik Masyarakat Teknologi."Dalam masyarakat teknologi ketika politikus membawa ide konservatif akan menjadi bahan olok-olokan pada akhirnya"  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun