Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Melihat Demokrasi Indonesia Hari Ini

28 Maret 2019   20:44 Diperbarui: 29 Maret 2019   19:56 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anomali Demokrasi Indonesia 

Sedikit mungkin menjadi ganjalan, bagaimana cara mengontrol orang dengan keyakinannya bahkan kesenangannya? Saya kira itu tidak akan efektif selama kontrol itu pada tatanan "ia tidak merugikan orang lain". Merdeka secara pribadi memungkinkan menjadi ciri masyarakat di Negara Demokrasi.

Masyarakat demokratis sendiri berarti percaya akan hukum rasional, mengapa? Karena bagi seorang  warga negara "demokratis" yang tidak mampu mengatur dirinya sendiri secara tidak sadar ia harus diatur oleh hukum. 

Penegak Hukum dan Undang-Undang hukum yang kuat menjadi hal yang krusial dalam sistem Demokrasi. Bagi saya Hukum dan Demokrasi berjalan beriringan dan keduanya saling melengkapi. Hukum tidak kuat praktis Demokrasi lemah.

Menilik bagaimana Demokrasi Indonesia muktahir tentu menarik. Pertanyaannya begini sudahkah Indonesia Demokratis? Tentu ini pertanyaan yang diraguakan banyak ahli di bidang Politik, Sosial maupun Budaya. Jika pertanyaan itu diubah, sudahkah Indonesia melakukakan tradisi Demokrasi? Saya yakin belum! Bahkan masih jaih dari Demokrasi.

Umumnya di negara Demokratis lainnya, dimana warga negara bebas menetukan pilihan hidupnya sendiri. Memang dalam hal ini, kebebasan bukan berarti bebas melakukan apa saja, bukan! 

Bebas dalam Demokrasi sendiri adalah bebas untuk bereksprsi, berpendapat dan bebas menjadi apa yang dia mau melalui proses dalam kehidupannya sendiri. Tentu itu dilakukan atas dasar kesadaran tanpa merugikan orang lain.

Tetapi ini Indonesia, dimana kekuatan identitas rasanya ingin juga menjadi Negara di dalam Negara. Oleh karna itu patut dicermati setiap kebijakan yang diambil entah itu atas nama Negara atau atas nama Organisasi Masyarakat (ormas)  yang bertransformasi menjadi partai politik.

Sikap memerintah atas pendapat satu pihak tentu mencidrai Demokrasi itu sendiri. Tidak jarang karena dalam Demokrasi mayoritas-lah yang menang. Bukan tidak mungkin ketika mereka berkuasa dan menganggap superior menduduki semua jabatan publik dalam negara, upaya untuk meminggirkan minoritas pasti ada.

Ini jelas bertentangan dengan Demokrasi yang sebenarnya. Demokrasi memungkinkan hak yang sama bagi semua warga negara. Suara minoritas-pun haruslah didengar dan dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan publik. 

Tetapi berbanding terbalik di Indonesia. Karena demokrasi Indonesia hanya untuk mengakumulasi entitas politik. Menjadi sarana berkuasa atas nama Demokrasi melalui pemilu atau pemilihan umum. Tidak heran jika Demokrasi hanya alat politikus pragmatis kebetulan kaya  yang ingin berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun