Mohon tunggu...
Drs. Komar M.Hum.
Drs. Komar M.Hum. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Al-Izhar dan Fasilitator Yayasan Cahaya Guru

Berbagi dan Menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Integrasi Sains dan Agama dalam Pembelajaran

13 Juli 2019   17:12 Diperbarui: 20 Juli 2019   19:29 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendekatan Dialog 

Pendekatan ini memotret hubungan yang lebih konstruktif antara sains dan agama dari pada pendekatan konflik dan independensi. Namun, dialog tidak menawarkan kesatuan konseptual sebagaimana yang diajukan pendukung integrasi. Dialog mungkin muncul dengan mempertimbangkan pra-anggapan dalam upaya ilmiah, atau mengeksplorasi kesejajaran metode antara sains dan agama. Dalam membandingkan sains dan agama, dialog menekankan kemiripan dalam pra-anggapan, metode, dan konsep. Sebaliknya, independensi menekankan perbedaan yang ada. 

Pendekatan Integrasi 

Beberapa ilmuwan menyerukan perumusan ulang gagasan-gagasan teologis tradisional yang lebih ekstensif dan sistematis. Ada tiga versi berbeda dalam integrasi. Dalam Natural Theology, terdapat klaim bahwa eksistensi Tuhan dapat disimpulkan dan didukung oleh bukti tentang desain alam, yang membuat kita semakin menyadarinya. 

Dalam Theology of Nature, sumber utama teologi terletak di luar sains, tetapi teori-teori ilmiah bisa berdampak kuat atas perumusan ulang doktrin-doktrin tertentu, terutama doktrin tentang penciptaan dan sifat dasar manusia. Dalam Sintesis Sistematis, sains dan agama memberikan konstribusi bagi perkembangan peradaban umat manusia. 

Itulah sekelumit uraian tentang pola hubungan antara sains dan agama, yang masing-masing akan memberikan implikasi bagi perkembangan kesadaran saintifik dan religiusitas kita, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas pendidik. Saya tidak akan memberikan kesimpulan pendekatan mana yang harus kita pilih. Silakan setiap kita merenungkan, merefleksikan, dan mengambil kesimpulan dengan fondasi nilai kebermanfaatan dan kemanusiaan. 

Yang terakhir, saya akan menampilkan kutipan hasil wawancara antara Philip Clayton dengan seorang astronom dari Institut Astrofisika Paris, Bruno Guiderdoni, yang dimuat pada buku Faith in Science. 

Philip Clayton: "Pengaruh religius apa saja yang Anda terima pada masa kanak-kanak, dan bagaimana akhirnya Anda memilih Islam?" 

Bruno: "Ayah dan ibu saya beragama Kristen, tetapi saya tidak dibesarkan dalam suatu tradisi agama tertentu. Saat saya mempelajari sains, saya dapati ada sesuatu yang hilang dalam pendekatan saintifik terhadap dunia. Saat saya mencari jenis pengetahuan lain, saya tersadar bahwa pencarian saya adalah sebuah pencarian religius. Saya tidak tahu kondisi di Amerika Serikat, tetapi di Perancis, pendidikan modern sama sekali mengesampingkan gagasan tentang Tuhan. Konsekuensinya, anak-anak muda tidak mampu menjelaskan apa yang mereka rasakan dan harapkan. Bagi saya, Islam yang sekarang saya anut, merupakan agama pertengahan antara agama-agama Barat (Yahudi dan Kristen) dan agama-agama Timur. Saya menemukan jalan saya dalam Islam, meskipun sebagaimana Anda tahu, Islam kini dirundung banyak masalah, terutama oleh faham fundamentalis yang menggunakan cara kekerasan. Hal yang sangat penting adalah baik dalam pencarian sains maupun pencarian religius, saya temukan keduanya dalam Islam".     

Bahan bacaan: 

Barbour, Ian G. When Science Meets Religion: Enemies, Strangers, or Partners. HerperCollins Publiser, 2000. 

Richardson, W. Mark and Gordy Slack. Faith in Science: Scientists Search for Truth. Rotledge, 2001.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun