Murid: "Untuk bisa memahami kandungan sebagian ayat Al-Quran, butuh penjelasan dari  sains."Â
Murid: "Tidak cukup hanya bisa berbahasa Arab untuk bisa mengerti ayat-ayat Al Quran."Â
Murid: "Kajian Al-Quran juga bisa dilakukan di universitas atau lembaga-lembaga ilmiah, bukan hanya di pesantren pak."Â
Membudayakan LiterasiÂ
"Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Sangat Pemurah. Yang telah mengajarkan penggunaan kalam. Yang telah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya." (Al-'Alaq: 1-5).Â
Kutipan ayat di atas merupakan fondasi teologis dalam konsep literasi, sehingga saya sebagai penganut Islam punya landasan yang kokoh mengapa  literasi harus menjadi program unggulan di Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu. Dalam memasuki revolusi informasi yang sedemikian dahsyat karena perkembangan teknologi informasi, maka program literasi yang dirancang harus mencakup tiga ranah tujuan, yaitu:Â
1) dimensi spiritualitas, memahami dari mana kita berasal, untuk apa kita tercipta, dan arah mana yang harus kita tujuÂ
2) dimensi karakter, menekankan pada dimensi kedalaman batin, peningkatan kesadaran ruang, waktu, dan peran (sebagai pelajar, sebagai anak, sebagai teman, sebagai kakak/adik, sebagai warga negara, sebagai umat Islam, dan sebagai umat manusia)Â
3) dimensi kompetensi/keahlian, meningkatkan kompetensi sains dan teknologi  sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Tentu saja dalam proses implementasinya, hal itu harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik di unit masing-masing berdasarkan kebutuhan tumbuh kembang mereka.Â
Contoh aktivitas yang saya lakukan tersebut merupakan upaya membudayakan literasi baik pada tingkat dasar, yaitu proses pembacaan teks (kitab suci), maupun literasi pada tingkat lanjut yaitu mengeksplorasi pemahaman dan berbagi sudut pandang antara peserta didik, yang diharapkan bisa memperkaya wawasan dan kesadaran tentang pentingnya mengkaji segala sesuatu dari berbagai perspektif.Â
Yang perlu terus diupayakan oleh para guru adalah bagaimana mendokumentasikan setiap upaya tersebut sehingga bisa berbagi dan saling menginspirasi. Tantangan selanjutnya adalah bagaimana proses literasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan anak, mulai dari tinggkat PAUD, SD, SMP, dan SMA. Untuk itu mutlak dibutuhkan kreativitas para guru yang paham betul karakteristik murid-murid dan mata pelajarannya. Dalam proses kreativ, tidak ada istilah benar dan salah, yang ada adalah proses pertumbuhan berkelanjutan, jika kita mau saling berbagi pengalaman.