Mohon tunggu...
Komar
Komar Mohon Tunggu... Jurnalis - Menyajikan berita teraktual dan terpercaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Masih terus belajar dalam berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuka Tabir Tsunami Aceh dari Sang Doktor Penyintas

26 Desember 2020   20:44 Diperbarui: 26 Desember 2020   21:34 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhammad Shafly Aqsha (anak bungsu), Istimewa

Di hari pertama, hanya beralas tikar tanpa terpal, begitulah keadaan malam pertama di pengungsian. Tetangga yang berada di sekitar lokasi mulai memberikan makanan, sajadah, mukenah dan kain. Saat itu, Nidar masih belum tenang, pikiran terus memikirkan Luthfi yang belum ditemukan. Hingga, ia mengancam suaminya, jika Luthfi belum ditemukan jangan kembali ke pengungsian.

Malam yang panjang di pengungsian tanpa sedetik pun mata Nidar terpejam, tajam pandangannya kedepan, pikirannya liar, memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk, anak-anaknya yang tertidur pulas, polos wajah mereka yang masih tidak tahu apa-apa.

Keesokan harinya, Nidar kembali memerintahkan suaminya mencari Luthfi. Secara random, suaminya mencari Luthfi disemua pengungsian di Aceh Besar. Pukul 17.05 Luthfi ditemukan di pengungsian PGSD di sekitaran Lampeuneurut. Saat hilang di Jembatan Punge, ternyata Luthfi dibawa tetangga rumah.

"Saat Luthfi dibawa ke tenda, saya yang sedang menunggu diluar tenda saya peluk Luthfi saya bilang jangan pergi lagi nak," pecah tangis Nidar, mengingat saat itu.

Kehidupan berubah 180 derajat

Hari-hari setelah itu berbanding tebalik dengan hari biasanya, semangat yang memudar, malam yang tak tenang, karena ketakutan akan datang tsunami, ketakutan itu terus menghantui mereka selama tiga bulan di pengungsian.

Teman-teman seperjuangan setiap hari datang memberikan semangat kepada Nidar yang saat itu mulai kehilangan rasa cintanya pada dunia. Tidak hanya teman seperjuangan, suaminya ikut berperan mengembalikan semangat Nidar.

Delapan bulan setelah melewati kehidupan yang berubah 180 derajat itu, semangat Nidar perlahan kembali, ia ditawarkan bekerja sebagai relawan di Non-Governmental Organisation (NGO) Oxfam asal Inggris. Bekerja selama setahun di Oxfam dia sempat naik jabatan, sebelum ditahun berikutnya Oxfam pergi dari Aceh karena keadaan yang semakin membaik.

Bertahun-tahun setelah Tsunami, luka itu berangsur kering dan bertaut, Nidar bekerja keras mengembalikan asanya, ia melawan berusaha keras melawan trauma, ketakutan yang terus menghantuinya, sempat menempuh pendidikan hingga ke Negeri Jiran untuk menghilangkan trauma. Kini, hikmah dari perjuangan itu Dr. Ir. Hafnidar A. Rani, ST, MM, IPU, ASEAN Eng, sudah dua periode menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik Unmuha Aceh.

Kondisi terkini rumah Hafnidar, Istimewa
Kondisi terkini rumah Hafnidar, Istimewa
Tsunami memang sudah 16 tahun berlalu, peristiwa bersejarah itu tidak melekat di ingatan masyarakat Aceh terutama korban yang berhasil selamat. Mereka yang selamat hingga kini masih menyimpan luka, ada cinta yang pergi dibawa Tsunami yang tak pilih kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun