Mohon tunggu...
uci ayu
uci ayu Mohon Tunggu... Novelis - penulis

mimpi yang membuatku bertahan mimpi menjadi penulis.......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidik Berkarya, Peserta Didik Berdaya

16 April 2023   16:27 Diperbarui: 29 April 2023   08:16 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Unjuk karya praktik baik pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah dan madrasah| Dok Tanoto Foundation via Kompas.com

Kemampuan berbahasa juga dilatih bukan untuk menghadapi ujian nasional, melainkan menanamkan kepercayaan dan keterampilan dalam diri anak bahwa bahasa seseorang, bagaimana caranya berkomunikasi akan berdampak besar dalam kehidupannya kelak. 

Presentasi dan kerja kelompok itu bukan lagi tentang tugas melainkan tentang kerja kelompok yang mau tidak mau harus dimiliki manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluk sosial. 

Presentasi juga menjadi indikator bagaimana karakter anak bisa menghargai satu dengan lainnya. Yang pintar tidak lantas merendahkan yang kurang pintar. Presentasi dan kerja kerja kelompok adalah bentuk perayaan perbedaan di kelas. 

Di kelas yang gurunya sudah "merdeka" dan menularkan kemerdekaan ini kepada peserta didiknya, akan diwujudkan dengan terbentuknya anak-anak gemilang secara pengetahuan juga sikap. 

Tidak ada lagi kalimat yang diucapkan seorang anak ketika salah satu temannya mendapatkan nilai seratus "Ah, toh juga nilai tidak menentukan kesuksesan" yang justru seorang anak berlindung di balik kalimat tersebut. Berlindung dari ketidakmampuannya mendapatkan nilai baik dengan cara merendahkan pencapaian orang lain. 

Saya setuju bahwa nilai, ranking, juara, prestasi, tidak menjadi garansi apa-apa dalam kehidupan atau kesuksesan seseorang. Namun, anak-anak yang memperoleh nilai baik bahkan maksimal yang didapat dari cara dia berproses dengan baik, tekun, dan jujur, nyata tidak nyata akan ikut membentuk kedisplinan, tanggung jawab yang pada akhirnya akan memengaruhi kesuksesan anak tersebut. 

Bersekolah dimaknai sebagai perayaan setiap proses seorang anak. Sekolah, pendidik, dan anak yang "merdeka" harus memaknai proses ini dengan sebaik-baiknya. 

Angka, pencapaian, prestasi, ranking, adalah bonus dalam berproses. Kenakalan, kegagalan, kesedihan, tidak naik kelas juga bagian dari hambatan yang harus dimaknai pula sebagai sebuah pelajaran yang mendewasakan. 

Bukankah bahagia dan sedih itu datang selalu sepaket dalam hidup manusia? Kita harus terbiasa dengan dua bagian yang tak terpisahkan itu. Duka, sedih, kecewa, bahagia, senang adalah karakter-karakter yang ikut membentuk pribadi manusia dewasa.

Dalam era "merdeka" ini, guru harus berkarya untuk "menjual". Karya dalam bentuk apapun bisa menjadi keteladanan bagi siswanya. Misalnya, guru yang tidak ingin siswanya mematikan kamera saat kelas daring dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan webinar maupun dalam proses pembelajaran, setidaknya guru memulai dahulu hal itu. 

Di setiap webinar, diskusi, seminar, jika itu berlangsung secara daring, maka guru harus menyalakan fitur kamera sebagai apresiasi atau penghargaan terhadap yang berbicara. Karya lainnya yang bisa menjadi teladan bagi peserta didik yang sangat mungkin diupayakan guru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun