Komang Putri Saharani
2111031226
Rombel 6
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Tradisi Ngaben di Bali Dianggap Boros??
Yuk simak Penjelasannya : Prosesi dan Pelaksaannya
Siapa yang tidak tahu Bali. Pulau seribu pura yang menjadi salah satu destinasi wisata yang memajukan pulau Bali hingga dikenal di mancanegara. Bukan hanya sekedar destinasi wisata nya, tetapi Pulau Bali juga memiliki banyak sekali tradisi dan kebudayaan yang masih melekat di masyarakat Bali yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat Bali. Sehingga masyarakat Bali memiliki aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan yang berhubungan dengan tradisi yang mereka jalani dan yang mereka yakini di dalam kehidupan ini. Belum banyak yang mengetahui beberapa tradisi yang ada di Bali, namun sebagian besar orang, baik itu dari luar Bali ataupun dari luar negeri sudah mengetahui tradisi yang sangat mendasar dan menjadi karakteristik dari pulau Bali, yaitu Ngaben.
Ngaben merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Bali untuk membakar mayat yang ada di pulau Bali. Upacara Ngaben ini merupakan suatu proses untuk mensucikan roh dengan cara membakar jenazah agar bisa kembali kepada sang pencipta atau kembali ke tempatnya. Upacara Ngaben ini tergolong sebagai upacara pitra yadnya dan berbeda dengan kremasi, karena upacara Ngaben ini memerlukan prosesi yang cukup banyak dan memerlukan banten yang banyak. Upacara Ngaben ini dilakukan untuk mengembalikan roh leluhur kembali ke alamnya. Siapa yang tidak tahu Ngaben, seluruh wisatawan lokal maupun internasional pasti sangat familiar dengan upacara Ngaben di Bali. Bagaimana tidak, upacara-upacara Ngaben di Bali dilakukan dengan begitu meriah dan besar-besaran, sehingga para wisatawan yang mumpung berada di Bali merasa tertarik untuk menyaksikan bagaimana pelaksanaan dari upacara Ngaben ini. Namun tidak semua masyarakat yang melaksanakan upacara Ngaben bisa dilakukan dengan besar-besaran, tetapi bisa juga dengan seadanya, asalkan banten yang disiapkan sudah lengkap. Seperti hal nya di desa-desa, pelaksanaan Ngaben tidak sebesar seperti yang diadakan di Ubud misalnya. Seperti yang diketahui bahwa pelaksanaan upacara Ngaben yang ada di Ubud sangat meriah dan besar-besaran, mulai dari "bade" atau tempat jenazah nya yang sangat tinggi dan rangkaian upacaranya yang cukup panjang serta di berbagai wilayah di Bali itu memiliki suatu prosesi yang berbeda-beda menurut keyakinan dari wilayah tersebut, tetapi pada umumnya pelaksanaan dari upacara Ngaben itu sebagian besar sama, sehingga banyak orang dan wisatawan yang datang untuk menyaksikan secara langsung bagaimana prosesi dari upacara Ngaben ini.
Banyak orang yang mengira bahwa upacara Ngaben ini menghabiskan uang yang cukup banyak, mulai dari persiapan pelaksanaannya, peralatan yang akan digunakan, hingga biaya untuk membuat atau membeli banten yang memerlukan uang yang tidak sedikit. Tetapi masyarakat Bali tidak pernal mengeluh akan hal tersebut, yang menjadi tujuan masyarakat Bali melakukan upacara Ngaben ini adalah untuk mengembalikan roh leluhur kembali ke alamnya dan mengutamakan rasa ikhlas untuk menyelesaikan upacara Ngaben tersebut. Lantas kenapa upacara Ngaben disebut boros atau memerlukan banyak biaya?
Sebagian besar orang yang berada di luar Bali juga pasti berpikir bahwa tradisi Ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali itu boros dan menghabiskan banyak uang. Tetapi pada dasarnya kegiatan atau upacara Ngaben itu memanglah begitu teknisnya, memerlukan biaya yang cukup untuk menyiapkan segala jenis perlengkapan dan segala sarana dan prasarana yang harus disiapkan agar pelaksanaan upacara Ngaben bisa berjalan dengan lancar tanpa adanya kekurangan. Selain itu memang pada dasarnya pelaksanaan dari upacara Ngaben itu memerlukan banyak persiapan karena dalam pelaksanaanya juga memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan upacara Ngaben juga harus di siapkan, seperti makanan untuk keluarga, atau untuk orang-orang yang datang. Oleh sebab itu, tidak sedikit masyarakat Bali yang ada salah satu keluarga nya yang meninggal itu tidak di aben dulu karena mungkin tidak ada hari yang baik atau memang biaya yang belum cukup. Apa yang membuat pelaksanaan upacara Ngaben itu memerlukan biaya yang cukup besar?
Yang pertama dan yang paling penting adalah banten. Banyak sekali banten yang digunakan untuk melakukan upacara Ngaben ini, mulai dari hari pertama untuk memulai upacara Ngaben sampai hari-H. Selain itu, dalam melaksanakan upacara Ngaben ini biasanya memerlukan waktu yang cukup lama, bisa 5 sampai 10 hari, oleh sebab itu memerlukan perlengkapan baik itu sarana dan prasarana untuk melengkapi hal-hal yang di perlukan dalam pelaksanaan upacara Ngaben tersebut. Jika masyarakat tersebut memilih untuk membuat banten dengan dibantu oleh kerabat atau orang-orang terdekat, maka mungkin akan mengeluarkan biaya untuk banten lebih sedikit, namun pada akhirnya sama saja, cuma jika memilih untuk membuat banten sendiri itu rasa kekeluargaannya lebih terasa. Tetapi jika membeli banten itu pasti biayanya lebih mahal, karena jasa membuatnya dan biaya dari peralatan dan buah-buahannya.
Prosesi dari upacara Ngaben ini biasanya dilakukan selama 5 atau 10 hari, menurut hari baik yang akan diambil. Biasanya apabila ada orang yang meninggal tetapi tidak langsung di aben itu, biasanya akan di aben ketika ada upacara Ngaben massal atau ikut di dalam upacara Ngaben pribadi yang dilakukan oleh salah satu keluarga yang meninggal yang langsung di aben. Nah biasanya upacara Ngaben yang dilakukan secara pribadi atau dilakukan langsung oleh pihak keluarga yang ditinggalkan, ini biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, karena untuk mempersiapkan segala sesuatu dan kebutuhan Ngaben tersebut, seperti "Bade" atau tempat jenazah yang akan di aben yang akan di arak ke tempat pembakaran. Selain itu juga biaya banten yang sangat banyak, ada keperluan seperti makanan dan minuman untuk orang-orang yang datang, serta keperluan lainnya. Selain itu di dalam pelaksanaan upacara Ngaben secara pribadi, terdapat beberapa upacara kompleks yang harus dilakukan, seperti "medeeng". "Medeeng" ini dilakukan oleh seluruh keluarga dan masyarakat desa yang terlibat, biasanya semua keluarga akan "mepayas" atau berias dan berjalan ke tempat yang dituju dengan beriringan memegang tali. Selain itu ada juga upacara "Ngulapin", biasanya dilakukan ketika orang yang meninggal tersebut meninggal di suatu tempat, seperti di rumah sakit atau di tempat-tempat tertentu. Namun ada juga yang melakukannya di perempatan jalan , pertigaan jalan, atau di tengah jalan menurut tradisi dan keyakinan yang di anut oleh masyarakat dari wilayah tersebut. Bukan hanya itu ada juga upacara "Ngemandusin" atau “Ngeringkes”, yaitu upacara pemandian dari jenazah. Serta ada ada banyak lagi upacara-upacara yang dilakukan pada saat Ngaben ini. Setelah upacara-upacara tersebut sudah dilakukan barulah menuju ke hari-H atau hari "pengutangan" yaitu pengusungan jenazah menuju ke kuburan atau tempat pembakaran, dengan menggunakan "bade" atau tempat jenazah, dan diiringi dengan baleganjur dan jenazah akan mengelilingi tempat seperti perempatan dan di depan pura Dalem sesuai dengan keyakinan dari masyarakat di wilayah tersebut sebanyak 3 kali yang memiliki makna untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya, dan seluruh masyarakat atau orang-orang terdekat akan ikut berjalan di belakang untuk memberikan hormat dan mengantarkan ke tempat pembakaran. Setelah selesai melakukan pembakaran, upacara selanjutnya yaitu "Nganyud" yaitu melepaskan abu atau menghayutkan abu dan segala kotoran yang tertinggal di roh. Biasanya dilakukan di segara atau di laut. Setelah semua upacara selesai, dilakukan juga upacara pembersihan lingkungan keluarga untuk melepas duka yang dirasakan dan untuk membersihkan tempat yang digunakan untuk melaksanakan upacara Ngaben.
Nah hak-hal tersebut lah yang membuat upacara Ngaben menjadi mahal dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah untuk masyarakat yang memang memiliki biaya yang cukup dan memiliki tekad untuk melakukan upacara Ngaben secara pribadi, karena rasa ikhlas yang utama dalam melaksanakan segala jenis upacara-upacara yang ada di dalam Agama Hindu khususnya di Bali.
Karena biaya yang cukup besar tidak heran kalau sebagian besar masyarakat Bali yang memilih untuk mengikuti upacara Ngaben secara massal yang dilakukan oleh Desa setempat, karena biaya yang dikelurkan bisa lebih minim. Biasanya pelaksanaan upacara Ngaben Masal ini dilakukan dengan persetujuan pihak-pihak desa yang akan bertanggungjawab atas pelaksanaan upacara Ngaben ini, dan biasanya upacara Ngaben masal ini dilakukan 5 atau 10 tahun sekali. Upacara Ngaben ini bisa dibilang sangat melekat di dalam masyarakat Bali, dan menjadi salah satu tradisi yang menjadikan Bali menjadi di kenal oleh orang-orang luar oleh keunikan tradisi yang dimiliki oleh Bali. Masyarakat Bali sangat menghormati dan menghargai tradisi-tradisi yang masih ada sampai saat ini, dengan melaksanakan tradisi-tradisi tersebut dengan rasa ikhlas dan tidak perhitungan, asalkan upacara atau tradisi yang dilakukan berjalan dengan baik dan perlengkapan seperti banten juga sudah lengkap, sehingga tidak ada lagi masalah dalam pelaksanaan tradisi atau upacara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H