Mohon tunggu...
Komang PutriSaharani
Komang PutriSaharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - putrii

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Ngaben di Bali Dianggap Boros? Yuk Simak Penjelasannya : Prosesi dan Pelaksanaannya

15 Desember 2021   13:26 Diperbarui: 22 Desember 2021   10:46 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prosesi dari upacara Ngaben ini biasanya dilakukan selama 5 atau 10 hari, menurut hari baik yang akan diambil. Biasanya apabila ada orang yang meninggal tetapi tidak langsung di aben itu, biasanya akan di aben ketika ada upacara Ngaben massal atau ikut di dalam upacara Ngaben pribadi yang dilakukan oleh salah satu keluarga yang meninggal yang langsung di aben. Nah biasanya upacara Ngaben yang dilakukan secara pribadi atau dilakukan langsung oleh pihak keluarga yang ditinggalkan, ini biasanya memerlukan biaya yang cukup besar, karena untuk mempersiapkan segala sesuatu dan kebutuhan Ngaben tersebut, seperti "Bade" atau tempat jenazah yang akan di aben yang akan di arak ke tempat pembakaran. Selain itu juga biaya banten yang sangat banyak, ada keperluan seperti makanan dan minuman untuk orang-orang yang datang, serta keperluan lainnya. Selain itu di dalam pelaksanaan upacara Ngaben secara pribadi, terdapat beberapa upacara kompleks yang harus dilakukan, seperti "medeeng". "Medeeng" ini dilakukan oleh seluruh keluarga dan masyarakat desa yang terlibat, biasanya semua keluarga akan "mepayas" atau berias dan berjalan ke tempat yang dituju dengan beriringan memegang tali. Selain itu ada juga upacara "Ngulapin", biasanya dilakukan ketika orang yang meninggal tersebut meninggal di suatu tempat, seperti di rumah sakit atau di tempat-tempat tertentu. Namun ada juga yang melakukannya di perempatan jalan , pertigaan jalan, atau di tengah jalan menurut tradisi dan keyakinan yang di anut oleh masyarakat dari wilayah tersebut. Bukan hanya itu ada juga upacara "Ngemandusin" atau “Ngeringkes”, yaitu upacara pemandian dari jenazah. Serta ada ada banyak lagi upacara-upacara yang dilakukan pada saat Ngaben ini. Setelah upacara-upacara tersebut sudah dilakukan barulah menuju ke hari-H atau hari "pengutangan" yaitu pengusungan jenazah menuju ke kuburan atau tempat pembakaran, dengan menggunakan "bade" atau tempat jenazah, dan diiringi dengan baleganjur dan jenazah akan mengelilingi tempat seperti perempatan dan di depan pura Dalem sesuai dengan keyakinan dari masyarakat di wilayah tersebut sebanyak 3 kali yang memiliki makna untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta ke tempatnya,  dan seluruh masyarakat atau orang-orang terdekat akan ikut berjalan di belakang untuk memberikan hormat dan mengantarkan ke tempat pembakaran. Setelah selesai melakukan pembakaran, upacara selanjutnya yaitu "Nganyud" yaitu melepaskan abu atau menghayutkan abu dan segala kotoran yang tertinggal di roh. Biasanya dilakukan di segara atau di laut. Setelah semua upacara selesai, dilakukan juga upacara pembersihan lingkungan keluarga untuk melepas duka yang dirasakan dan untuk membersihkan tempat yang digunakan untuk melaksanakan upacara Ngaben.

Nah hak-hal tersebut lah yang membuat upacara Ngaben menjadi mahal dan membutuhkan biaya yang cukup besar. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah untuk masyarakat yang memang memiliki biaya yang cukup dan memiliki tekad untuk melakukan upacara Ngaben secara pribadi, karena rasa ikhlas yang utama dalam melaksanakan segala jenis upacara-upacara yang ada di dalam Agama Hindu khususnya di Bali.

Karena biaya yang cukup besar tidak heran kalau sebagian besar masyarakat Bali yang memilih untuk mengikuti upacara Ngaben secara massal yang dilakukan oleh Desa setempat, karena biaya yang dikelurkan bisa lebih minim. Biasanya pelaksanaan upacara Ngaben Masal ini dilakukan dengan persetujuan pihak-pihak desa yang akan bertanggungjawab atas pelaksanaan upacara Ngaben ini, dan biasanya upacara Ngaben masal ini dilakukan 5 atau 10 tahun sekali. Upacara Ngaben ini bisa dibilang sangat melekat di dalam masyarakat Bali, dan menjadi salah satu tradisi yang menjadikan Bali menjadi di kenal oleh orang-orang luar oleh keunikan tradisi yang dimiliki oleh Bali. Masyarakat Bali sangat menghormati dan menghargai tradisi-tradisi yang masih ada sampai saat ini, dengan melaksanakan tradisi-tradisi tersebut dengan rasa ikhlas dan tidak perhitungan, asalkan upacara atau tradisi yang dilakukan berjalan dengan baik dan perlengkapan seperti banten juga sudah lengkap, sehingga tidak ada lagi masalah dalam pelaksanaan tradisi atau upacara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun