Pasca operasi, lautan kesakitan langsung menghantamnya. Tumor itu berhasil diangkat. Mirna bersyukur, tapi efek dosis bius yang sedikit membuat kesakitan yang timbul akibat daging yang hilang itu datang lebih cepat.Â
Mirna tak kuat menahan tangis. Sungguh menyiksa rasanya. Tak henti Mirna mengeluh merasa sangat panas dan juga sakit. Suaminya setia selalu menemaninya di sampingnya. Menghiburnya dengan kata-kata manis yang sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa sakit yang dideritanya.
Setelah sehari yang rasanya seperti selamanya, kesakitan itu berkurang. Mirna baru bisa berpikir dengan jernih. Dengan banyak mengucap kata syukur, Mirna berhasil melalui hari paling menakutkan sekaligus paling menyakitkan dalam hidupnya dengan tabah.Â
Semua ini berkat orang-orang yang menyayanginya. Yang berkontribusi paling besar adalah bayinya. Mirna bisa melalui semua ini karena rasa kasih sayangnya yang tidak ingin kehilangan sang bayi. Mirna bersyukur melalui pemeriksaan panjang ini dengan berani. Walau awalnya ia sangat takut.
Penyakitnya tidak bisa melumpuhkan rasa cintanya ke sang bayi, tidak bisa mematikan harapannya dan tidak bisa memadamkan jiwanya. Mirna menyadari Tuhan tidak menjanjikan hari-hari tanpa rasa sakit, tawa tanpa kesedihan, atau matahari tanpa hujan. Tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan untuk hari ini, penghiburan untuk air mata, dan terang untuk jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H