Jawabannya sudah pasti memungkinkan dengan melihat sudah banyaknya orang asing yang memang menetap di Bali -- baik dengan anak anak mereka maupun tidak.
Indikasi juga sudah dapat terlihat di beberapa kawasan di Bali seperti di Sanur, Canggu, Kerobokan, Ubud dan beberapa kawasan lainnya dimana terdapat banyak terdapat ora ng asing dari berbagai negara memenuhi kawasan tersebut menyatu dengan turis lainnya sehingga agak sulit membedakan mereka dengan turis yang sedang berlibur.
Satu cara yang mudah membedakannya adalah ketika kita melihat ibu ibu warga negara asing menjemput anak mereka dari sekolah dengan mengendarai sepeda motor atau dengan ojol.
Apa dampak dari ini semua ini?
Dari sisi bisnis memang sangat positif karena terjadi penciptaan lapangan pekerjaan dari usaha usaha yang diberbagai jenis usaha mulai dari akomodasi, restaurant/cafe, beach club, spa dan lainnya tidak sedikit jumlahnya yang dimiliki oleh orang asing walau ada beberapa juga milik penduduk lokal sepenuhnya serta ada yang bekerjasama dengan orang asing.
Dan pada jaman serba online seperti sekarang, pengelolaan bisnis juga tidak perlu kehadiran fisik pemilik karena semua dapat dilakukan secara remote melalui internet, mulai dari pemasukkan di bank, gaji pegawai, pembelanjaan bahan baku makanan dan minuman hingga mengawasi pegawai melayani tamu melalui CCTV yang dapat diakses melalui internet.
Namun bukankah akan lebih baik jika usaha usaha tersebut dikelola oleh orang lokal kita agar manfaat eknonominya ataupun multiplier effect nya dapat maksimal dinikmati oleh penduduk lokal?
Pertanyaan ini akan sangat wajar mengemuka ketika adanya kemungkinan sebagian dari pendapatan usahanya dipindahkan ke negara asal pemilik yang berarti pula ada sebagian hasil usaha tidak masuk dalam sirkulasi perekonomian Bali.
Kegiatan usaha maupun pariwisata sebenarnya perlu menjadi bagian dari sirkulasi pereknomian daerah bersangkutan sepenuhnya karena dengan begitu multiplier effect nya akan maksimum pula dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat lokalnya.
Dari sisi kependudukan pastinya akan berdampak pada tingkat kepadatan (population density) di seluruh Bali dengan dampak yang luas pula pada sektor lainnya.
Situs perkim.id mengatakan bahwa kepadatan penduduk di Bali pada September 2023 adalah 735 jiwa/km, dan bila kita melihat banyaknya penghuni asal mancanegara di Bali maka jumlah 735 jiwa tersebut di beberapa kawasan ada kemungkinan lebih didominasi oleh orang asing.
Orang asing disini tidak hanya yang bermukim di Bali tapi juga ditambah dengan turis yang berlibur panjang atau dikenal dengan sebutan digital nomad yang jumlahnya bisa memadatkan setiap kilometer persegi di sebuah kawasan seperti Canggu.