Satu landasan pacu vs dua landasan pacu
Peningkatan jumlah pergerakan pelaku perjalanan dan wisata terjadi karena ada peningkatan pergerakan pesawat dari dan ke bandara tersebut (demand), peningkatan pergerakan pesawat bisa melalui frekuensi penerbangan.
Penerbangan domestik pada umumnya memiliki frekuensi yang tinggi, selain frekuensi, sedangkan penerbangan internasional umumnya mengandalkan kapasitas dengan pesawat berbadan lebar dan juga berbadan sedang (musiman).
Namun perlu disadari bahwa semakin banyak frekuensi penerbangan, semakin banyak pesawat yang mendarat dan lepas landas serta membutuhkan tempat parkir, hal yang berbeda dengan pesawat berbadan lebar yang bisa hanya sekali dalam seminggu mendarat namun dengan kapasitas angkut yang tinggi.
Keadaan bisa lebih padat ketika ada kedatangan beberapa pesawat berbadan lebar pada kedatangan internasional dengan jarak waktu bersamaan ataupun dengan jarak waktu yang tidak terlalu lama.
Kondisi ini mungkin bisa lebih cenderung terjadi pada bandara hanya memiliki satu landasan pacu dan apron yang sudah melebihi kapasitasnya, contohnya bisa kita lihat pada bandara di destinasi wisata kita yang sudah dikenal oleh semua pelaku perjalanan dan wisata.
Bandara dengan satu landasan pacu juga dapat rentan ketika ada perhelatan internasional atau tamu tamu kehormatan dari negara negara sahabat dimana ada prioritas dalam penanganan trafik di landasan pacu.
Keadaan berbeda dengan bandara dengan lebih dari satu landasan pacu karena pergerakan takeoff dan landing dapat lebih lancar, namun perlu juga adanya penambahan exit dan taxiway untuk menghubungkannya dengan terminal bandara.
Jangan juga dilupakan aksesibilitas (landside access) dari dan ke bandara bagi para pengguna transportasi udara ini, kelancaraan menjadi komponen lain yang krusial karena waktu tempuh tidak hanya dilihat pada jarak dan kecepatan kendaraan tapi juga akses dan kondisi lalu lintas terutama pada musim liburan.
Landside transportation system menjadi sebuah keharusan di masa kini dan masa mendatang dengan melihat pertumbuhan jumlah pengguna transportasi udara, hal ini juga menjadi salah satu faktor pada konsep Total Airport Management (TAM).
Mungkin kita masih mengingat kejadian dimana terjadi kemacetan lalu lintas di Denpasar dimana banyak pelaku perjalanan dan wisata terjebak dalam kemacetan.
.
Kepadatan bandara (airport congestion) tidak disebabkan oleh berjalannya waktu ataupun berapa lama bandara sudah beroperasi tapi oleh pertumbuhan jumlah pengguna transportasi udara dengan diikuti oleh permintaan slot oleh maskapai, juga tidak melihat musiman karena ketika antrean sudah menjadi pemandangan pada operasional bandara maka bisa menjadi indikasi perlunya mengevaluasi kapasitasnya dan menemukan solusinya.