Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peningkatan Ancaman terhadap Navigasi Udara di Pesawat

11 Februari 2024   06:42 Diperbarui: 11 Februari 2024   19:57 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Badan keselamatan penerbangan Uni Eropa (EASA) dan IATA melakukan pertemuan dengan para regulator dan pelaku industri aviasi di Cologne, Jerman pada tanggal 25 Januari 2024 yang lalu untuk membahas tentang ancaman baru pada industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial.

Ancaman baru tersebut berupa jamming dan spoofing peratan navigasi udara pada pesawat yang mengandalkan satelit yang dikenal dengan Global Navigation Satelite System (GNSS) yang dapat menganggu komunikasi (data) antara satelit dengan pesawat dimana akibatnya dapat cukup fatal.

Selain itu, pesawat juga akan mengalami keterlambatan tiba di bandara tujuan karena membutuhkan waktu ekstra bila pesawat keluar dari jalur penerbangan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Beberapa insiden gangguan navigasi pada pesawat dimana kebanyakan terjadi di satu kawasan atau jalur udara antara Irak dan Iran atau tepatnya di Airway UMB688 yang menurut situs Forbes sebagai airway yang digunakan oleh penerbangan dari Eropa ke Timur Tengah.

Situs OPSGROUP setidaknya telah mengumpulkan 20 laporan insiden jamming dan spoofing di jalur udara UMB688 ini sejak September 2023 serta di kawasan lainnya seperti Eropa Timur, Laut Hitam, dan Timur Tengah dimana pesawat sipil komersial dan private (business jet) menjadi korbannya. OPSGROUP adalah sebuah organisasi memiliki dari lebih dari 8,000 anggota yang terdiri dari flight dispatcher, ATC dan lainnya.

Badan Penerbangan Dunia (ICAO) dalam asesmennya pada tahun 2019 juga menyebutkan bahwa terdapat setidaknya 65 insiden spoofing terhadap GNSS pada pesawat sepanjang tahun 2019 di kawasan Timur Tengah, sedangkan di Eropa dilaporkan telah terjadi sekitar 800 insiden GNSS pada pertengahan pertama tahun 2018.

Bagiaman dengan hasil pertemuan diatas ? situs Reuters melaporkan bahwa pertemuan di Cologne tersebut gagal menemukan solusi teknis untuk menanggulangi gangguan pada navigasi pesawat, mereka hanya sepakat untuk meningkatkan pelatihan kepada para pilot untuk menghadapi gangguan navigasi pada pesawat.

Apa akibat dari gangguan navigasi pesawat serta seberapa penting GNSS pada penerbangan khususnya penerbangan sipil ?

GNSS adalah sistem navigasi berbasis satelit yang dapat memberikan posisi geografik sebuah objek (geopositioning) -- dan pada penerbangan, GNSS menggantikan signal radio (radio beams) dimana sistem ini akan dapat menuntun pesawat selama penerbangan.

Saat ini terdapat empat sistem GNSS yang sudah beroperasi yaitu Global Positioning System (GPS) oleh Amerika, Global Navigation Satellite System (GLONASS) oleh Rusia, BeiDou Navigation Satellite System oleh Tiongkok dan Galileo oleh Badan Antariksa Eropa.

Adalah sistem GPS yang saat ini umum digunakan oleh pesawat sipil komersial baik berjadwal maupum non berjadwal namun akhir akhir ini dilaporkan terjadinya insiden gangguan pada pesawat saat penerbangan.

GPS sendiri awal mulanya dikembangkan dan digunakan untuk kepentingan militer Amerika namun sejak tertembaknya pesawat Korean Airlines dengan nomor penerbangan 007  oleh Soviet pada tahun 1983, ada desakan agar GPS digunakan untuk publik

Ada dua jenis gangguan GNSS yakni jamming dan spoofing dimana jamming adalah memblokade signal GPS di pesawat sehingga pesawat harus menggunakan media lain untuk menentukan posisi geografiknya -- dalam hal ini pesawat yang dilengkapi dengan Inertia Reference Systems (IRS) dapat melanjutkan navigasi udaranya.

Sedangkan gangguan spoofing mengganti signal (data) dari satelit kepada pesawat dengan data yang tidak benar, dengan kata lain melumpuhkan seluruh sistem navigasi pada pesawat termasuk Inertia Reference Systems (IRS) sehingga pesawat  melalui Flight Management System (FMS) nya tidak dapat memproses informasi navigasi nya baik melalui GPS, IRS, Distance Measuring Equipment (DME), maupun VHF Omnidirectional Range (VOR).

Alhasil pesawat -- dalam hal ini pilot -- tidak dapat mengetahui kemana arah pergerakan/posisi geografik pesawat sehingga pesawat dapat keluar dari jalur penerbangan yang semestinya dimana konsekuensinya bisa sangat fatal bila pesawat kemudian memasuki ruang udara sebuah negara.

Mengapa fatal ? karena pesawat dalam hal ini memasuki ruang udara sebuah negara tanpa ijin -- dan kosekuensinya bisa berupa diluncurkannya rudal dari darat oleh negara bersangkutan sedangkan pesawat sipil tidak dilengkapi dengan sistem penangkal rudal seperti pesawat tempur pada aviasi militer.

Sebuah pesawat private jet berjenis Learjet 35A ditembak jatuh oleh pihak militer Etiopia pada 29 Agustus 1999 karena pesawat tersebut melewati ruang udara terbatas yang telah ditetapkan oleh Etiopia dalam penerbangan dari Luxor, Mesir menuju Nairobi, Kenya.

Sedangkan untuk dijalur UM8688,semua pihak mengkhawatirkan pesswat akan keluar dari jalur penerbangannya dan masuk ke ruang udara negara Iran diikuti dengan peluncuran rudal atau persenjataan darat ke udara lainnya.

Siapa pelakunya dan apa latarbelakangnya dari kegiatan yang dapat membahayakan keselamatan penetbangan ini ?

Kegiatan jamming GNSS umumnya dilakukan oleh pihak militer untuk mengacaukan sistem navigasi kendaraan temput lawan, akan tetapi semua pesawat termasuk pesawat penumpang dan kargo yang berada di kawasan pergerakan kendaraan tempur tersebut bisa terkena juga.

Sedangkan kegiatan spoofing GNSS bisa dilakukan oleh siapapun dengan tujuan yang dapat bermacam macam termasuk kepentingan mereka sendiri, misalnya dengan sengaja mengganggu navigasi pesawat dari sebuah negara agar masuk ke wilayah udara negara lain tanpa ijin agar terjadi ketengangan ataupun konflik antar dua negara.

Solusi bersifat teknis seperti mendeteksi titik kelemahan dari sistem yang sudah ada atau juga membangun ataupun meng upgrade peralatan navigasi pada pesawat dengan yang lebih kuat proteksinya terhadap serangan Jamming dan Spoofing memang perlu dilakukan namun membangun atau mengupgrade itu akan membutuhkan waktu serta juga pada akhirnya kepada para maskapai yang perlu mengganti peralatan navigasi pada pesawat mereka.

Untuk saat ini pelatihan dan peningkatan kemampuan pilot dalam menghadapi serangan jamming dan spoofing GNSS adalah salah satu cara yang bisa dilakukan serta melaporkan ke pihak regulator dan badan keselamatan penerbangan jika mengalami gangguan tersebut.

Dengan pelatihan kepada pilot, segala jenis kesalahan penampakan data pada Flight Management System (FMS), Primary Fligh Display (PFD) maupun Navigation Display (ND) dapat diatasi dengan cara dan langkah yang tepat agar tetap menjamin keselamatan penerbangan.

Selain itu, adanya saling bertukar informasi dan data dari sesama maskapai dan seluruh pihak yang berkaitan erat dengan pengoperasian pesawat juga dibutuhkan agar mereka semua khususnya para pilot pesawat pesawat mereka bisa mengetahui kawasan mana yang berpotensi timbulnya gangguan GNSS ini.

Salam Aviasi


Referensi :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun