Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Miskomunikasi pada Penerbangan Dapat Berakibat Fatal

19 Januari 2024   09:00 Diperbarui: 21 Januari 2024   08:14 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 2 Januari 2024 yang lalu sebuah kecelakaan terjadi di landasan pacu bandara Haneda (HND) di Tokyo Jepang di mana pesawat Airbus A 350 milik Japan Airlines bertabrakan (runway collision) dengan pesawat Bombardier (kini de Haviland Canada) Dash 8.

Spekulasi mengenai sebab kecelakaan Haneda pun mengemuka dan menghiasi situs di internet, namun pada akhirnya adalah hak dari pihak investigator yang berhak untuk mengumumkan sebab dari kecelakaan tersebut.

Akan tetapi kecelakaan ini juga memberikan gambaran yang jelas kepada kita semua bahwa kecelakaan ataupun insiden pesawat tidak saja bisa terjadi di udara tetapi juga di darat atau tepatnya di kawasan bandara di mana pesawat melakukan pergerakan.

Pergerakan pesawat di kawasan bandara adalah di apron, taxiway, dan landasan pacu, akan tetapi karena landasan pacu adalah permukaan yang digunakan untuk pesawat lepas landas dan mendarat di mana kecepatan pesawat bisa dalam perputaran mesin sangat cepat maka kecelakaan di landasan pacu adalah permukaan yang lebih kritis.

Bahkan kecelakaan pesawat ketiga terburuk yang pernah terjadi justru terjadi di landasan pacu yaitu pada tanggal 27 Maret 1977, di mana pesawat jumbo Boeing B 747 milik KLM Flight 4805 yang dalam keadaan takeoff run menabrak pesawat B 747 lainnya milik maskapai KLM mengakibatkan 583 penumpangnya tewas.

Beberapa insiden serupa dengan kecelakaan Haneda juga menunjukkan adanya miskomunikasi antar manusia yang berada di ujung yang berbeda yaitu kokpit pesawat, tower dan ground, di mana beberapa insiden tersebut ada yang sangat dekat dengan terjadinya sebuah kecelakaan (near miss).

Salah satunya adalah pada tanggal 13 Januari 2023 di Bandara JFK ketika pesawat Boeing B 737 milik Delta Airlines nomor penerbangan 1943 hampir bertabrakan dengan pesawat Boeing B 777 milik American Airlines dengan nomor penerbangan 106.

Pesawat milik American Airlines seharusnya belok ke kanan untuk menuju landasan pacu 4L di JFK namun ternyata pesawat tersebut menuju ke landasan pacu 31L dengan menyeberang landasan pacu 4L, di mana pesawat Delta hendak lepas landas.

Untung saja pihak Tower segera melihatnya dan mengambil tindakan dengan menginstrusikan pesawat Delta membatalkan proses lepas landasnya serta meminta pesawat American Airlines berhenti.

Kecelakaan pun dapat dihindari akan tetapi sekecil apapun kejadiannya pada penerbangan perlu diinvestigasi agar tidak terjadi pengulangan kejadian yang sama di mana hal ini sangat dihindari agar keselamatan penerbangan tetap menjadi perhatian paling utama.

Di Indonesia, kita pasti masih mengingat kejadian tabrakan di landasan pacu Halim Perdanakusuma (HLP) antara pesawat Boeing B 738 milik Batik Air dengan pesawat ATR 42 milik TransNusa pada tanggal 4 April 2016 yang lalu.

Pada dunia penerbangan sebenarnya sudah diatur jarak pergerakan antar pesawat baik secara horizontal dan vertikal yang sedang mengudara maupun jarak antar pesawat di darat termasuk saat lepas landas dan mendarat (take off/landing separation), jarak tersebut disebut dengan separation.

Namun dalam dunia penerbangan juga banyak sekali faktor-faktor yang dapat membuat jarak antar pesawat tersebut menjadi tidak seharusnya sehingga baik insiden maupun kecelakaan dapat menjadi keadaan yang tak lagi bisa terhindarkan.

Dari semua ini terdapat faktor komunikasi yang berkontribusi pada setiap kejadian di atas.

Runway Excursion dan Runway Incursion

Kecelakaan ataupun insiden di landasan pacu dapat bermacam-macam bentuknya yaitu pesawat keluar landasan dengan tidak seharusnya (runway excursion) termasuk ketika pesawat overrun dan veer-off.

Pesawat dapat mengalami overrun saat lepas landas (overrun take off) ketika pesawat gagal mengudara saat take off run/roll atau saat pesawat melakukan rejected take off. Sedangkan overrun landing ketika pesawat tidak bisa berhenti sebelum akhir landasan pacu.

Sedangkan runway incursion adalah keadaan dimana pesawat, kendaraan atau manusia lainnya memasuki atau berada pada permukaan di kawasan bandara yang digunakan untuk lepas landas dan mendarat pesawat dengan tidak semestinya. Akibatnya bisa berupa tabrakan atau runway collision.

Satu hal yang mungkin kita bisa petik dari semua ini adalah komunikasi atau tepatnya komunikasi antar manusia yang dalam hal ini terlibat pada pengoperasian pesawat yaitu kru kokpit, ATC dan ground control.

Bila kita lupa, ingkar janji ataupun mengacuhkan pembicaraan ataupun salah memahami orang atau teman kita mungkin perkataan maaf bisa segera menyelesaikan masalah, akan tetapi jika hal ini terjadi antara tiga pihak di atas maka akibatnya dapat sangat fatal.

Miskomunikasi pada penerbangan tidak boleh terjadi baik di udara antara pesawat dengan ATC maupun di darat antara pihak tower, ground dan pesawat. Prosedur dan protokol keselamatan penerbangan adalah menjadi acuannya.

Namun manusia baik secara langsung (human error) maupun tidak langsung atau melalui manusia lainnya (human factor) adalah dua dari banyak faktor yang dapat berkontribusi pada insiden dan kecelakaan pesawat.

Oleh karenanya kedisplinan selalu menjadi modalnya dengan menghindari hal-hal seperti over confident serta kebijakan kebijakan (maskapai dan bandara) yang dapat menyebabkan para kru pesawat dan para pengontrol lalu lintas pesawat tidak menjalankan prosedur dan protokol keselamatan penerbangan dengan semestinya.

Kesalahan yang sama oleh manusia memang bisa terulang namun dalam dunia penerbangan di mana jutaan manusia berada di dalamnya, pengulangan kesalahan yang sama tersebut sebisa mungkin dihindari dengan tetap menerapkan prosedur keselamatan penerbangan di atas segalanya.


Salam Aviasi.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun