Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bandar Udara, Lebih dari Sekadar Titik Keberangkatan dan Kedatangan

29 September 2023   22:08 Diperbarui: 30 September 2023   18:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:pixabay.com

Pada umumnya, bandar udara yang terletak di kota besar atau lebih spesifik lagi di ibu kota sebuah negara berukuran sangat besar dan luas baik dari sisi terminalnya maupun apron serta dengan satu atau lebih landasan pacu.

Hal ini berkaitan dengan kapasitas yang ingin dicapai oleh bandara itu sendiri dengan melihat pertumbuhan jumlah permintaan kursi dan ruang kargo dari pelaku perjalanan dan pelaku usaha.

Lokasi bandar udara juga dapat menjadi pertimbangan dengan melihat catchment area nya yang mengindikasikan potensi bandara untuk menjaring pelaku perjalanan yang berada di sekitar bandar udara tersebut.

Namun apakah luas, kapasitas dan catchment area sudah cukup sebagai patokan dari keberhasilan sebuah bandar udara ?.

Pihak Official Aviation Guide (OAG) baru saja merilis laporan Megahubs Index 2023 atau istilah lainnya adalah Most Connected Airports 2023 baik secara global, regional maupun domestik.

Penilaian megahub atau most connected airports adalah dengan membandingkan antara jumlah penerbangan (internasional) dari dan ke bandara tersebut dengan jumlah destinasi yang terlayani dari sebuah bandara.

Pada tingkat pertama secara global adalah bandara London Heathrow (LHR)  yang menurut data OAG juga menempati ranking 4 di dunia dalam hal kapasitas. Namun menariknya walaupun aktivitas penetbangan masih dibawah tahun 2019 bandara LHR tetap di posisi teratas dalam hal konektivitas.

Untuk kawasan Asia Pacific (APAC) peringkat pertama adalah bandara Kuala Lumpur (KUL),  pencapaian bandara KUL ini agak mengejutkan karena pada pre pandemi tahun 2019 bandara KUL tidak masuk 10 besar dikawasan APAC atau tepatnya pada urutan 12.

Tidak hanya meraih sebagai megahub teratas  di kawasan APAC, bandara KUL juga menempati urutan pertama sebagai megahub dunia untuk maskapai Low Cost Carrier (LCC) pada tahun 2023 ini.

Bandara Soekarno-Hatta CGK menempati urutan ke 7 diatas Bandara Sydney (SYD) Australia dan dibawah Bandara Manila (MNL) di peringkat 6 sebagai megahub di kawasan Asia Pasifik, sedangkan dalam peringkat megahub global bandar udara CGK menempati urutan 19. Bandara CGK juga menempati urutan kelima sebagai megahub untuk maskapai berbiaya rendah (LCC) sedangkan bandar udara DPS ditempat ke 15.

Ada satu hal yang menarik dari kawasan Asia Pasifik khususnya untuk penerbangan koneksi maskapai berbiaya rendah dimana bandara bandara di kawasan APAC
Status Hub bagi Bandar Udara mendominasi dalam ururan 25 megahub LCC dunia dengan 13 bandar udara berlokasi di kawasan APAC.

Hal ini memang tidak mengherankan jika melihat pertumbuhan LCC khususnya di kawasan Asia dalam 10 tahun terakhir ini, kita bisa melihat maskapai flag carrier yang notabene sebagai maskapai layanan penuh atau Full Service Carrier/Airline turut terjun ke LCC melalui anak perusahaannya.

Sebagai contohnya, maskapai flag carrier Singapura yang sebelumnya dengan TigerAir dan Scoot sebelum keduanya digabungkan dan beroperasi dibawah satu Air Operating Certificate (AOC) pada tahun 2016 dan untuk menguatkan posisi SIA di LCC.

Status Hub bagi Bandar Udara

Status sebagai hub bagi sebuah bandara memang bisa menjadi nilai tambah karena dapat dijadikan pilihan oleh para pelaku perjalanan maupun pelaku usaha yang membutuhkan angkutan kargo.

Ilustrasi sederhananya seperti ini, andai saja tidak ada penerbangan langsung dari bandar udara SIN ke DPS maka pelaku perjalanan dari berbagai belahan utara dunia yang tidak tersedianya penerbangan langsung ke DPS dari negaranya akan memilih bandar udara KUL yang melalui sebuah maskapai melayani penerbangan ke DPS.

Sudah tentu faktor pendukungnya adalah maskapai yang menjadikan bandar udara sebagai basis kekuatannya dalam menjaring sebanyak mungkin penumpang dengan rute penerbangan ke berbagai destinasi baik domestik, regional maupun internasional.

Semakin banyak destinasi terkoneksi dengan sebuah bandara secara otomatis lalu lintas penerbangan dari dan ke bandara akan meningkat yang artinya jumlah pelaku perjalanannya juga meningkat dari dan ke serta melalui (transit) bandar udara tersebut.

Dari sisi pendapatan bandar udara pastinya akan meningkat baik dari biaya jasa layanan kepada penumpang, kargo serta landing fee dan ground handling dari maskapai yang melayani penerbangan ke dan dari bandar udara tersebut.

Hal ini menandakan bahwa maskapai adalah mitra utama dari bandar udara agar dapat berhasil menjadi sebuah bandar udara yang sukses baik dalam hal kapasitas, luas, catchment area dan konektivitas.

Sebuah bandara bisa terlihat luas dan megah serta dengan catchment area yang tinggi namun tanpa banyaknya pilihan penerbangan baik langsung maupun koneksi mungkin akan mengalami pertumbuhan yang kurang signifikan atau tidak pesat.

Dari sudut pandang bisnis, pencapaian bandara bandara ini dapat dikatakan sebagai hasil dari kemitraan pihak bandara dengan para maskapai selain dari usaha yang dilakukan oleh pihak bandara dalam mengundang sebanyak mungkin maskapai agar membuka rute dan menambah frekuensi penerbangannya ke dan dari bandara tersebut.

Dalam hal ini bandara bisa menawarkan beberapa daya tariknya seperti biaya ground handling dan harga avtur yang menarik namun tetap kompetetif serta pastinya layanan kepada para pelaku perjalanan yang diangkut oleh maskapai.

Bandar udara tidak hanya menjadi titik keberangkatan dan kedatangan saja tapi juga sebagai titik penghubung para pelaku perjalanan ke berbagai destinasi, oleh karena itu keberhasilan bandar udara tidak hanya dilihat dari sisi kepadatan, kemegahan ataupun catchement area nya saja tapi juga membutuhkan maskapai dari berbagai belahan dunia untuk konektivitas nya.

Konektivitas dalam hal ini tidak hanya domestik dan regional tapi juga internasional serta bermitra dengan maskapai layanan penuh dan berbiaya rendah.

Frekuensi penerbangan memang dapat meningkatkan jumlah penumpang yang terbang dari dan ke sebuah bandar udara, akan tetapi jumlah rute ke berbagai destinasi akan melipatgandakannya.

Semoga semakin banyak bandar udara Indonesia di berbagai laporan tahunan baik sebagai bandara terbesar, terpadat dan terkoneksi baik secara regional maupun internasional, harapan serupa juga terhadap maskapai kita.

Kita punya jumlah penduduk cukup banyak sebagai potensi pasar penerbangan, juga destinasi wisata yang cukup banyak pula, hanya saja belum maksimal dalam memanfaatkan potensi tersebut.

Salam Aviasi.

Sumber Laporan Megahub 2023 :
oag.com/megahub-airports-2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun