Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Dunia Aviasi dan Autism

10 September 2023   06:24 Diperbarui: 11 September 2023   14:52 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Autism di beberapa negara dimasukkan sebagai disabilitas, seperti di Amerika melalui UU-nya yaitu American with Disabilities Act yang disahkan pada tahun 1990.

Dalam praktiknya, pengguna transportasi udara dengan autisme ini ada kalanya diberi stempel khusus oleh Badan Keamanan Transportasi Amerika (TSA) dengan dasar menunjukkan gejala berperilaku tidak wajar seperti memberikan jawaban yang tidak sesuai atau menunjukkan tingkah laku yang tidak umum.

Hal ini mungkin dapat dipahami mengingat autisme oleh beberapa kalangan juga disebut dengan invisible disability atau disabilitas tak terlihat sehingga memang menyulitkan kita dalam memberikan bantuan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka.

Seorang autistic traveler mengungkapkan pengalamannya saat di sebuah bandara di mana ia baru dapat diberi bantuan sesuai dengan yang ia butuhkan ketika berada di kursi roda karena sebelumnya tidak ada yang memahami apa yang ia butuhkan.

Namun demikian, apa hak autistic traveler atau yang dikenal dengan neurodivergent traveler? Jawabannya tentu sama dengan pelaku perjalanan udara lainnya di dunia aviasi di mana semua memiliki hak yang sama tanpa diskriminasi. Hal ini sesuai dengan apa yamg diamanatkan oleh UU tersebut bagi disablititas dalam segala sektor termasuk transportasi.

Apakah memberikan assistance dan edukasi ini sudah cukup mengingat suasana dan situasi di bandara dapat berbeda-beda pada setiap waktu, misalnya antrean panjang di konter check in atau jika ada keterlambatan penerbangan yang bisa membuat suasana menjadi tegang da para pelaku perjalanan yang stres dan mondar-mandir mendatangkan personel bandara untuk menanyakan kepastian keberangkatan?

Bagi autistic traveler atau neurodivergent traveler yang sensitif, situasi seperti ini dapat meningkatkan stres dan kepanikan, baik yang dengan pendamping maupun yang solo traveler.

Bandara George Best Belfast Airport meluncurkan program "Autism in The Air" di mana keluarga yang anggota keluarganya menyandang autisme dapat melakukan persiapan simulasi kepada anggota keluarganya dengan autisme. Pada Mei 2023 saja terdapat setidaknya 40 keluarga yang anggota keluarganya dengan autisme dapat menyimulaksikan keseluruhan proses perjalanan udara di suasana dan situasi yang nyata di bandara.

Bandara di Salt Lake City Amerika juga meluncurkan program serupa dengan nama "Taking The Flight" di mana anak anak dengan autisme melakukan simulasi penerbangan di dalam pesawat.

Pada kanal Youtube-nya, bandara BHD menyediakan video dalam beberapa bagian di mana setiap bagiannya mempresentasikan tahap demi tahap dari proses yang harus dilalui oleh semua pelaku perjalanan udara. Contohnya pada bagian pertama dengan judul "Arriving at the Airport" yang menjelaskan suasana dan situasi di bandara, mulai masuk terminal hingga proses check-in.

Dengan program ini diharapkan dapat menjadi persiapan bagi autistic traveler dan anggota keluarga lainnya sebelum melakukan perjalanan dengan pesawat karena simulasi dilakukan dalam suasana dan situasi nyata dibandara.

Di beberapa bandara di dunia juga menyediakan lounge khusus yang didesain sesuai kebutuhan para autistitic traveler ini, mulai ruangan yang kedap suara hingga fitur kamar kecilnya.

Bagaimana di Indonesia?

Di Indonesia, pelaku perjalanan udara biasanya diberikan seperti tag yang dikalunginya agar personnel bandara dan maskapai dapat lebih siap dan sigap dalam memberkan assistance.

Pemberian tag ini dilakukan oleh rumah sakit setelah dilakukan examination oleh dokter yang kemudian menyatakan layak untuk melakukan perjalanan tanpa pendampingan atau dengan pendampingan.

Mungkin awal mendengarnya, penggunaan tag ini merupakan pembeda namun sebenarnya ini justru akan lebih membantu pelaku perjalanan udara dengan autism pada seluruh proses yang harus dilalui mulai dari pemeriksaan, check-in hingga boarding dan de boarding.

Selain itu juga menjadi bagian dari edukasi kepada personnel bandara dan maskapai serta pelaku perjalanan udara lainnya..

Namun menurut penuturan Zahra Qurratu'aini, seorang "shadow teacher" dari seorang anak dengan autism di Jakarta bahwa assistance belum tersedia di semua bandara di Indonesia, hanya di bandara bandara utama saja yang telah menyiapkan beberapa personnel nya untuk memberikan assistance kepada autistic traveler.

Zahra, panggilan akrabnya juga mengungkapkan bahwa beberapa orang tua di sekolah tempat ia bekerja juga mengalami hal yang di beberapa bandara di Indonesia dimana assistance kepada autistic traveler belum tersedia.

**

Bagi industri aviasi khususnya maskapai dan.bandara yang memang sudah terbukti dalam memainkan perannya dengan baik dalam menjamin hak pengguna transportasi udara dengan kebutuhan khusus, mungkin tidak lah sama caranya dalam memberikan assistance kepada autistic traveler.

Invisible disability atau disabilitas yang tak terlihat ini dapat membuat penyediaan assistance bagi autistic traveler ini sedikit menyulitkan bagi yang belum memahami secara penuh akan autism yang kondisi masing masing individunya dapat berbeda beda pula, ada yang sangat sensitif terhadap suara bising serta ada pula yang terhadap hiperaktivitas.

Namun secara mendasar kebutuhan akan assistance dalam hal komunikasi baik verbal maupun non verbal menjadi assistance mendasar yang dibutuhkan.

Harapannya akan semakin banyak bandara di Indonesia yang dapat mendedikasikan personnel nya kepada autistic traveler, mulai dari bandara terkecil hingga terbesar.

Bandara di Indonesia mungkij juga dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh bandara BHD dan bandara bandara lainnya didunia yang telah menyiapkan assistance kepada autistic traveler jauh sebelum melakukan penerbangan.

Para autistic traveler dapat mengetahui apa yang mereka lalui pada seluruh proses agar perjalanan mereka juga dapat se-lancar dan menyenangkan.

Jumlah personnel yang terbatas di bandara kecil tidak berarti tidak ada tersedianya personnel yang dapat diberikan pemahaman dan edukasi tentang autism ini.

Apa yang dilakukan oleh beberapa bandara di dunia menunjukan bahwa industri aviasi adalah laksana bumi ini sebagai lingkungan bagi semua penduduknya, sebuah lingkungan yang dapat memberi manfaat serta disaat bersamaan dapat memberikan kenyamanan, kelancaran -- dan tidak ketinggalan -- keceriaan dan kesenangan bagi siapa saja yang berada di dalam lingkungan ini.

Untuk itu mari kita berharap para pelaku industri aviasi terutama bandara dan maskapai akan secara bersama sama mewujudkan dunia penerbangan sebagai lingkungan bagi semua orang di bumi ini.


Referensi :

  • Wawancara dengan Zahra Qurratu'aini, shadow teacher,  pada 8 September 2023
  • research.chop.edu/car-autism-roadmap/the-americans-with-disabilities-act-of-1990-ada
  • nationalgeographic.com/travel/article/how-airlines-are-making-travel-easier-for-autistic-passengers
  • bbc.com/news/uk-northern-ireland-65624837
  • belfastcityairport.com/Special-Assistance

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun