Dengan program ini diharapkan dapat menjadi persiapan bagi autistic traveler dan anggota keluarga lainnya sebelum melakukan perjalanan dengan pesawat karena simulasi dilakukan dalam suasana dan situasi nyata dibandara.
Di beberapa bandara di dunia juga menyediakan lounge khusus yang didesain sesuai kebutuhan para autistitic traveler ini, mulai ruangan yang kedap suara hingga fitur kamar kecilnya.
Bagaimana di Indonesia?
Di Indonesia, pelaku perjalanan udara biasanya diberikan seperti tag yang dikalunginya agar personnel bandara dan maskapai dapat lebih siap dan sigap dalam memberkan assistance.
Pemberian tag ini dilakukan oleh rumah sakit setelah dilakukan examination oleh dokter yang kemudian menyatakan layak untuk melakukan perjalanan tanpa pendampingan atau dengan pendampingan.
Mungkin awal mendengarnya, penggunaan tag ini merupakan pembeda namun sebenarnya ini justru akan lebih membantu pelaku perjalanan udara dengan autism pada seluruh proses yang harus dilalui mulai dari pemeriksaan, check-in hingga boarding dan de boarding.
Selain itu juga menjadi bagian dari edukasi kepada personnel bandara dan maskapai serta pelaku perjalanan udara lainnya..
Namun menurut penuturan Zahra Qurratu'aini, seorang "shadow teacher" dari seorang anak dengan autism di Jakarta bahwa assistance belum tersedia di semua bandara di Indonesia, hanya di bandara bandara utama saja yang telah menyiapkan beberapa personnel nya untuk memberikan assistance kepada autistic traveler.
Zahra, panggilan akrabnya juga mengungkapkan bahwa beberapa orang tua di sekolah tempat ia bekerja juga mengalami hal yang di beberapa bandara di Indonesia dimana assistance kepada autistic traveler belum tersedia.
**
Bagi industri aviasi khususnya maskapai dan.bandara yang memang sudah terbukti dalam memainkan perannya dengan baik dalam menjamin hak pengguna transportasi udara dengan kebutuhan khusus, mungkin tidak lah sama caranya dalam memberikan assistance kepada autistic traveler.