Dengan sistem otomasi ini, pesawat dapat terbang dengan lintasan yang baru atau alternatif serta menentukan bandara yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi pesawat dan kemudian melakukan pendaratan.
Pesawat dapat turun dari ketinggian terbang, mendarat (automatic emergency descent system) dan taxiing di bandara, pesawat juga dapat mengenali lingkungan sekitar seperti pesawat lain (trafik), cuaca dan terrain.
Kemampuan mengenali lingkungan sekitar ini sesuai dengan nama program ini Dragonfly atau capung yang dapat mengenali lingkungan sekitar secara 360 derajat.
Penerapan Artificial Intellegence juga diterapkan pada sistem otomasi ini yaitu untuk berkomunikasi baik mendengar dan berbicara dengan pengatur navigasi udara (ATC) dan kemudian mengarahkan pesawat sesuai dengan data yang dikumpulkan dari pihak ATC tadi.
Sistem automatic landing pada program dragonfly ini setidaknya akan menyempurnakan sistem autoland yang sudah dikembangkan dan diterapkan pada banyak pesawat, serta mengantisipasi kondisi sebuah bandara yang tidak atau belum memiliki peralatan yang mendukung precision approach.
Sebagai informasi, autoland adalah sistem otomasi yang dapat mendaratkan pesawat ketika visibilitas jarak pandang rendah dalam kondisi cuaca buruk, dimana pesawat juga dapat mendarat dan berhenti secara otomatis di landasan pacu dengan auto brake serta reverse mesin dan spoiler secara otomatis.
Sedangkan precision approach menggunakan Instrument Landing System (ILS) dan Precision Approach Radar (PAR) yang akan memandu pesawat secara vertical dan lateral agar pesawat selalu berada pada lintasan ancang ancang saat hendak mendarat (approach path/slope).
Kembali ke project dragonfly.
Airbus tidak sendiri pada project dragonfly ini, selain juga didanai sebagian oleh pihak otoritas penerbangan sipil Perancis (DGAC) juga menggandeng beberapa perusahaan dalam bidang kedirgantaraan.
Salah satunya adalah Collins Aerospace yang dikenal dengan salah satu inovasi nya yaitu Connected Aviation Ecosystem.
Dragonfly hanyalah satu dari inovasi yang dikerjakan oleh Airbus UpNext, sebelumnya mereka juga telah menyelesaikan project ATTOL atau Autonomous Taxi, Take-Off and Landing pada tahun 2020 silam.