Penggunaan pesawat berbadan lebar pada rute jarak panjang oleh maskapai adalah sangat lumrah dengan dasar mengangkut lebih banyak penumpang dalam sekali penerbangan (airline capacity).
Sedangkan pada rute jarak pendek, maskapai umumnya menggunakan pesawat berbadan sedang dengan menggantungkan pada frekuensi penerbangan (airline frequency).
Dengan banyaknya frekuensi penerbangan jarak pendek ke satu bandara tujuan oleh banyak maskapai maka kepadatan bandara bisa tak terhindarkan --akibatnya keterlambatan jadwal penerbangan adakalanya terjadi.
Pada musim liburan, para maskapai juga terkadang melakukan penerbangan ekstra yang justru menambah kepadatan bandara semakin tinggi.
Peningkatan permintaan bagi maskapai juga tidak hanya berupa kursi penumpang tapi juga ruang kargo, keduanya dapat memengaruhi kebutuhan pesawat oleh maskapai dalam melayani rute penerbangan.
Kepadatan pada bandara dengan banyaknya pesawat yang takeoff dan landing dalam  waktu yang sama dan berdekatan bisa ditekan dengan penggunaan pesawat berbadan lebar dengan kapasitas yang lebih banyak
Beberapa maskapai telah melakukan ini dalam beberapa tahun ini dan hal ini telah membuat permintaaan akan pesawat berbadan lebar seperti pesawat Airbus A 330 dan A 350 serta Boeing B 787 oleh maskapai menjadi meningkat.
Bagi maskapai penggunaan pesawat berbadan lebar setidaknya akan mengurangi biaya (biaya per kursi) dengan hanya mengoperasikan sedikit pesawat pada rute-rute yang sebelumnya dioperasikan dengan pesawat berbadan sedang.
Oleh beberapa maskapai, penggunaan pesawat berbadan lebar pada rute pendek bisa menjadi bagian utilisasi misalnya pada pergantian musim dimana permintaan di satu wilayah bisa lebih besar sehingga dimanfaatkan oleh maskapai untuk mengoperasikan pesawat berbadan lebat.
Misalnya pada musim dingin maskapai Amerika yang biasanya melayani rute Los Angeles ke Narita dapat berlanjut untuk rute Narita ke destinasi tropis dimana jumlah pelaku perjalanan meningkat untuk berlibur.
Beberapa maskapai juga mengalihkan pesanan pesawat mereka ke pesawat berbadan lebar dari berbadan sedang dengan periode penyelesaian pesanannya yang kini sedang melambat karena permasalahan rantai pasokan komponen pesawat.
Namun dari sisi pelaku perjalanan, pengurangan frekuensi penerbangan berarti semakin sedikit pilihan jam penerbangan dalam per harinya yang disediakan oleh maskapai.
Sedangkan disisi kenyamanan khususnya di kelas bisnis, pesawat berbadan lebar akan memberikan kenyamanan dan pengalaman terbang yang berbeda pula dibandingkan dengan pesawat berbadan sedang.
Pada sisi bandara kepadatan bisa ditekan dengan berkurangnya pesawat dalam satu periode waktu (misalnya per jam) namun load pekerjaan pada penanganan bagasi bertambah pastinya.
Dalam perjalanan aviasi sipil komersial, penggunaan pesawat berbadan lebar pada rute domestik sudah pernah dilakukan, contohnya pesawat Boeing B 747-400 D (Domestic) yang dibuat khusus untuk penerbangan domestik di Jepang.
Pesawat ini yang tidak memiliki winglet dan gallery di upper deck nya seperti pada desain utama B 747-400 ini dapat mengangkut 568 penumpang di dua kelas atau sekitar 660 penumpang di satu kelas.
Namun kini pesawat berbadan lebar yang digunakan untuk rute pendek serta domestik adalah Airbus A 330, A 340 dan A 350 serta Boeing B 787 dan B 767 oleh maskapai yang masih mengoperasikan B 767.
Apakah kita akan melihat pesawat berbadan lebar di rute domestik Indonesia?
Walau Indonesia masuk lima besar pasar penerbangan komersial berjadwal didunia namun kita belum melihat ini kecuali pada saat liburan yang mana maskapai harus mengoperasikan pesawat berbadan lebar untuk memenuhi permintaan yang meningkat drastis (surge).
Selain itu kita juga perlu melihat lebih dalam lagi tipe pelaku perjalanan di Indonesia, apakah pelaku perjalanan bisnis/corporate lebih banyak dari leisure (yang bersifat musiman) serta pelaku perjalanan sosial seperti mengunjungi sanak keluarga dan pulang kampung.
Satu hal yang pasti juga adalah penggunaan pesawat berbadan lebar oleh maskapai sudah pasti di trigger oleh permintaan baik kursi maupun ruang kargo nya.
Dan bila itu kelak terjadi maka bandara di beberapa kota perlu memikirkan untuk mengupgrade fasilitasnya atau bahkan menambah bandara seperti misalnya pada destinasi wisata favorit.
Seberapa pun luas terminal bandara namun bila hanya terdapat satu landasan pacu yang di satu titik waktu akan mencapai utilisasi maksimumnya maka hanya akan sia sia saja, dengan kata lain kenyamanan dan kelancaran penumpang meningkat.
Namun, bagaimana dengan efisiensi di sisi maskapai bila sering terjadi keterlambatan akibat harus mengantri untuk takeoff dan landing?
Namun untuk sementara waktu, bagi pelaku perjalanan yang ingin merasakan sensasi terbang terutama pada kelas bisnis dengan pesawat berbadan lebar pada rute pendek ataupun domestik di beberapa negara bisa mulai mencarinya di berbagai platform travel di internet.
Referensi :
- contentzone.eurocontrol.int/aircraftperformance/details.aspx?ICAO=B74D&
- premium-flights.com/all-short-haul-routes-operated-by-wide-body-aircraft/
- cnbc.com/2023/04/06/why-airlines-are-flying-bigger-planes.html
- pattayaone.news/five-shortest-airbus-a350-routes-in-april/
- railforums.co.uk/threads/ba-777-787-short-haul-routes-feb-2023-april-2023.242914/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H