Misalnya pada musim dingin maskapai Amerika yang biasanya melayani rute Los Angeles ke Narita dapat berlanjut untuk rute Narita ke destinasi tropis dimana jumlah pelaku perjalanan meningkat untuk berlibur.
Beberapa maskapai juga mengalihkan pesanan pesawat mereka ke pesawat berbadan lebar dari berbadan sedang dengan periode penyelesaian pesanannya yang kini sedang melambat karena permasalahan rantai pasokan komponen pesawat.
Namun dari sisi pelaku perjalanan, pengurangan frekuensi penerbangan berarti semakin sedikit pilihan jam penerbangan dalam per harinya yang disediakan oleh maskapai.
Sedangkan disisi kenyamanan khususnya di kelas bisnis, pesawat berbadan lebar akan memberikan kenyamanan dan pengalaman terbang yang berbeda pula dibandingkan dengan pesawat berbadan sedang.
Pada sisi bandara kepadatan bisa ditekan dengan berkurangnya pesawat dalam satu periode waktu (misalnya per jam) namun load pekerjaan pada penanganan bagasi bertambah pastinya.
Dalam perjalanan aviasi sipil komersial, penggunaan pesawat berbadan lebar pada rute domestik sudah pernah dilakukan, contohnya pesawat Boeing B 747-400 D (Domestic) yang dibuat khusus untuk penerbangan domestik di Jepang.
Pesawat ini yang tidak memiliki winglet dan gallery di upper deck nya seperti pada desain utama B 747-400 ini dapat mengangkut 568 penumpang di dua kelas atau sekitar 660 penumpang di satu kelas.
Namun kini pesawat berbadan lebar yang digunakan untuk rute pendek serta domestik adalah Airbus A 330, A 340 dan A 350 serta Boeing B 787 dan B 767 oleh maskapai yang masih mengoperasikan B 767.
Apakah kita akan melihat pesawat berbadan lebar di rute domestik Indonesia?
Walau Indonesia masuk lima besar pasar penerbangan komersial berjadwal didunia namun kita belum melihat ini kecuali pada saat liburan yang mana maskapai harus mengoperasikan pesawat berbadan lebar untuk memenuhi permintaan yang meningkat drastis (surge).