Mohon tunggu...
Widiyatmoko
Widiyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aviation Enthusiast | Aerophile | Responsible Traveler

Penggemar pesawat berbagai jenis dan pengoperasiannya serta perkembangannya melalui membaca. Airport of Birth : HLP Current Airport : DPS

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kedaulatan Negara di Luar Angkasa dan Benua Amasia

24 Agustus 2022   02:43 Diperbarui: 24 Agustus 2022   03:31 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Super Benua Amasia ( sumber: physicsworld.com)

Salah satu bukti dari adanya kedaulatan sebuah negara adalah adanya batas negara yang dapat berupa garis di darat yang menandakan pula bahwa segala hukum yang berlaku di satu negara akan berakhir di garis tersebut kecuali bila ada kesepakatan diantara kedua negara.

Batas batas negara ini dapat kita jumpai ketika perjalanan kita terhenti di perbatasan untuk pemeriksaan administrasi sebelum dapat melanjutkan perjalanan di negara tujuan kita.

Keadaan akan berbeda ketika kita melakukan perjalanan laut dan udara dimana pemeriksaan baru dilakukan ketika kita sudah berada di negara tujuan, ini berarti kita sudah melintasi batas negara tanpa pemeriksaan di poin perbatasan.

Bagaimana dengan di luar angkasa ?

Hukum internasional tidak mendefiniskan batas bumi dan luar angkasa bahkan dengan keberadaan garis Karman yang diperkenalkan oleh FAI (World Air Sports Federation) yang menetapkan batas bumi dan luar angkasa ada pada ketinggian 100 km dari permukaan laut serta batas yang ditetapkan oleh NASA sejauh 80 km dari permukaan laut sekalipun dimana keduanya tidak pernah menjadi dasar dari hukum internasional yang mengatur perbatasan antar negara secara vertikal.

Satu hal yang mungkin berlaku adalah ketika kemampuan jarak tempuh sebuah rudal dapat menembak jatuh sebuah objek yang dianggap melanggar batas negara, dan bila tidak mampu maka objek tersebut terus dapat terbang pada ketinggian yang tak dapat dijangkau oleh sistem pertahanan udara sebuah negara.

Walau demikian, bila pada kemudian hari ternyata ada kesepakatan bersama antara negara didunia mengenai batas bumi dan luar angkasa sekalipun, hal ini justru mempertegas bahwa kedualatan negara tidak berlaku diatas ketinggian yang telah ditetapkan tersebut.

Singkatnya tidak ada lagi perbedaan ataupun pembatas negara diluar angkasa seperti yang berlaku di bumi.

Presiden Amerika John F Kennedy pernah berkata "We believe that when men reach beyond this planet, they should leave their national differences behind them."

Dengan meninggalkan perbedaan antar bangsa berarti kita tidak lagi membutuhkan paspor untuk dibubuhi cap di setiap perbatasan di negara yang kita kunjungi.

Bagi beberapa penduduk bumi yang mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan ke luar angkasa akan setuju dengan hal ini terlebih bila sudah melihat bumi dari luar angkasa dengan batas antar terlihat dari tempat mereka berada saat itu atau tepat di atas negara yang bukan negara dia berasal.

Pada stasiun luar angkasa internasional (ISS) tidak ada pos imigrasi antara modul Amerika dan modul Rusia, mereka bersama sama menjalani kehidupan rutin dengan rukun tanpa ada hukum apapun diantara mereka.

Dapatkah hal serupa berlaku di bumi ?

Secara teori bisa jika kita melihat dari sisi dimana planet bumi ini sebagai pesawat luar angkasa ataupun stasiun luar angkasa karena pada dasarnya planet bumi juga mengorbit sama halnya dengan keduanya, dan kita sebagai penduduk bumi adalah penumpang dari pesawat luar angkasa itu.

Namun pada kenyataannya luar angkasa tidak sama dengan bumi yang memiliki sumber dan hasil alam yang dapat menjadi dasar pertikaian antar bangsa serta ruang atau wilayah untuk diperebutkan.

Perlindungan terhadap sumber dan hasil alam adalah bentuk dari kepentingan sebuah negara untuk dapat memenuhi kebutuhan rakyatnya serta juga dapat menghasilkan nilai ekonomi melalui perdangan antar bangsa, oleh karena itu pula semakin kaya sebuah negara akan sumber dan hasil alamnya semakin tinggi pula perlindungan pada kepentingan negara tersebut dan membutuhkan penanganan lebih pula.

Keadaan ini mengingatkan kita pada sejarah dimana terdapat istilah 'new world'  yang oleh beberapa negara didunia dijadikan dasar untuk melakukan eksplorasi ke berbagai belahan bumi dan setelah menemukan sebuah daerah yang ternyata menyimpan sumber dan hasil alam yang melimpah, maka dimulainya penjagaan kepentingan mulai dari jalur pelayaraannya hingga seluruh pelosok daerah tersebut.

Akan proses itu terulang kembali di luar angkasa meskipun eksplorasi dilakukan secara bersama sama dan tidak satu negara saja seperti dahulu kala atas nama kepentingan ?

Apabila jawabannya akan terulang lagi, maka ada baiknya luar angkasa tetap menjadi eksplorasi tanpa henti karena jika tidak maka kolonisasi akan terjadi di luar angkasa seperti pada Colonization of the New World di masa lalu bumi ini.

Apakah itu berlaku atau tidak sebuah batas kedaulatan negara diluar angkasa tidak semerta merta menghilangkan kepentingan apapun, siapa yang akan menjadi penghuni pertama di planet yang ditemukan dapat dihuni kelak? pertanyaan ini akan memperjelas pernyataan tersebut.

Untuk itu ada baiknya memang jika luar angkasa tetap menjadi sebuah eksplorasi tanpa batas dimana manusia terus meneliti namun bukan untuk menemukan planet untuk dihuni melainkan kembali pada awal dimulainya  eksplorasi luar angkasa yaitu mengetahui cara kerja dan sistem tata surya kita dengan begitu kita dapat melindungi bumi tempat kita tinggal dan memperingatkan kita ketika akan ada benda luar angkasa yang akan mendekati ataupun bertabrakan dengan bumi.

Hal ini juga sesuai dengan perjanjian ruang angkasa atau Outer Space Treaty yang melarang adanya klaim kepemilikan ataupun kedaulatan atas benda apapun di ruang angkasa serta tidak boleh adanya senjata nuklir berpangkalan di ruang angkasa, serta tidak membatasi negara manaupun untuk mengeksplorasinya.

Ilustrasi Super Benua Amasia ( sumber: physicsworld.com)
Ilustrasi Super Benua Amasia ( sumber: physicsworld.com)

Dan bila memungkinkan pula, ada baiknya kita memang menganggap bumi ini adalah stasiun luar angkasa ataupun pesawat luar angkasa sehingga tidak perlu lagi pembatas diantara berbagai perbedaan pada kehidupan kita serta tanpa menunggu terbentuknya supercontinent Amasia yang akan menyatukan benua Amerika dan Asia dimana beberapa ahli geologi sudan melihat adanya tanda tanda tersebut.

Salah satu tanda tanda tersebut adalah kian melebarnya Samudera Atlantik yang akan menyebabkan benua Amerika bergeser dan menjadi satu dengan benua Asia sehingga kedaulatan negara hanya akan terlihat dan terasa didarat saja dan bahkan mungkin tidak akan ada lagi batas negara yang menandakan kedaulatan karena semua negara di benua Amasia akan menjadi satu negara.

Dan saat itu pula akan terlihat bahwa daratan dengan sumber dan hasil alam yang melimpah ini akan sama dengan langit dan luar ataupun ruang angkasa yang kepemilikannya adalah bersama tanpa membedakan apapun serta tidak memenangkan yang kuat, semua akan sama.


Bukankah memang demikian kita dihadapan Sang Pencipta ini semua ?

Referensi :

Satu Dua Tiga Empat Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun