Sayangnya aktivitas bisnis kecil-kecilan sudah mengarah ke sana. Main sikut sana sini. Tidak memperhatikan etika. Apalagi bisnis yang besar.
Membangun kerajaan bisnis tidak mudah. Lihat, saat booming cafe dengan aneka racikan minuman yang menggoda. Orang mencoba kemudian membuat orang lain ingin mendapatkan uang dengan cara cepat.
Meniru salah satu cara sukses memperoleh money. Termasuk meniru menu, tata letak dan lokasi jualan. Caranya, dengan membuka cafe yang letaknya tidak berjauhan. Mulanya satu, kemudian yang lain dan terus bertambah dengan yang lain.
Cafe yang muncul pertama dapat tergeser. Kalah dari kerasnya persaingan yang tidak sehat. Jika tidak inovatif dan kreatif.
Harapannya banyak pengunjung, supaya ongkos sewa gedung atau toko yang sudah dikeluarkan menjadi cafe coffee terlihat menarik. Mendatangkan pelanggan supaya untung.
Namun apa jadinya jika BEP saja belum sampai, posisi keuangan usaha dalam keadaan tidak laba atau mendapat keuntungan tetapi juga tidak rugi.
Diganggu oleh persaingan yang tidak sehat. Muncul lapak-lapak kopi di trotoar atau tempat parkir motor yang sebenarnya untuk pengunjung cafe. Sehingga muncul istilah street coffee.
Tidak hanya satu. Lapak kopi lain bermunculan dengan motor roda tiga, vespa, bahkan mobil pick up sampai volkswagen tua yang sudah dirubah bentuknya agar terlihat menarik. Â
Semua untuk menggiring minat calon pembeli berbelok arah ke tempat yang lapang di pinggir jalan dari pada kedalam cafe.Â