Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Wawan, Disabilitas dan Delapan Porsi Sayur Lembayung

9 Agustus 2024   11:03 Diperbarui: 11 Agustus 2024   13:34 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawan penyandang disabilitas (foto:ko in)

Orang memanggilnya Wawan. Namun tidak sedikit yang kurang mengetahui nama panjangnya. Termasuk saya, pada waktu itu. Sebab pertemuan kami sebatas orang yang biasa makan atau jajan di warung. Obrolan atau perbincangan sebentar dan sambil lalu, tidak ada kedalaman.

Apalagi melihat dan mendengar cara bicara Wawan secara fisik terlihat ada perbedaan dibandingkan orang normal lainnya. Selain bicara yang tidak begitu jelas. Cara berjalannya juga tidak sebagaimana orang normal.

Saat menyebut namanya sendiri, dia harus terbata-bata melafalkannya. Seperti ada sesuatu yang menahan di dada. Maklum Wawan sejak lahir menderita keterbatasan kemampuan fisik yang biasa disebut disabilitas. 

Pengertian disabilitas dapat dicari di Google yang artinya suatu kondisi dimana seseorang mengalami atau memiliki keterbatasan fisik atau mental. Istilah disabilitas mesti dibedakan dengan difabel. Sebab difabel merupakan sebutan bagi penyandang disabilitas.

Wawan di warung langganan (foto:ko in)
Wawan di warung langganan (foto:ko in)

“Yuli …an … awan” katanya. Saat saya tanya nama lengkapnya. Namun saya tidak begitu jelas mendengar. Khususnya kata kedua dan terakhir. Sehingga saya harus mendekatkan diri, sambil melihat mimik bibirnya saat mengulang nama lengkapnya “Yuli Alfi..an Kurni…awan.”

Terasa lega mendengar namanya secara keseluruhan walau harus terbata-bata dalam mengucapkan. Demikian pula menurut saya, dia merasa lega berhasil menyebutkan namanya dan orang lain atau lawan bicaranya dapat memahami.

Saat itu juga membuat saya tidak ingin melanjutkan obrolan dengannya. Bahkan ingin mengakhiri pembicaraan sebab tidak tega, mendengar setiap jawaban dari pertanyaan yang saya lontarkan. Diucapkan dengan susah payah kata per kata, terkait dengan keterlibatannya dalam olahraga paralimpik beberapa waktu lalu saat masih muda. 

Paralimpik atau paralimpiade merupakan kompetisi olahraga bagi para penyandang disabilitas. Biasanya dilangsungkan di tempat dan waktu yang tidak jauh setelah Olimpiade berakhir. Sebagaimana Olimpiade tahun ini, Paralimpiade berlangsung di Paris, Prancis.

Bersama pemilik Warung Ijo (foto:koin)
Bersama pemilik Warung Ijo (foto:koin)

Saya menemui Wawan di warung yang jadi langganannya beberapa kali, walau tidak setiap hari. Kadang seminggu sekali bahkan pernah dua minggu sekali. Maka tidak heran pada diri sendiri, tulisan ini merupakan salah satu tulisan terlama yang saya buat. Sebab mesti mengumpulkan informasi dari sumber tidak hanya sekali. 

Wawan, salah satu penyandang difabel tinggal di Yogya. Terbiasa melakukan aktivitas sehari-hari dengan menaiki sepeda. Bahkan tidak jarang terlihat berada di jalan sekitar kawasan Tugu Yogya. Termasuk sekitar Malioboro.

Tidak sedikit orang yang tertipu dengan tampilannya. Termasuk saat kondisi disabilitasnya masih parah sebab bawaan dari lahir. Kedua tangannya belum dapat diluruskan. 

Waktu itu Wawan sedang istirahat sekitar Puro Pakualaman Yogyakarta. Untuk istirahat setelah melakukan perjalan dengan sepedanya. Didatangi seorang laki-laki yang menanyakan asal muasal penyakitnya.

Wawan (foto:ko in)
Wawan (foto:ko in)

Mendapat pertanyaan tersebut Wawan merasa kesal. Sebab Wawan tidak meminta lahir dalam kondisi disabilitas, saat menceritakan hal itu kepada saya (8/8/24). Kemudian laki-laki tersebut berusaha menyembuhkan dengan pijatan. Setelah izin terlebih dahulu.

Saat menerima pijatan tiba-tiba Wawan dipukul tengkuknya sehingga membuatnya marah dan balas menampar pipi laki-laki tadi. Barangkali kalau Wawan dalam kondisi normal bisa jadi laki-laki tersebut dipukul mukanya dengan keras. Sambil menjelaskan tidak benar cara memijat seperti itu.

Walau sebagai penyandang difabel, bicara dan cara berjalannya tidak lancar. Tampilan apa adanya. Raut mukanya tidak menarik. Siapa sangka, Wawan pernah mewakili Indonesia dalam ajang olahraga khusus penyandang disabilitas ke berbagai negara.

Meskipun keikutsertaan Wawan tidak memperoleh juara, keterlibatannya perlu mendapat acungan jempol. Dengan keterbatasan yang dimiliki Wawan dapat mewakili Indonesia dalam cabang atletik lari 100 meter dan 200 meter, khusus paralimpik atau paralimpiade.

Sepeda yg setia mengantar (foto:ko in)
Sepeda yg setia mengantar (foto:ko in)

Saat saya ingin memperoleh kejelasan, tetap saya sulit untuk mendapatkan karena kata-kata yang dikeluarkan tidak jelas. Saya harus sabar, pintar-pintar memancing ingatannya. Seperti kapan dan dimana Wawan pernah dikirim untuk bertanding.

Sebagaimana saat tanya negara mana saja pernah Wawan berlaga. Jawabannya, dengan kata terbata “Llla……llli.” Saya putus asa. Bagaimana saya memperoleh banyak informasi tentang prestasi dan kehidupannya.

Setelah beberapa waktu berbincang di Warung Ijo, salah satu warung langganannya yang menyediakan menu utama pecel, soto dan sayur ramesan. Tidak ketinggalan lauknya tempe mendoan atau tempe dipotong tipis dilapisi tepung kemudian di goreng.

Termasuk tempe garit, tidak jarang dalam kurun waktu kurang satu jam sudah habis. Apalagi jika masih panas. Di depan tempe garit dan tempe mendoan, akhirnya terungkap kalau Wawan pernah berlaga Paralimpik di Beijing, Tiongkok, Australia dan Amerika Serikat. 

Namun saat akan dikirim ke Korea Selatan tahun 1999 gagal. Alasannya, dia lupa bahkan tidak mengerti. Hal ini dapat dimaklumi sebagaimana saat awal saya menanyakan negara mana saja dia pernah dikirim, di ajang Paralympic. 

Jauh sebelum mengikuti pertandingan dia selalu menyiapkan diri dan mendapat bimbingan dari pelatih secara rutin di Stadion Mandala Krida Yogyakarta. 

(foto:inzidethegames.biz)
(foto:inzidethegames.biz)

Namun untuk tahun ini, untuk seleksi saja Wawan tidak lolos karena tidak ada persiapan khusus. Dia merasa, mungkin sudah tua. “Aku tak olahraga minum teh saja,” dengan kata yang terbata-bata penuh canda. Sehingga menarik perhatian sebagian besar pengunjung Warung Ijo, yang letaknya tak jauh dari stasiun Lempuyangan.

Tiba-tiba, saat obrolan kami mengalir. Wawan berujar kalau pelatihnya sudah meninggal tahun 1995. Kemudian, obrolan pagi itu saya akhiri dengan maksud lain hari dapat dilanjutkan karena tidak ingin menyusahkan Wawan.

Melihat Wawan berjalan ke sepedanya, nampak tidak sebagaimana orang pada umumnya. Selalu goyang. Mereka yang tidak terbiasa melihat atau menemuinya barangkali merasa aneh dan khawatir. Takut kalau jatuh. Tangannya saat ini sebagian yang terlihat masih belum lurus.

Ini sudah jauh lebih baik kata Wawan karena ada pengobatan dan terapi. Sehingga tangannya dapat diluruskan. Dapat berjabat tangan dan berfungsi walau tidak secara penuh seperti orang sehat atau normal. 

Saat berjabat tangannya terasa kalau otot-otot sekitar telapak tangannya lebih banyak dipergunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Salah satunya memijat seseorang yang sudah mengenal Wawan. 

Sayur lodeh lembayung (foto:cookpad.com)
Sayur lodeh lembayung (foto:cookpad.com)

Ketika saat Wawan akan melanjutkan aktivitasnya, saya terkejut pagi itu Wawan habis nasi pecel dua porsi. Lebih mengejutkan lagi saya dan pemilik Warung Ijo, saat Wawan bercerita tentang sayur kesukaannya. 

Pada saat makan di warung lain yang menyediakan sayur lodeh daun bayung atau lembayung. Wawan berkata, “Aku habis delapan piring,” katanya. Membuat kami terbelalak tak percaya.

Namun setelah ingat Wawan baru saja menghabiskan dua porsi nasi pecel di Warung Ijo. Saya mesti berpikir dan percaya dengan Wawan yang menghabiskan delapan piring sayur lodeh bayung.

Maka jangan mudah menghakimi atau menyimpulkan seseorang dari penampilannya. Soal prestasi tidak kalah, Wawan menjanjikan untuk memperlihatkan kumpulan kliping yang berisi tulisan tentang dirinya. 

Namun keesokan hari, saya tunggu sampai siang di warung langganannya. Wawan tidak datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun