Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Maaf, Aku Tidak Ingin Menjadi Perampok Energi

5 Februari 2024   14:38 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:39 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merampok itu perbuatan mengambil paksa harta atau kekayaan pihak lain dengan menggunakan senjata serta kekerasan. Sementara merampas tindakan yang hampir sama, mengambil paksa tapi tanpa senjata dan tanpa kekerasan.


Perampokan saat ini barangkali lebih elegant tidak menggunakan senjata tajam atau senjata api. Namun cenderung menggunakan senjata baru, yang tidak mesti tajam serta berapi atau yang dapat mengeluarkan peluru. Tetapi memungkinkan hasilnya lebih banyak.

Senjata merupakan temuan ilmu pengetahuan, teknologi dan tidak jarang disalahgunakan. Salah satunya untuk merampok rumah seseorang, kantor, lembaga atau institusi. Bahkan negaranya sendiri,  berupa  sumberdaya alam milik orang banyak atau publik.

Dengan peralatan modern, seseorang atau sekelompok orang memiliki kesempatan untuk memuaskan sifat rakusnya dengan merampok hak milik orang banyak, mengeksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. 

(Foto; Tibeman.com)
(Foto; Tibeman.com)

Bukannya mereka tidak mengenal perhitungan. Mereka yang rakus, sangat perhitungan namun hanya untuk diri sendiri. Tidak memikirkan kepentingan orang lain termasuk generasi yang akan datang. Generasi yang memiliki hak sama menggunakan dan memanfaatkan energi yang ada di bumi. Apapun itu bentuk serta wujud energinya.

Beberapa kasus perampokan, terdiri dari sekumpulan orang yang  tergabung dalam perusahaan besar. Tidak tertutup kemungkinan mereka memainkan kebijakan, hukum atau undang-undang karena lemahnya pengawasan.

Dasar perbuatan tersebut karena adan peluang atau kesempatan sehingga muncul keinginan memuaskan diri. Memuaskan nafsu konsumtif yang merasa tidak pernah cukup.

(Foto: pixabay.com)
(Foto: pixabay.com)

Ditambah sikap tamak yang ingin menimbun dengan alasan mengamankan masa depan, supaya tetap dalam kondisi aman atau situasi nyaman. Lupa hak generasi mendatang dimana mereka adalah orang-orang yang memiliki kesempatan dan hak sama dengan kita yang hidup pada saat ini.

Setiap orang boleh dan memiliki hak untuk kaya. Namun dengan catatan lewat cara atau jalan yang benar. Melakukan eksploitasi alam bolen. Namun harus tetap dalam koridor atau batas menjaga lingkungan demi keselamatan bersama, serta kelanggengan bumi.

Kekayaan yang kita miliki tidak dapat digunakan semaunya atau semena-mena karena kemampuan daya beli yang berlebih atau besar. Ingat, kesombongan atau keegoisan biasanya menjadi awal kehancuran. 

Untuk itu kita dapat belajar dari beberapa hal terkait kemampuan dan ketersediaan sumberdaya alam atau energi bumi yang tidak terbarukan. Demikian halnya dalam memanfaatkan energi yang berasal dari sumber alam seperti batubara, minyak, gas dan yang lain.

(ruangenergi.com)
(ruangenergi.com)

Manusia memiliki mandat untuk menguasai bumi dan segala isinya. Namun menjadi tidak bijak jika hanya mampu menguasai tanpa bisa memelihara sehingga layak untuk ditinggali. Oleh karena itu setiap orang mesti mampu mengendalikan dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan, supaya bumi dan lingkungannya lestari.

Caranya mampu memastikan, memilih, memilah dan menempatkan mana yang penting serta kurang penting dalam kesehariannya. Lepas dari besar atau sedikit pendapatan yang diterima dan kemampuan untuk mencari uang. 

Faktor penyebab menjadi perampok 

Maka dari itu, perbolehkan saya mengklasifikasikan beberapa sebab orang berpotensi menjadi perampok. Pertama, karena sifat rakus atau tamak. Walau tercukupi kebutuhan sehari-hari, lewat gaji,  berbagai fasilitas dan kemudahan. Tetap ingin mendapatkan lebih. Sementara jika sudah mendapatkan lebih, dia ingin menimbun.

(Foto: pixabay.com)
(Foto: pixabay.com)

Hal ini terjadi juga dalam kasus pemanfaatan energi dimana seseorang dapat berubah menjadi perampok. Baik langsung atau tidak langsung. Seperti merampok hak dan kebutuhan energi generasi mendatang lewat cara eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan. 

Kedua, lemahnya sistem pengawasan dalam menjaga profesionalisme serta kualitas sumber daya manusia dan atau produk. Kelemahan ini, membuka peluang seseorang untuk bertindak atau berbuat tidak disiplin.  Tidak jujur, tidak profesional  dan manipulatif terhadap produk barang atau jasa yang dihasilkan.

Peralatan modern ikut andil dalam memudahkan seseorang untuk melakukan kecurangan atau ketidakadilan terhadap hak-hak generasi mendatang. Bagai pedang bermata dua, alat atau hasil ilmu pengetahuan akan memberi kebaikan atau sebaliknya

(Foto: Pixabay)
(Foto: Pixabay)

Hal itu akan menjadi ukuran atau faktor ketiga sejauh mana seseorang memiliki karakter mental kuat. Dengan kata lain setangguh apa sumberdaya manusia mampu hadapi berbagai kemajuan dan perubahan.

Tidak hanya kemajuan alat atau teknologi pertambangan namun juga kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Apa artinya handphone keluaran terbaru jika tidak bisa membatasi penggunaannya.

Ingat saat menghidupkan handphone membutuhkan energi dari  baterai. Darimana energinya dan bagaimana mengisi ulang  baterai tersebut ? Bukankah mesti diisi ulang dengan menghubungkannya sumber daya listrik. 

(Foto: tribunnews.com)
(Foto: tribunnews.com)

Padahal sebagaimana kita ketahui energi listrik yang tersedia saat ini salah satunya didominasi oleh energi pembangkit listrik tenaga uap, yang membutuhkan batubara sebagai salah satu bahan utamanya.

Walau berbagai temuan teknologi telah membuat daya tahan penggunaan energi di handphone semakin irit dan tahan lama. Temuan teknologi modern memungkinkan pengolahan batubara dapat mengendalikan efek polusi yang lebih baik dari sebelumnya.

Bukan berarti pemanfaatan energi berkelanjutan berhenti disini karena alasan cadangan batubara masih cukup banyak. Teknologi baru dapat mengurangi polusi dari penggunaan batu bara. Atau karena sistem penyimpanan energi di baterai dari energi listrik semakin irit penggunaan dan lama penggunaan.

Ingat faktor rakus. Untuk itu supaya tidak hanya berhenti di tataran pengetahuan atau ide semata, dalam ikut mendukung energi untuk lingkungan hidup demi kemajuan Indonesia. Khususnya bagaimana caraku memanfaatkan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

(Foto: Pixabay)
(Foto: Pixabay)

Maka mencari sumber serta pemanfaatan energi berkelanjutan yang tidak menimbulkan polusi sampai nol persen tetap perlu. Guna menjaga lingkungan tetap bersih dari berbagai bentuk polusi atau pencemaran. Perbolehkan aku menyampaikan cara-caraku ;

  • Pertama, menggunakan transportasi massal saat bepergian. Dengan demikian aku ikut secara langsung memperlambat pengurangan penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan. Sekaligus memberi kesempatan pada generasi mendatang, memperoleh hak menggunakan energi. Termasuk melepaskan aku untuk mendapatkan stempel sebagai perampok energi. Keuntungan lain, mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh banyaknya penggunaan mesin berbahan fosil. 
  • Apa jadinya jika sepuluh orang menggunakan kendaraan sendiri? Berapa banyak polusi dihasilkan? 
  • Bayangkan jika sepuluh orang menggunakan satu transportasi massal. Berapa angka  polusi yang berhasil dihemat?
  • Kedua, disiplin dalam penggunaan energi listrik. Baik dalam bentuk token atau pasca bayar. Sebab keduanya tidak sepenuhnya berasal dari sumber energi yang  terbarukan. Masih ada peran menggunakan energi dari perut bumi. 
  • Sementara jumlah energi terbarukan masih sedikit dibanding Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang materi dasarnya adalah sumberdaya alam. Seperti batubara, minyak dan gas bumi.
  • Cara menghemat listrik menurut saya adalah dengan cara disiplin mematikan lampu televisi saat tidak digunakan atau dilihat. Termasuk mengganti lampu dengan watt yang lebih rendah. Atau memperbanyak celah rumah agar cahaya matahari dapat memasuki ruangan. Dengan membuat banyak jendela atau menggunakan genteng kaca. Ini sehat dan ramah lingkungan karena memberi kesempatan udara untuk bersirkulasi.
  • Ketiga, terkait akan caraku yang kedua. Menanam tanaman atau pohon agar dapat mendatangkan kesejukan di luar atau dalam rumah. Sehingga tidak perlu pendingin ruangan jika hari cuaca cukup panas.
  • Disamping adanya daun atau bunga yang mempercantik pandangan. Tanaman buah jelas bermanfaat untuk ikut menjaga daya tahan tubuh karena mengandung vitamin yang dibutuhkan manusia. Sementara dedaunan yang rontok dapat menjadi kompos, pada waktunya jadi energi yang mempertahankan kehidupan pohon itu sendiri. Serta memperbaiki kualitas tanah atau lingkungan 
  • Keempat, manusia membutuhkan energi. Bukan dari batubara, gas dan minyak bumi namun dari hasil bumi. Untuk itu saya wajib menjaga bumi agar tetap sehat. Agar tanaman pertanian, sayur dan pohon tidak tercemar oleh berbagai limbah yang membahayakan. Baik yang dihasilkan oleh rumah tangga atau industri .
  • Termasuk dari habit atau perilaku seseorang yang suka buang sampah sembarangan. Dengan cara memberitahu atau menegur langsung lewat jalur resmi seperti email atau nomor WA perusahaan atau industri. Jika enggan ditegur  maka tidak ada salahnya disebarkan lewat media sosial. 

(Foto: transjakarta.co.id)
(Foto: transjakarta.co.id)

Apakah dirimu siap mendapat tuduhan dan bertanggungjawab sebagai sumber penyebab terjadinya kelaparan di muka bumi ini ? Tidak hanya rakus mengeksploitasi alam. Tetapi gemar melakukan praktek pembiaran dengan bersikap masa bodoh pada penggunaan sumberdaya alam yang berlebihan. 

Sehingga membuat lingkungan hidup rusak. Sulit ditanami tanaman pangan, yang merupakan energi serta kebutuhan utama manusia. Banyak cara, saran serta tips-tips dalam memanfaatkan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Namun apalah artinya jika tidak ada satupun dijalankan. Maka aku melakukan cara yang sederhana tetapi nyata, seperti yang sudah kusebut di atas.

Aku cukup menggunakan transportasi massal seperti bus kota. Berjalan kaki untuk tujuan yang tidak terlalu jauh supaya mampu menjaga kepedulian, termasuk menjaga hati supaya tidak mati rasa, keras dan membeku. Sebab memiliki kesempatan melihat mereka-mereka yang membutuhkan energi hidup.

(Foto: Pixabay)
(Foto: Pixabay)

Selalu "Klik" saklar lampu rumah atau kamar saat ditinggal pergi, supaya lampu mati. Sesampai di luar rumah bersyukur dapat menikmati hari dengan lingkungan yang segar dan tidak lupa menebarkan senyum tulus ke orang yang dikenal atau ditemui. Sebab tidak sedikit orang yang berat beban hidupnya.

Mengapa kita tidak menjadi energi hidup bagi mereka dan kehidupan, serta kemajuan negeri tercinta Indonesia? 

Bukankah kita mendapat energi dari makanan yang dihasilkan oleh alam atau lingkungan juga? Maka sudah semestinya memanfaatkan energi secara bijak, supaya alam atau lingkungan tetap lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun