Jika sudah demikian, main di pantai yang asin airnya merasa jadi kurang nyaman. Belum lagi jika ada butiran pasir kecil masuk dalam luka akibat tertusuk duri pandan laut tadi.
Akhirnya, jelas mengapa penyu betina lebih suka meletakkan telur-telurnya tidak jauh dari tanaman pandan laut. Salah satunya adalah menjauhkan dari orang-orang yang tidak peduli dengan kelestarian lingkungan. Termasuk penyu yang sudah dilindungi oleh undang-undang dalam bentuk Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Sebab masih ada yang memburu penyu untuk dimakan, dijadikan  obat dan bahan ramuan kecantikan. Belum lagi cangkangnya, mengingatkan pada film serial anak-anak yang populer dengan salah satu tokohnya kakek kura-kura. Ada yang ingat serial filmnya ?
Kunjungan saya ke pantai Pelangi terus terang belum terpuaskan karena belum melihat ritual penyu saat bertelur. Sebuah kesempatan yang langka dan tidak semua orang memperolehnya. Bahkan mereka para relawan yang setiap malam melakukan ronda di bibir pantai. Terkadang hanya melihat jejak penyu yang sudah kembali ke laut usai bertelur.
Namun adakalanya penyu mencari tempat yang lebih sepi untuk bertelur supaya tidak terganggu. Siapa sih yang mau diintip saat bertelur ?Â
Ada dua hal yang saling bertentangan. Ada keinginan melihat ritual bertelur, tetapi saya tidak berani. Takut mengganggunya. Apalagi kalau ada yang sampai nangis. "Cup, cup, cup, cup...."
Tiba-tiba teringat sosok perempuan yang dari tadi memandang jauh ke laut. Sesekali saya mencuri pandang. Dia duduk sendiri di atas pasir, berpayung pohon cemara udang. Melindungi kulitnya yang putih dari sentuhan sinar matahari yang mampu membuat hitam kulit.Â