Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Provinsiku Masih Istimewa?

6 Februari 2021   17:03 Diperbarui: 7 Februari 2021   17:06 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruwet, vandalisme dan seni mural (foto:ko in)
Ruwet, vandalisme dan seni mural (foto:ko in)
Nampak sekali sebagian pengunjuk rasa bukan orang istimewa. Mereka malah merusak keistimewaan Yogya sebagai kota pelajar dan kota pendidikan, lewat aksi anarkis dan vandalis. Merusak dan meninggalkan coretan-coretan kata yang tidak mencerminkan golongan terpelajar. 

Seradikalnya mahasiswa jauh sebelum generasi Milenial, aksi corat-coret mereka itu sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sebagian pelaku demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja. Saya sempat mengabadikan beberapa coretan sebelum dihapus, kata-katanya sangat tidak mencerminkan mahasiswa atau pelajar sebagai intelektual muda.

Coretan atau kata yang tertulis lebih banyak mengandung kata yang "jorok" khas sekelompok kecil gang sekolah. Atau anak-anak remaja yang suka nongkrong di malam hari kemudian melakukan tindak kekerasan pada masyarakat yang kebetulan lewat tanpa alasan yang jelas. Tidak lupa dengan aksi vandalisme yang mengotori sebagian sudut kota Yogya.

Keistimewaan Yogya akan pudar jika aksi mereka dibiarkan dan tidak mendapat tindakan atau tanggapan serius dari tokoh dan pemimpin masyarakat. Apakah itu kepala daerah, aparat, kepala sekolah termasuk para orang tua pelaku vandalisme.

Masih banyak potensi untuk menjadikan Provinsiku Istimewa dari peran sederhana anda semua. Kalau saya boleh berharap dan melakukan secara bersama-sama sebagai warga Yogya atau saat berkunjung ke Yogya. Tolong sopan dan hargai antar sesama pengguna jalan di Yogya.

Tertib, please (foto:ko in)
Tertib, please (foto:ko in)
Jalan di Yogya tidak lebar, tidak panjang, banyak cabang dan persimpangan. Jangan jadikan jalan-jalan Yogya sebagai panggung pamer "kekuasaan" dan keegoisan. Apakah secara berkelompok atau sendiri.

Jadikan jalanan di Yogya sebagai tempat menunjukkan kita sebagai orang beradab, bermartabat dan terdidik dengan saling menghargai. Salah satunya santun di jalan. 

Seperti apa tindakannya? Tolong jangan bertelpon atau berchat lewat handphone saat berkendaraan. Juga merokok saat mengendarai motor. Apalagi membuang abu rokok lewat jendela pintu mobil, yang kerap membuat panik pengendara sepeda motor karena tiba-tiba kulit tangan atau mukanya. Seperti terkena bara api.

Jangan bawa budaya ngebut, potong jalur, belok secara tiba-tiba tanpa tanda. Atau putar arah tanpa memperhatikan sesama pengguna jalan ke Yogya. Saat anda datang ke dan melaju di jalanan sekitar Yogya. Apalagi buang sampah seenaknya dari dalam mobil.

Jalan di Yogya (foto:ko in)
Jalan di Yogya (foto:ko in)
Maaf mulai tahun 2021, saya tidak akan lagi mengingatkan mereka yang sering menggunakan handphone saat berkendaraan. Termasuk kepada para pengendara motor dan mobil, yang seenaknya membiarkan abu atau bara rokok terbang. Yang buat perih di kulit tangan atau muka para pengendara sepeda motor atau sepeda onthel, di belakangnya.

Maaf, jika saya tidak menjadi istimewa untuk Yogya. Sebab mereka  malah lebih "istimewa" marahnya, saat diingatkan. Kemana sikap santun warga Provinsiku yang Istimewa ? Yang katanya istimewa orangnya. 

"Permisi……"  Nderek langkung (Numpang lewat) dan mohon maaf untuk mengakhiri tulisan yang tidak istimewa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun