Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Terima Kasih, Pak De, Aku Bahagia Sekali"

19 Desember 2020   13:19 Diperbarui: 19 Desember 2020   13:22 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu panti asuhan di Yogyakarta (foto:ko in)

Ini mengingatkan saya pada sebuah sekolah yang lokasinya jauh dari kota Yogya. Salah satunya SD Tritis, Purwobinangun, Pakem, Sleman. Dekat dengan gunung Merapi yang perlu santunan atau bantuan finansial setiap bulannya.

(Gafis:Gerakan sopan.org)
(Gafis:Gerakan sopan.org)
Untuk terlibat menyantuni sekolah tersebut carannya, sederhana. Sisihkan uang Rp 500 setiap hari. Iya, betul lima ratus rupiah. Murah dan tidak banyak bukan ? Atau Rp 15.000 setiap bulannya. Uang itu digunakan untuk biaya operasional pendidikan sekolah yang lokasinya di lereng Merapi.

Jika ada seribu orang yang terlibat, kata Madya Utama SJ penggagas Gerak Sopan Tritis. Maka akan terkumpul uang sebanyak Rp 15 juta, sesuai dengan kebutuhan operasional SD tersebut tiap bulannya.  Sebagaimana disampaikan kepada saya, saat bertemu jauh sebelum pandemi Covid-19 merebak.

Apakah saya sudah ikut menyantuni dengan menyisihkan uang Rp 500 setiap hari ? Silahkan tebak sendiri. 

Saat ini yang menjadi pemikiran saya, bagaimana caranya agar anak-anak di SD Tritis atau anak-anak di panti asuhan yang belum lama saya kunjungi bulan Desember 2020 ini. Bersama pengurus Kompasianers Jogja dan Sedekah Nabung. 

Merasakan kebahagian seperti yang pernah saya rasakan, saat saya menerima paket pertama kali dari Om saya, Mas Lilik. 

Salah satu panti asuhan di Yogyakarta (foto:ko in)
Salah satu panti asuhan di Yogyakarta (foto:ko in)
Bagaimana saya dapat berbagi rasa bahagia yang pernah saya rasakan, dengan cara mengirim paket untuk mereka. Dengan tulisan nama mereka masing-masing di bungkus paketnya .

Nama pribadi mereka yang tertulis di bungkus paket. Itu sesuatu yang berarti banget, bagi yang menerimanya. Sekaligus semacam pengakuan keberadaan diri di muka bumi, oleh orang lain. Itu yang pernah saya rasakan, saat menerima paket dari Mas Lilik.

Untuk itu, saya berkeinginan anak-anak panti asuhan, mengalami hal yang sama seperti yang saya rasakan. Agar mereka percaya diri, bahwa mereka berarti dan bagian dari kehidupan ini. Karena sebagian anak-anak panti, yang saya lihat. Seperti orang yang kehilangan kepercayaan diri. Apakah karena faktor psikologis atau sosial.

Berbincang sejenak dengan anak panti (foto:ko in)
Berbincang sejenak dengan anak panti (foto:ko in)
Mereka adakalanya berusaha menarik diri dan menjaga jarak dengan orang baru. Apakah ini karena pengalaman hidupnya yang terlalu berat, yang harus ditanggung saat usia mereka masih muda ? Atau karena kita yang kurang peduli dengan mereka ?

Andai dalam rangka JNE 3 Dekade Bahagia Bersama mengirim paket kepada anak-anak panti asuhan yang sudah duduk di SD dan sudah dapat membaca. Dengan  paket khusus yang tertulis namanya, berisi barang yang bermanfaat untuk keperluan sekolah atau keperluan sehari-hari. Atau barang sesuai keinginan mereka. Dengan sebelumnya berkoordinasi bersama pengurus yayasan atau panti asuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun