Sebagaimana perjalanan air limbah, untuk kembali menjadi air yang layak dikonsumsi yang mesti melewati berbagai proses alami atau rekayasa manusia. Tetapi  membutuhkan waktu serta biaya yang tidak murah dan mudah untuk memperoleh air yang bersih.
Aksi nyata bukan sekedar kata-kata
Alam memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengolah limbah air, apalagi jika air yang dibuang ke sungai sudah mengandung bahan berbahaya yang tergolong berat. Untuk itu perlu aksi nyata bukan sekedar kata-kata dalam mewujudkan warga Jakarta peduli dan bersikap ramah terhadap air.
Saran aksi atau tindakan tersebut:
(1) Memberikan sanksi tegas dan berat terhadap industri yang membuang limbah secara langsung ke sungai. Tanpa melalui proses pengolahan. Tidak ada kata kompromi terhadap industri atau masyarakat yang melakukan pencemaran terhadap sungai-sungai yang melintasi kota Jakarta. Kepala daerah dari tingkat gubernur, walikota/bupati harus memberi teladan akan penegakan hukum.
(2) Koordinasi antar departemen, antar lembaga dan antar daerah mesti lebih sederhana. Supaya law enforcement pencemaran lingkungan semakin transparan. Jakarta dan daerah penyangga lainnya dapat belajar bagaimana negara-negara di Eropa bekerjasama menjaga kebersihan sungai dan kualitas air di sungai Rhein. Tidak perlu studi banding ke Jerman. Cukup pelajari lewat internet sehingga dananya dapat dipergunakan untuk mendukung aksi nyata mendukung gerakan ramah air.
(3) Memprioritaskan pembangunan sarana prasarana pengolahan limbah cair di kawasan padat penduduk khususnya yang tinggal di tepi daerah aliran sungai (DAS). Salah satunya membuat resapan air limbah rumah tangga atau septic tank dan  pengolahan limbah lainnya, di bawah jalan kampung atau gang. Guna mengatasi kendala sempitnya lahan dan meminimalkan pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga warga Jakarta.Â
(4) Memaksimalkan taman atau hutan kota dengan pohon yang mampu menyerap dan menyimpan air lebih lama. Seperti pohon beringin, mahoni, kelapa dan pohon gayam. Demikian pula pohon bambu yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyimpan air. Tapi dengan catatan pohon pohon tersebut harus mendapatkan perawatan dan pemeliharaan yang lebih dibandingkan jika tumbuh di desa atau hutan.
Contoh, taman sekitar Monas mestinya masih dapat ditanami pohon perindang yang mampu menyerap air. Bukan pohon hias seperti jenis palem. Tidak terlalu banyak membiarkan lahan kosong, hanya karena mementingkan estetika tugu Monas supaya mudah terlihat utuh dari segala sisi.
(6) Memberi edukasi yang tepat dan terus menerus kepada masyarakat tentang air bersih. Lewat sekolah, pertemuan tingkat kampung, komunitas pedagang atau pegiat hobi tertentu. Bahwa menjaga air bukan sebatas menyimpan air seperti memasukkan sebuah barang ke dalam kotak.