Namun potensi terjadinya peristiwa sama  tetap ada kemudian hari. Entah dengan melibatkan banyak bank atau sedikit bank, tetapi dana yang diberikan cukup besar dan mampu menimbulkan dampak sistemik.
Hal ini jelas tidak diinginkan semua pihak. Jika sampai terjadi akan mempengaruhi kepercayaan publik dan investor. Mereka dapat menarik atau membatalkan investasinya sehingga menimbulkan kepanikan. Rush atau menarik dana hampir bersamaan dapat terjadi dan memindahkan ke luar negeri. Ini akan memperburuk perekonomian dan SSK.
Peran Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral merupakan lembaga yang memiliki kewenangan memonitor SSK, sebagaimana dilakukan oleh bank sentral di Korea, Inggris dan Australia.
Fungsi serta tugas Bank Indonesia menjaga kestabilan rupiah sudah berlangsung lama. Dengan kata lain fungsi BI dalam menjaga stabilitas moneter tidak lepas dari menjaga SSK.
Pertama, menjaga stabilitas moneter melalui instrumen suku bunga dalam pasar terbuka. Suku bunga yang terlalu ketat cenderung mematikan aktivitas ekonomi demikian pula sebaliknya. Untuk itu BI menerapkan kebijakan inflation targeting framework.
Kebijakan ini diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi dalam target tertentu beberapa tahun ke depan dan diumumkan secara eksplisit serta transparan. Pengendalian inflasi sebagai target kebijakan moneter, ditambah integrasi kebijakan moneter lewat makroprudential, termasuk kebijakan nilai tukar serta arus modal guna mendukung stabilitas makroekonomi.
Untuk mendukung kebijakan pengendalian inflasi dan SSK, BI dan pemerintah perlu melakukan komunikasi kebijakan yang baik, jelas dan terang serta lancar.