Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kikis Sekat Imajiner di Antara Satuan Pendidikan, Keluarga dan Masyarakat

14 Agustus 2018   14:21 Diperbarui: 18 Agustus 2018   11:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(www.wikipedia.org)
(www.wikipedia.org)
Sebagaimana pernah diungkapkan oleh Paulo Freire, filsuf pendidikan asal Brasil yang menyebutkan bahwa praktik pendidikan sejatinya berfokus pada percaya diri, kompetensi profesional. Termasuk kedermawanan, komitmen, kebebasan dan otoritas. Disamping itu pendidikan juga mengajarkan proses dialog dan hubungan yang harmonis.

Kedua, terkait masalah kepedulian. Sudah waktunya keluarga atau masyarakat menanggalkan sikap apriori  terkait keterlibatan keluarga atau masyarakat dalam pendidikan ujungnya hanya soal biaya uang pendidikan.

Tidak sedikit orang tua yang enggan menghadiri undangan dari pihak satuan pendidikan. Sikap apriori tersebut terjadi karena tidak sedikit satuan pendidikan atau sekolah yang hanya mementingkan tarikan sumbangan pendidikan.

(www.idieparokie.com)
(www.idieparokie.com)
Disisi lain, sikap apriori terkadang juga muncul dari pihak satuan pendidikan atau sekolah yang was-was melibatkan orang tua atau masyarakat. Sebab sekolah nyaman dengan kemampanan dan cenderung anti perubahan.

Persoalan pendidikan terus berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Sekolah seolah membentengi diri dari orang tua atau masyarakat yang kritis terhadap proses serta sistem pendidikan yang dinamis.

Tidak heran jika ada sebagian orang tua yang malas bergabung dengan komite sekolah atau malas menghadiri undangan sekolah karena pihak sekolah anti kritik dan koreksi yang sifatnya membangun. Tidak sedikit sekolah yang membentuk komite jauh dari kata demokratis, pemilihan pengurus komitenya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh sekolah.

(www.edunews.id)
(www.edunews.id)
Dipilih pengurus dari orangtua atau wali dengan ciri-ciri seperti mapan finansial sehingga saat sekolah mengajukan ide pungutan kepada orang tua mudah diloloskan. Karena ukuran besar pungutan menjadi sangat subyektif sesuai kemampuan pengurus komitenya.

Pengurus atau anggota komite yang dipilih bukan pula orang-orang yang kritis terkait dengan masalah pendidikan. Namun mempunyai pengaruh terkait dengan status sosial. Harapannya saat meminta pertimbangan, akan mudah dalam mengambil keputusan yang sudah direncanakan sekolah.

Pendapat Paulo Freire sangat relevan bahwa tidak ada kegiatan mengajar tanpa belajar. Pendidik mesti belajar untuk menghormati apa yang diketahui oleh murid dan keluarganya karena pengajaran bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan.

Keterlibata masyarakat dalam pendidikan (Foto: Ko In)
Keterlibata masyarakat dalam pendidikan (Foto: Ko In)
Jika telah menemukan kata sepakat  tentang arti sinergi dan kepedulian antara keluarga, masyarakat dan satuan pendidikan terkait penyelenggaraan pendidikan. Maka  kebutuhan akan rasa aman, nyaman serta semangat belajar lebih mudah dicari solusinya.

Termasuk bagaimana cara mengatasi  dan mengantsipasi agar tidak terjadi tindakan yang mengarah pada pelanggaran hukum, dari sebagian peserta didik. Seperti terlibat dalam penyalahgunaan Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) atau tindak anarkis dan perkelahian antar pelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun