Kedua, terkait masalah kepedulian. Sudah waktunya keluarga atau masyarakat menanggalkan sikap apriori  terkait keterlibatan keluarga atau masyarakat dalam pendidikan ujungnya hanya soal biaya uang pendidikan.
Tidak sedikit orang tua yang enggan menghadiri undangan dari pihak satuan pendidikan. Sikap apriori tersebut terjadi karena tidak sedikit satuan pendidikan atau sekolah yang hanya mementingkan tarikan sumbangan pendidikan.
Persoalan pendidikan terus berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Sekolah seolah membentengi diri dari orang tua atau masyarakat yang kritis terhadap proses serta sistem pendidikan yang dinamis.
Tidak heran jika ada sebagian orang tua yang malas bergabung dengan komite sekolah atau malas menghadiri undangan sekolah karena pihak sekolah anti kritik dan koreksi yang sifatnya membangun. Tidak sedikit sekolah yang membentuk komite jauh dari kata demokratis, pemilihan pengurus komitenya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh sekolah.
Pengurus atau anggota komite yang dipilih bukan pula orang-orang yang kritis terkait dengan masalah pendidikan. Namun mempunyai pengaruh terkait dengan status sosial. Harapannya saat meminta pertimbangan, akan mudah dalam mengambil keputusan yang sudah direncanakan sekolah.
Pendapat Paulo Freire sangat relevan bahwa tidak ada kegiatan mengajar tanpa belajar. Pendidik mesti belajar untuk menghormati apa yang diketahui oleh murid dan keluarganya karena pengajaran bukan sekedar mentransfer ilmu pengetahuan.
Termasuk bagaimana cara mengatasi  dan mengantsipasi agar tidak terjadi tindakan yang mengarah pada pelanggaran hukum, dari sebagian peserta didik. Seperti terlibat dalam penyalahgunaan Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) atau tindak anarkis dan perkelahian antar pelajar.