Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kikis Sekat Imajiner di Antara Satuan Pendidikan, Keluarga dan Masyarakat

14 Agustus 2018   14:21 Diperbarui: 18 Agustus 2018   11:26 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengampunan dalam praktik pendidikan keluarga tidak terbilang banyak jumlahnya. Cinta, rasa sayang dan kasih menjadi dasar utama keterlibatan orang tua dalam pendidikan lewat  komunitas kecil yang disebut keluarga.   

(www.suarapemredkalbar.com)
(www.suarapemredkalbar.com)
Namun demikian tidak mudah menjadi pendidik yang memiliki kemampuan imajinatif seperti digambarkan oleh Robert J. Starratt. Sosok raksasa harus memiliki imajinasinya yang melampaui  batas-batas ruang dan waktu serta ilmu pengetahuan. 

Tidak jarang silabus atau kurikulum pendidikan terlalu banyak menjejalkan teori pendidikan. Minim contoh, aplikasi atau praktek. Kurang inovatif dalam menjawab kebutuhan jaman, serta lemah dalam menanamkan nilai karakter . Sebagai mahluk yang paham etika, santun dan bermartabat dengan sifat kemanusiaannya.

Kepala sekolah, pemimpin, pendidik, keluarga dan masyarakat mesti belajar dari Robert J. Starratt tentang pendidikan yang visioner.  Menurutnya kegiatan pendidikan mesti memiliki makna akan tujuan yang sasarannya berdasar pada identitas diri sebagai manusia.

Pemimpin kegiatan pendidikan dituntut memiliki keinginan tumbuh bersama dengan anggota kelompok dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan di satuan pendidikannya.

Patung Ki Hadjar Dewantara (Foto: Ko In)
Patung Ki Hadjar Dewantara (Foto: Ko In)
Komitmen menjadi kata kunci yang harus menjadi kesadaran bersama. Sekaligus menjadi ruh organisasi agar tujuan pendidikan yang imajinatif, penuh gelak tawa dan pengampunan dapat tercapai jika ada kerjasama antar semua elemen organisasi atau satuan pendidikan.

Pelaku pendidikan mesti  sadar perubahan dan pembaharuan yang  terus menerus. Ini merupakan cara bagaimana menjadikan dirinya sebagai model pendidik yang visioner. Tanggap perubahan dan perkembangan jaman tanpa meninggalkan berkarakter. 

Walau kaya ilmu dan pengetahuan serta luas wawasannya tetap menjadi sosok yang rendah hati.

Tidak sedikit buku berisi tentang bagaimana menjadi kepala sekolah atau guru yang kreatif dan inovatif. Tidak sedikit pula pelatihan telah diikuti guru dan kepala sekolah agar menjadi pendidik dan pengajar yang lebih profesional. Tetapi itu semua tanpa arti jika tidak diaplikasika di satuan pendidikannya dengan memperhatikan situasi kondisi.

Aneka judul buku (Foto: Ko In)
Aneka judul buku (Foto: Ko In)
Kebutuhan mendesak bangsa ini terkait pendidikan adalah keterlibatan dengan cara memberi contoh atau teladan dari pemimpin, kepala sekolah, kepala keluarga dan guru. Terkait dengan berbagai tandakan dan perliaku positif. Khususnya masalah etika, moral, peduli saling membantu dan jauh dari sikap egois.

Tidak tertib (Foto: Ko In)
Tidak tertib (Foto: Ko In)
Pendidikan yang inovatif  itu.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun