Pengampunan dalam praktik pendidikan keluarga tidak terbilang banyak jumlahnya. Cinta, rasa sayang dan kasih menjadi dasar utama keterlibatan orang tua dalam pendidikan lewat  komunitas kecil yang disebut keluarga.  Â
Tidak jarang silabus atau kurikulum pendidikan terlalu banyak menjejalkan teori pendidikan. Minim contoh, aplikasi atau praktek. Kurang inovatif dalam menjawab kebutuhan jaman, serta lemah dalam menanamkan nilai karakter . Sebagai mahluk yang paham etika, santun dan bermartabat dengan sifat kemanusiaannya.
Kepala sekolah, pemimpin, pendidik, keluarga dan masyarakat mesti belajar dari Robert J. Starratt tentang pendidikan yang visioner. Â Menurutnya kegiatan pendidikan mesti memiliki makna akan tujuan yang sasarannya berdasar pada identitas diri sebagai manusia.
Pemimpin kegiatan pendidikan dituntut memiliki keinginan tumbuh bersama dengan anggota kelompok dan pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan di satuan pendidikannya.
Pelaku pendidikan mesti  sadar perubahan dan pembaharuan yang  terus menerus. Ini merupakan cara bagaimana menjadikan dirinya sebagai model pendidik yang visioner. Tanggap perubahan dan perkembangan jaman tanpa meninggalkan berkarakter.Â
Walau kaya ilmu dan pengetahuan serta luas wawasannya tetap menjadi sosok yang rendah hati.
Tidak sedikit buku berisi tentang bagaimana menjadi kepala sekolah atau guru yang kreatif dan inovatif. Tidak sedikit pula pelatihan telah diikuti guru dan kepala sekolah agar menjadi pendidik dan pengajar yang lebih profesional. Tetapi itu semua tanpa arti jika tidak diaplikasika di satuan pendidikannya dengan memperhatikan situasi kondisi.