Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia krn tak sedikit yg berat beban hidupnya

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Telepon Umum dan Kampoeng Ketandan Yogya

9 Februari 2018   11:40 Diperbarui: 10 Februari 2018   20:26 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya modern di Ketandan (Foto: Ko In)

Telpon umum  di salah satu sudut jalan Ketandan Yogyakarta, sudah tidak berfungsi.  Kotor dan tidak terawat. Entah, apa tujuan mempertahankannya dalam ketidak pedulian.

Melihatnya, terasa sangat mengganggu  akan bayang kenangan kejayaan telpon umum waktu itu. Tidak sedikit orang rela antri untuk menggunakannya. Ada yang menyiapkan sejumlah koin dari rumah karena ingin bercerita tentang sesuatu. Dari yang penting, sampai sekedar  ingin bicara kepada  seseorang yang bersedia mendengarkannya di  seberang sana.

Ada pula yang menghubungi stasiun radio swasta untuk request lagu serta kirim salam kepada teman satu kelas atau gebetan dari sekolah sebelah.

Berbicara lewat telpon umum tanpa harus mengalami perjumpaan, sesuatu yang menyenangkan  waktu itu. Walau jarak dengan yang terhubung lewat telpon umum,  hanya dapat terlayani secara lokal,  dalam satu kota.

Gapura diantara toko-toko di Jalan Malioboro (Foto:Ko In)
Gapura diantara toko-toko di Jalan Malioboro (Foto:Ko In)
Melihat telpon umum yang rusak, mengingatkan akan banyak kata yang telah terangkai di alat komunikasi tersebut dalam bingkai waktu yang lamat-lamat sulit untuk dicari batasannya. Apalagi saat berbicara dengan Tien lewat telpon umum. Perempuan peranakan Tionghoa yang mampu menggetarkan hati.

Matanya sipit, rambutnya lurus dan kulit sedikit kuning menjadi daya tarik sendiri. Apalagi saat Tien memakai  gaun merah ditambah senyum yang tergambar dari bibir tipisnya.

Sebagaimana aneka lampion dengan berbagai ukuruan  mulai nampak menghiasi  rumah sekaligus toko yang menjadi tempat tinggal di sepanjang  Jalan Ketandan Yogya.  Semakin menggoda rindu untuk mengajak Tien menikmati  berbagai gelaran acara yang terselenggara di Kampoeng Ketandan dari 24 Februari sampai 2 Maret.

Warung, toko dan rumah (Foto:Ko In)
Warung, toko dan rumah (Foto:Ko In)
www.starjogja.com
www.starjogja.com
Seluruh kegiatan dimulai pukul 18:00. Aneka  lampion yang tergantung  menjadi tanda keindahan serta kecantikan perpaduan warna merah dan aneka pernak pernik hiasan lainnya. Terang lampu dalam lampion mengingatkan terang sosok perempuan Tionghoa yang manis, mampu membuat terang hati di kala duka. Malioboro dan Kampoeng Ketandan bagai perempuan Tionghoa yang cantik.

 "Tiiinnn......!" Suara  klakson mobil mengagetkan sekaligus membuyarkan lamunan tentang Tien, dengan tampilannya yang selalu lincah dan gaya  potongan rambutnya pendek. Menjadikan dirinya selalu nampak segar serta energik.

Jalan Ketandan tidak begitu lebar, semua kendaraan yang lewat  harus pelan-pelan. Bangunan toko sekaligus rumah selalu nampak khas walau beberapa diantaranya mulai berubah mengikuti jaman dan perkembangan arsitektur modern.

Jl Ketandan sehari-hari (Foto:Ko In)
Jl Ketandan sehari-hari (Foto:Ko In)
Gaya modern di Ketandan (Foto: Ko In)
Gaya modern di Ketandan (Foto: Ko In)
Kampoeng Ketandan pasti ramai dan padat saat Pekan Budaya  Tionghoa  XIII berlangsung  selama sepekan. Semoga hujan tidak akan mengganggu kemeriahan acara ini. Menurut  mitos, hujan di awal tahun baru Tionghoa merupakan keberuntungan serta pertanda kelancaran rejeki selama setahun mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun