Radio salah satu alternatif bagaimana membangun kesadaran dan siaga akan bahaya bencana di masyarakat dengan cara praktis. Lewat tips atau pengetahuan ringan yang terus menerus disiarkan. Pengetahuan masyarakat tentang sadar bencana akan terus bertambah
Iklan layanan masyarakat harus memiliki kekuatan atau kemampuan menghentikan perhatian pendengar atau stopping power. Salah satu strategi iklan komersial dimana pesan-pesannya pendek. Tetapi membuat orang memiliki hasrat membeli produk yang diiklankan.
"Apa juga ikutan ramaikan tulisan lucu ditempel di belakang mobil atau tas punggung...? Tadi Rara dah liat di medsos, ada yang nulis.....WALAU JOMBLO. NYONG PENDATANG LEGAL...Hahaha.....".
"Itulah Indonesia. Kita bangga dengan Indonesia walau hidup di atas negeri yang rawan bencana.Kita masih bisa bercanda"
"Tips siaga bencana gempa bumi selanjutnya. Sahabat BNPB siapkan lampu senter dekat tempat tidur atau dekat meja kerja".
"Bukan untuk menerangi kolong atau meja kerja karena ada tikus atau cari uang koin. Atau cari tahu isi hati pacar. Tapi sebagai alat penerangan manakala listrik putus dan lampu padam usai gempa. Jangan menyalakan korek api. Sebab kita tidak tahu apakah tetangga apartemen atau Oo Be kantor lagi masak mie instant dengan kompor gas."
"Bisa meledak tuh kantor atau apartement. Sudah jatuh tertimpa tetangga pula. Eh tangga. Hi...hi....hi...".
Radio praktis dibawa kemana saja. Bahkan hampir semua jenis telepon genggam saat ini dilengkapi dengan radio. Sambil berolahraga dapat mendengarkan radio. Dalam situasi darurat manakala aliran listrik terputus, tempat tinggal terisolasi karena bencana. Radio menjadi salah satu media yang mampu menyajikan  informasi ter up date atau terkini.
Pengalaman gempa di Jogja mengingatkan peran radio sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi dengan mudah, cepat dan praktis.