"Selamat pagi, sahabat setia BNPB' FM. Jumpa lagi dengan Rara... Yang akan menemani sahabat semua sampai satu jam kedepan".
"Apa kabar hari ini...? Semoga tetap sehat dan ceria selalu."
"Sahabat BNPB' FM sebagaimana kita tahu. Tidak semua bencana dapat diprediksi. So, kita mesti tetap waspada dan siaga akan kemungkinan bencana. Jangan lengah. Dan sadar kita itu hidup di negeri rawan bencana."
"Ada yang galau hari ini. Ingat bencana tidak peduli sahabat BNPB'FM Â lagi galau atau jatuh cinta. Â Dan jangan lupa. Ikuti kelanjutan cerita Asmara di Tengah Bencana. Nanti malam pukul 20.00. Hanya di BNPB'FM."
" Nah, yang lagi galau pagi ini. Rara putarkan lagu dari kelompok legendaris Koes Plus. Supaya tetap gembira...."
Mari kawan semua.....
Jangan melamun saja.....
Dengarkan lagu gembira.....
Kita berjoget bersama.....
Maaariiiii...lah.
Ref: Mari mari bernyanyi bersama, mari mari berjoget semua....
Radio memiliki banyak kelebihan dibandingkan media lainnya. Pertama, radio mampu membangun kedekatan individual. Walau yang mendengar ribuan pasang telinga. Yang disampaikan penyiar seolah diperuntukkan hanya untuk individu.
Kedekatan ini menciptakan keakraban. Informasi atau pesan yang disampaikan penyiar mudah sekali diterima karena cara menyampaikannya sangat personal. Kekuatan kedua sebagai media audio. Radio memiliki kelebihan dalam menumbuhkan empati simpati.
Apa yang didengar dari radio  langsung turun ke hati. Baru kemudian ke otak untuk dipikirkan. Berbeda dengan media visual seperti televisi atau majalah dan koran. Apa yang dibaca dan dilihat dikirim ke otak untuk dipikir baru kemudian dikirim ke hati.
Ketiga, radio media yang mampu mengkombinasi hiburan, informasi dan pendidikan atau pengetahuan. Lagu memiliki durasi terbanyak dalam jam siar di radio. Selain lirik yang membawa pesan sesuai keinginan pencipta lagu. Nada dari lagu mampu membangun imaji bagi mereka yang menyukai  lagu tersebut.
Musik atau lagu yang dirangkai dengan kata-kata akan memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi suasana hati atau cara berpikir dan bertindak pendengar. Tidak jarang hati jadi mengharu biru mendengar bencana yang disiarkan radio dan tergerak untuk menolong dengan berbagai cara.Â
Saudara muda radio. Televisi memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dengan gambar. Sehingga  menambah pesan atau informasi yang disampaikan lewat gambar nampak semakin nyata.
Saat erupsi gunung Merapi di Jogja. Beberapa saluran televisi menayangkan upaya penyelamatan dan menghindar dari awan panas. Peristiwa yang tertangkap kamera menyihir jutaan pasang mata. Untuk tetap terpaku pada layar televisi. Apalagi ditambah lagu You Raise Me Up yang dibawakan Josh Groban. Semakin membangun kesedihan dan keprihatinan.
"Masih dari Graha BNPB di kawasan Patimura Jakarta. Hari ini Rara akan membagikan tips siaga bencana khususnya antisipasi menghadapi bencana gempa."
"Yak... benar sekali. Jangan panik. Ini yang paling utama sahabat BNPB."
"Jauhi jendela kaca. Dan cari perlindungan seperti di bawah meja atau kursi. Kalau Rara lagi siaran kayak gini..... Rara mencoba untuk tenang. Walau sebenernya hati kecut. Khan, lagi siaran.......Kalau panik entar pendengar semua ikutan panik. Hahaha.......".
"Tentu Rara akan sembunyi di bawah meja siaran. Sambil narik microphone ke bawah meja agar tetap bisa siaran dan melaporkan situasi terkini. Hahaha.......Dasar penyiar".
"Eh, menghindari tumpukan kertas boleh juga lho. Bayangkan jika tumpukan kertas arsip yang tingginya segunung. Walaupun kertas, kalau jatuhnya berbarengan dan kena kepala  pusing juga bro......".
"Apa perlu sambil siaran pakai helm? Ha...ha...ha.....".
Kutrima surat mu. Tlah kubaca dan aku mengerti
Betapa merindunya dirimu. Â Akan hadirnya diriku
Di dalam hari harimu. Â Bersama lagi
kau tanyakan padaku. Kapan aku akan kembali lagi
Katamu kau tak kuasa. Melawan gejolak di dalam dada
Yang membara menahan rasa. Pertemuan kita nanti
Saat bersama dirimu...
Ref : Â Â Semua kata rindumu
Semakin membuatku tak berdaya
Menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku akupun rindu kamu
Ku akan pulang melepas semua kerinduan
Yang terpendam...................
"Lagu dari Dewa 19, Kangen. Buat sahabat BNPB dan siapa saja yang siap-siap balik ke kota perantauan atau tempat kerja. Setelah mudik beberapa hari, semoga rasa kangennya terobati yaa..... Kangen sama mantan.....?".
Lagu atau nada, canda dan kata adalah kunci sekaligus keunggulan keempat radio. Pesan siaga dan sadar bencana akan sampai ke pendengar jika mampu meramu ketiga hal tersebut.  Informasi yang terlalu serius akan sulit dipahami karena radio pada dasarnya media hiburan walau dapat berperan sebagai media edukasi serta informasi. Namun jika disampaikan dengan gaya ringan dan menghibur. Tentu akan lebih mudah diterima.
Tingkat pendidikan masyarakat ikut menentukan seberapa efektif  informasi dipahami secara benar. Masalah pendidikan menjadi salah satu penyebab rendahnya kesadaran akan bencana.
Disamping peliknya persoalan hidup. Membuat sebagian orang enggan berpikir rumit. Ingin hal yang praktis termasuk dalam mengkonsumsi informasi dan berita.
Radio salah satu alternatif bagaimana membangun kesadaran dan siaga akan bahaya bencana di masyarakat dengan cara praktis. Lewat tips atau pengetahuan ringan yang terus menerus disiarkan. Pengetahuan masyarakat tentang sadar bencana akan terus bertambah
Iklan layanan masyarakat harus memiliki kekuatan atau kemampuan menghentikan perhatian pendengar atau stopping power. Salah satu strategi iklan komersial dimana pesan-pesannya pendek. Tetapi membuat orang memiliki hasrat membeli produk yang diiklankan.
"Apa juga ikutan ramaikan tulisan lucu ditempel di belakang mobil atau tas punggung...? Tadi Rara dah liat di medsos, ada yang nulis.....WALAU JOMBLO. NYONG PENDATANG LEGAL...Hahaha.....".
"Itulah Indonesia. Kita bangga dengan Indonesia walau hidup di atas negeri yang rawan bencana.Kita masih bisa bercanda"
"Tips siaga bencana gempa bumi selanjutnya. Sahabat BNPB siapkan lampu senter dekat tempat tidur atau dekat meja kerja".
"Bukan untuk menerangi kolong atau meja kerja karena ada tikus atau cari uang koin. Atau cari tahu isi hati pacar. Tapi sebagai alat penerangan manakala listrik putus dan lampu padam usai gempa. Jangan menyalakan korek api. Sebab kita tidak tahu apakah tetangga apartemen atau Oo Be kantor lagi masak mie instant dengan kompor gas."
"Bisa meledak tuh kantor atau apartement. Sudah jatuh tertimpa tetangga pula. Eh tangga. Hi...hi....hi...".
Radio praktis dibawa kemana saja. Bahkan hampir semua jenis telepon genggam saat ini dilengkapi dengan radio. Sambil berolahraga dapat mendengarkan radio. Dalam situasi darurat manakala aliran listrik terputus, tempat tinggal terisolasi karena bencana. Radio menjadi salah satu media yang mampu menyajikan  informasi ter up date atau terkini.
Pengalaman gempa di Jogja mengingatkan peran radio sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi dengan mudah, cepat dan praktis.
Media lain seperti surat kabar atau tabloid membutuhkan waktu dua puluh empat jam untuk menyajikan informasi ke masyarakat. Televisi lebih baik dalam menyajikan informasi terkini. Namun apa daya jika saluran listrik putus.
Jika aliran listrik tersedia dan televisi tidak rusak tertimpa bangunan rumah. Bagaimana dapat duduk manis melihat berita atau informasi tentang gempa dari televisi. Sementara hampir tiap menit merasakan gempa susulan terus menerus.
Keunggulan keenam dari radio mampu menciptakan artis. Tidak harus nyata tapi dapat rekaan atau imajiner. Dari tokoh yang tidak ada menjadi ada. Contoh sosok Zusan yang dilahirkan Ria Enes lewat suaranya. Menciptakan tokoh imajinatif dengan gaya khas. Mengedukasi pendengar dengan gaya ceplas-ceplosnya.
Masih banyak kelebihan radio dalam menyampaikan informasi dan mengedukasi pendengar terkait bencana. Tidak hanya dengan program acara sandiwara radio. Para broadcaster merupakan orang-orang kreatif dalam membuat acara atau program.
"Afgan lewat dengan tembang terbarunya Kunci Hati. Â Sahabat BNPB'FM baru saja terjadi gempa. Ada yang merasakan...?"
"Atau ada yang mengira goyangan itu gara-gara limbung karena sakit vertigonya kambuh. Atau mengira sakit kepala karena stress banyak pekerjaan."
"Untuk membedakan apakah itu gempa, vertigo atau sakit kepala. Lihat saja gelas berisi air di meja kerja. Kalau air di gelas bergoyang. Berarti bukan vertigo. Jangan bengong dan jangan panik. Tapi siap cari perlindungan di bawah meja. Dijamin vertigo dan stressnya hilang. Hahaha........"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H