Mohon tunggu...
Kognisi.id
Kognisi.id Mohon Tunggu... Administrasi - Learning Platform by Growth Center part of Kompas Gramedia

Providing a convenient, insightful, and collaborative learning experience

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Emotional Agility: Kunci Menjadi Versi Terbaik dari Diri

12 Desember 2023   00:29 Diperbarui: 12 Desember 2023   01:14 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

What I feel isn't same with what I do adalah analogi paling mudah untuk menjelaskan langkah step up. Step up adalah tentang memisahkan perasaan kita dengan tindakan yang kita lakukan. 

Setelah melihat pattern perasaan dan kebiasaan kita di bagian show up, kita menentukan tindakan apa yang kita lakukan. Biasanya, orang yang secara emosional tidak agile (emotional rigidity) akan mengambil tindakan sesuai dengan perasaannya. 

Misalnya, perasaan "Saya tersinggung dengan kritik dari X" akan mengundang tindakan mendiamkan X untuk waktu yang lama. 

Memang, rasa tersinggung itu adalah hal yang valid dan harus kita terima. Akan tetapi, menerima perasaan bukan berarti mengimplementasikannya ke dalam sebuah tindakan.

Bertindak mendiamkan X adalah tanda kita tidak memberi jarak antara perasaan dan tindakan. 

Biasanya, emotional rigidity berasal dari kepercayaan kita dengan pikiran alam bawah sadar yang berulang-ulang, "Saya memang tidak kompeten" atau "Dikritik berarti tidak bagus." "Teman seharusnya selalu mendukung."

Berikan label spesifik pada setiap perasaanmu, dan berikan jarak dengan tindakan. Kita hanya bisa mengendalikan perasaan yang bisa kita beri nama dan kita mengerti.

Walk Your Why 

Walk your why adalah tahapan dalam memutuskan tindakan. Sederhananya, kita memilih tindakan tidak semata-mata karena emosi sesaat namun berdasarkan value yang kita pegang. Karena pada dasarnya, value hidup adalah sesuatu yang ideal.

Dalam hal ini, kita perlu terlebih dahulu memiliki value hidup. Mau menjadi individu yang seperti apa? What do we care about? Termasuk daripadanya adalah menetapkan boundaries. 

Jika menggunakan studi kasus sebelumnya yang tersinggung mendapatkan kritik, value hidup dapat digambarkan seperti misalnya "Melakukan yang terbaik untuk pertumbuhan diri." dan "Melakukan komunikasi asertif untuk membicarakan saran atau ketersinggungan"

Boundaries yang kita tetapkan adalah, sampai di titik apa kita toleran terhadap kritik? Di titik mana itu berubah menjadi sebuah penghinaan menurut kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun