Melihat kejadian ini, Sunan Kudus berkata, "Rejaning Jaman Wong Kaliputu iki Pangukojiwane Soko Bubur," yang berarti "pada masa depan, keberuntungan warga Kaliputu ini berasal dari bubur." Keyakinan ini terus dipercayai hingga kini, menjadikan jenang sebagai mata pencaharian utama warga Desa Kaliputu.
Usaha pembuatan jenang di Desa Kaliputu dimulai sekitar akhir tahun 1800-an oleh seorang pengusaha bubur bernama Mbah Haji Abdullah. Beliau berjualan bubur di Pasar Kliwon, sudah memberikan merek dan membungkusnya dengan daun pisang, yang menjadi keunikan jenang pada masa itu.
Sejak tahun 2006, tradisi Tebokan mulai diselenggarakan. Tradisi ini bermula dari inisiatif untuk memperingati Tahun Baru Islam atau satu Muharam sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H