Mohon tunggu...
KKN UM Tahun 2022
KKN UM Tahun 2022 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

- Olahraga - Kulineran - Musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Psikoedukasi Perkembangan Remaja di SMPN 2 Pakis oleh Kelompok Mahasiswa Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Malang

23 Oktober 2022   20:02 Diperbarui: 26 November 2022   18:20 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam rangka memperingati hari kesehatan mental dunia, kelompok KKN Desa Banjarejo Kecamatan Pakis, Malang mengadakan kegiatan berupa psikoedukasi di SMPN 2 Pakis pada Rabu, 12 Oktober 2022. 

Kegiatan ini diberi nama Psychofever yang merupakan akronim dari Psychology for Everyone. Tema kegiatan psikoedukasi ini yaitu mengenai remaja. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa. 

Masa remaja berkisar antara usia 10-12 hingga 18-21 tahun. Hal ini sesuai dengan target peserta psikoedukasi yaitu siswa-siswi kelas 8 SMPN 2 Pakis. 

Tujuan diadakannya psikoedukasi ini adalah untuk mengenalkan masa remaja kepada siswa-siswi SMPN 2 Pakis dan bagaimana penyesuaian diri yang perlu dilakukan ketika mereka berada pada masa tersebut.

Kegiatan psikoedukasi dilakukan dengan memberikan materi tentang perkembangan remaja. Masa remaja ditandai dengan terjadinya pubertas. Ketika pubertas, terjadi perubahan fisik yang dialami baik pada laki-laki maupun perempuan. 

Perubahan fisik yang dialami laki-laki seperti ukuran penis dan testis yang berubah, munculnya rambut di area tubuh dan wajah, serta berubahnya suara.

Sementara perubahan fisik yang dialami perempuan yaitu ukuran payudara yang membesar, munculnya rambut di area tubuh, tinggi badan yang bertambah, pinggul melebar, dan mengalami menstruasi. 

Perubahan-perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan hormon dan perubahan-perubahan tersebut kemungkinan sudah dialami oleh seluruh siswa serta sudah dipelajari di kelas.

Selain perubahan fisik yang nampak, otak remaja juga mengalami perubahan. Perkembangan yang terjadi pada otak menyebabkan remaja sulit untuk mengendalikan emosinya. 

Hal itu disebabkan bagian otak yang mengendalikan emosi berkembang lebih cepat sehingga remaja tidak dapat mengendalikan rasa emosi yang kuat. 

Selanjutnya, yaitu cara berpikir remaja. Menurut tokoh psikologi yaitu Jean Piaget, usia individu yang berkisar antara 11 dan 15 tahun hingga dewasa cara berpikir mereka lebih abstrak dan logis. 

Mereka mengembangkan gambaran tentang keadaan yang ideal serta sistematis ketika memecahkan masalah. Misalnya, remaja mulai memikirkan masa depan dan hal-hal ideal yang mereka inginkan.

Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai perkembangan sosioemosi remaja. Pada poin ini mencakup usaha remaja untuk memahami diri sendiri dan mencari identitas. 

Identitas merupakan gambaran diri individu yang mencakup identitas politik, identitas spiritual, identitas pekerjaan, identitas relasi, identitas budaya, minat, hobi, karakteristik kepribadian, dan identitas fisik. 

Ketika remaja berhasil menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya atau bisa mengatasi konflik identitas yang dialami, maka remaja akan akan dapat tumbuh dengan sesuai dengan keinginanan dan tujuan hidupnya. 

Namun, remaja yang mengalami kebingungan identitas atau tidak berhasil mengatasi konflik identitas akan cenderung untuk mengisolasi diri dari lingkungannya atau mengikuti lingkungan tersebut sehingga remaja akan kehilangan identitas dirinya. Untuk itu, remaja perlu mengeksplorasi dan berkomitmen untuk menyelesaikan krisis identitas yang dialami.

Dokpri
Dokpri

Perkembangan remaja tentunya tidak terlepas dari pengawasan oleh orang tua. Pengawasan yang dimaksud yaitu mengawasi setiap pilihan yang remaja pilih seperti dalam hal pertemanan, aktivitas, dan pendidikan. Orang tua memerankan peran penting dalam remaja. 

Studi mengatakan bahwa remaja lebih terbuka kepada orang tua ketika orang tua menanyai mereka. Remaja yang memiliki kelekatan yang aman (secure attachment) dengan orang tuanya, maka remaja cenderung merasa nyaman dalam berelasi, memiliki relasi yang khusus, dan mandiri. 

Sementara remaja yang memiliki kelekatan kurang aman (insecure attachment) cenderung memiliki perasaan curiga dengan relasi yang dimiliki, menjaga jarak, dan menghindar dari masalah. 

Masa remaja juga diwarnai dengan pertemanan dengan teman sebaya dan juga persahabatan. Teman sebaya adalah individu yang memiliki usia atau tingkat kedewasaan yang hampir sama. Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya lebih besar. 

Berdasarkan riset yang telah dilakukan, remaja yang tidak yakin akan identitas sosialnya cenderung untuk berkonformasi dengan teman sebayanya yaitu melakukan hal-hal negatif seperti mencuri. 

Oleh karena itu, remaja perlu untuk mengetahui teman-temannya dan pandai dalam memilah-milah pergaulannya. Selain pertemanan dengan teman sebaya, remaja juga memutuskan untuk memiliki beberapa sahabat yang lebih dekat dan akrab.

Terdapat beberapa fungsi penting dalam persahabatan, yaitu menyediakan persahabatan atau partner yang akrab, saling menyediakan dan menghabiskan waktu bersama, memberikan informasi yang menarik, hiburan serta kegembiraan, memberikan bantuan dan dukungan, serta memberikan kasih sayang, kepercayaan, dan hubungan yang hangat. 

Remaja mengatakan bahwa mereka lebih banyak bergantung dengan teman-temannya untuk memenuhi kebutuhan akan kebersamaan dan intimacy daripada dengan orang tua mereka. Oleh karena itu, tidak heran apabila remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya. 

Masa remaja merupakan masa yang indah dan penuh dengan kegembiraan, akan tetapi disisi lain Stanley Hall mengatakan bahwa remaja merupakan masa munculnya storm and stress. 

Terdapat masalah-masalah yang terjadi dalam perkembangan remaja, diantaranya penggunaan obat-obatan terlarang, depresi dan bunuh diri, obesitas dan gangguan makan, serta kenakalan remaja. 

Penjelasan materi mengenai kenakalan remaja dijelaskan pada sesi dua yaitu psikoedukasi tentang kenakalan remaja. Sesi pertama psikoedukasi ditutup dan kemudian dilanjut dengan melakukan game untuk mengembalikan konsentrasi para peserta. 

Selama pemaparan materi psikoedukasi berlangsung, peserta menyimak dengan saksama materi yang diberikan. Selain itu, peserta juga aktif menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh pemateri kepada peserta. 

Diharapkan dengan adanya kegiatan psikoedukasi tentang perkembangan remaja dapat membuat remaja semakin memahami akan dirinya, dapat menentukan identitasnya, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun