Budaya feodal ini akan melanggengkan tokoh-tokoh berdarah Jawa, sekaligus memperkecil peluang tokoh non-Jawa guna menduduki posisi strategis dalam pemerintahan. Adapun dalam konteks politik kekinian, kultur ini masih terus dilestarikan sampai detik ini, terutama kaderisasi dalam internal partai politik.
PDIP, misalnya, yang cenderung akan mengorbitkan Puan Maharani sebagai pewaris Megawati, baik sebagai calon ketum partai maupun sebagai kandidat presiden pada Pemilu 2024 mendatang. Tren serupa juga dijumpai pada Partai Demokrat yang mulai melambungkan sang putra mahkota, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai pewaris trah SBY.
Akibatnya, sistem meritokrasi di dalam internal partai pun terhenti. Layaknya seleksi alam, pendekatan itu membuat politisi-politisi di luar etnis Jawa akan terdepak dari bursa pencalonan pilpres. Sementara konsekuensi logisnya, trah kursi kekuasaan Tanah Air akan terus didominasi tokoh-tokoh beretnis Jawa.
2. Demografi Mayoritas
Secara demografis, menurut sensus BPS periode 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik, lebih tepatnya ada 1.340 suku bangsa. Dari jumlah itu, suku Jawa mendominasi dengan angka 41% dari total populasi atau 95 juta jiwa.
Selain mendominasi dalam hal jumlah, etnis Jawa juga mempunyai persebaran populasi yang merata di hampir seluruh wilayah Republik Indonesia. Persebaran tersebut akan meningkatkan terjadinya percampuran etnis antara masyarakat Jawa dengan etnis lainnya, seperti yang terjadi pada keluarga B.J. Habibie.
Dengan demikian, secara statistik serta hukum probabilitas, maka hal itu akan memperbesar peluang kursi presiden RI diduduki oleh tokoh-tokoh politik yang memiliki darah Jawa.
3. Perilaku Pemilih
Jawa adalah kunci. Begitu kata adagium politik yang diyakini turun-temurun di Nusantara. Pulau Jawa memiliki jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar di Tamah Air, nyaris menyentuh 60% dari total populasi atau sebanyak 110,6 juta.
Adapun dalam Pemilu 2019 lalu, Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur, sebagai representasi wilayah suku Jawa, secara akumulatif mengantongi jumlah DPT tertinggi, yakni mencapai 61 juta.
Tidak heran, Jawa memiliki nilai yang sangat strategis dalam setiap gelaran pemilu. Pulau terpadat di Indonesia ini akan selalu menjadi rebutan bagi partai politik untuk mendongkrak perolehan suara. Siapa saja yang bisa menguasai Jawa, akan mampu memenangi pemilu.
Atas dasar itu, banyak kandidat pemilu yang melakukan politik identitas guna membajak suara pemilih berdasarkan persamaan etnis dan kedaerahan. Para pemilih sedikit banyak akhirnya akan terpengaruh dengan narasi-narasi itu.